Anda di halaman 1dari 65

KEHAMILAN

EKTOPIK
TERGANGGU
Hensky Stallone Sitepu
(11.2014.196)

Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
Identitas Pasien
Nama lengkap : Ny.M Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 38 tahun Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Kawin Agama : Islam


(GIIIPIIA0)
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMU

Alamat : Bulungcangkring RT Masuk Rumah Sakit :13-7-2016


01 RW 13, Bulungcangkring, Pukul 13.00 WIB
Jekulo, Kudus
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 13 Juli 2016
Keluhan utama :
Nyeri perut bawah sejak 1 bulan
SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul, dan
bertambah parah jika bergerak. Pasien juga mengaku
keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu, darah
berwarna merah segar seperti sedang menstruasi. Keluhan
mual dan muntah disangkal. Pasien sedang hamil 9 minggu
dan merupakan kehamilan yang ketiga (GIIIPIIA0). Pasien
sudah pernah memeriksakan ke dokter dan di USG dan
dikatakan janin diluar kandungan.
Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : banyak dan
encer
Haid terakhir (HPHT) : 30 April 2016
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
Susuk KB

Riwayat Penyakit Dahulu : (-)


Riwayat penyakit keluarga:(-)
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Hami Usia Jenis Penyulit penolong Jenis BB/TB Umur Masa
l ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang Nifas

1 9 bulan Spontan Bidan perempuan 3.600 20 tahun


gram

2 9 bulan SC Sp.OG Permpuan 3500 15 Tahun


gram

3 Hamil ini
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Keadaan Umum : Sakit ringan
Nadi : 72 x/ menit
Suhu : 36,50C
Pernafasaan : 20x/ menit
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 60 kg
BMI : 28.5
Status gizi : Baik
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa
kehamilan, tampak linea nigra. NT (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar
Pemeriksaan Ginekologi
PEMERIKSAAN LUAR

- Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesara payudara (-), puting susu
menonjol,cairan dari mammae (-)
Abdomen : TFU = tidak teraba, Linea nigra (-), strie
livide (-), strie albicans (+), bekas op (+)
Vulva : Cadwick (-), bekas jahitan (-), PPV (-)

- Palpasi : tidak teraba pembesaran uterus. NT (+)


regio hipogastrik dan inguinal D/S (+)
PEMERIKSAAN DALAM

VT/ :
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher
Fluxus (+), Fluor (-)
v/u/v = tak ada kelainan
portio sesuai jempol tangan, lunak, nyeri tekan (+)
OUE tertutup, tidak teraba jaringan
Corpus Uteri sebesar telur ayam
Adnexa : seperti telur bebek (kiri)
Cavum douglasi : menonjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
13 Juli 2016
Darah rutin
Hemoglobin 11.1 g/dL L (N: 11,7 15,5)
Leukosit 6. 30 10^3/uL (N: 3.6 11.0)
Hematokrit 32.40 % L (N: 36-46)
Trombosit 325 10^3/uL (N: 150.000-
440.000)
Golongan darah O/+
Waktu perdarahan/BT 1.00 menit (N: 1 3)
Waktu pembekuan/CT 5.00 menit (N: 2 6)
HbsAg Stick negatif negatif
USG
Kesan :
Gambaran fatty liver grade I
Gambaran uterus membesar dengan GS dan struktur
hiperekoik didalamnya di posteroinferior kiri uterus
kemungkinan KET tidak dapat disingkirkan.
Gambaran cyst di regio adneksa kiri (+/- 3 cm)
Gambaran fluid collection minimal di kavum douglass
RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang
timbul, dan bertambah parah jika bergerak. Pasien
juga mengaku keluar darah dari jalan lahir sejak 1
bulan yang lalu, darah berwarna merah segar seperti
sedang menstruasi. Keluhan mual dan muntah
disangkal. Pasien sedang hamil 9 minggu dan
merupakan kehamilan yang ketiga (GIIIPIIA0). Pasien
sudah pernah memeriksakan ke dokter dan di USG
dan dikatakan janin diluar kandungan.
Haid terakhir (HPHT) : 30 April 2016
Pemeriksaan FISIK
KU : Sakit sedang
Tekanan darah : 100/60 Nadi : 72x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,5oC
Abdomen : datar, BU (+), nyeri tekan regio hipogastrik,
inguinal dextra sinistra (+) PPV : +

Pemeriksaan Dalam
VT : flx (+), fl (-)
v/u/v = t.a.k
por ~ jempol tangan, lembut lunak, nyeri tekan (+)
OUE tertutup, tidak teraba jaringan
CUT ~ telur ayam
AP : kiri: sebesar telur bebek
c.d = menonjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi:
Hemoglobin 11.1 g/dL L (N: 11,7 15,5)
Leukosit 6. 30 10^3/uL (N: 3.6 11.0)
Hematokrit 32.40 % L (N: 36-46)
Trombosit 325 10^3/uL (N: 150.000-
440.000)
Golongan darah O/+
Waktu perdarahan/BT 1.00 menit (N: 1 3)
Waktu pembekuan/CT 5.00 menit (N: 2 6)
HbsAg Stick negatif negatif
USG
Kesan :
Gambaran fatty liver grade I
Gambaran uterus membesar dengan GS dan struktur
hiperekoik didalamnya di posteroinferior kiri uterus
kemungkinan KET tidak dapat disingkirkan.
Gambaran cyst di regio adneksa kiri (+/- 3 cm)
Gambaran fluid collection minimal di kavum douglass
DIAGNOSIS

GIIIPIIA0, 38 tahun, Kehamilan Ektopik


Terganggu + kista ovarium kiri.
PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa
Medika Mentosa:
IVFD D5% 20 tetes permenit
Kaltrofen sup 2 x 1
Cefixime 2 x 1 gr
Non Medica Mentosa :
Bed rest
Observasi TTV
operasi laparotomi
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
LAPORAN OPERASI
Tanggal 14 Juli 2016, Jam 09.12 WIB
Dilakukan operasi Laparotomi eksplorasi:
Hematokelektomi, salphingooforektomi sinistra,
adhesiolisis
Laporan Operasi :
Insisi linea mediana diperdalam sampai peritoneum
terbuka
Hematokelektomi, KET tuba sinistra
Ooforektomi kista kiri
Adhesiolisis bekas SC
Uterus normal
Spongostan
Jahit abdomen lapis demi lapis
Tindakan selesai
Pengobatan post Operasi Laparatomi
Ceftriaxon 2 x 1
Alinamin 2 x 50 mg tab
Ketorolac 2 x 1
Vitamin C 1 x 1
Cek Hb
FOLLOW UP
Tanggal 15 Juli 2016, Jam 07.00 WIB
S : Nyeri perut di bekas operasi. Pusing (-), mual/muntah (-), buang angin (-)
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg Hb: 9.9 g/dL
Nadi : 110 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
Mata : CA +/+, SI -/-
Thorax : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), bekas luka (+) tertutup kassa,
TFU : tidak teraba
Fluxus :+
Extremitas : edem (-/-) sianosis (-)

A : PIIIA0 Umur 38 tahun . Post Laparotomi (hematokelektomi + salphingo-ooferektomi


sinistra + adhesiolisis) atas indikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) + kista
ovarium kiri hari I.
P : Lanjutkan terapi, mobilisasi.
Tanggal 16 Juli 2016, Jam 07.15 WIB
S : Nyeri perut di bekas operasi
O : Keadaan umum : Baik
RR : 20 x/menit
Kesadaran : Compos mentis Suhu : 37 C
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), bekas luka (+)
Fluxus :+
Extremitas : edem (-/-) sianosis (-)
A : PIIIA0 Umur 38 tahun . Post Laparotomi (hematokelektomi +
salphingo-ooferektomi sinistra + adhesiolisis) atas indikasi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) + kista ovarium kiri hari II.
P : Terapi lanjut
Tanggal 17 Juli 2016, Jam 07.30 WIB
S : Nyeri perut di bekas operasi
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
RR : 20 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36.6 C
Nadi : 78 x/menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), bekas luka (+)
TFU : tidak teraba
Fluxus :+
Extremitas : edem (-/-) sianosis (-)

A : PIIIA0 Umur 38 tahun . Post Laparotomi (hematokelektomi +


salphingo-ooferektomi sinistra + adhesiolisis) atas indikasi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) + kista ovarium kiri hari III.

P : Pasien boleh pulang


Kehamilan
Ektopik
Terganggu
Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur
yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim misalnya dalam cervik, pars
intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Klasifikasi KET
KLASIFIKASI KET
Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap
bagian dari tuba fallopi. Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba (95%). Konseptus dapat berimplantasi
pada ampulla (55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau
pun pada interstisial (2%) dari tuba.

Tuba fallopi mempunyai kemampuan untuk berkembang


yang terbatas, sehingga sebagian besar akan pecah
(ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.
KLASIFIKASI KET
Kehamilan ovarial bentuk yang jarang (0,5%)

Kehamilan servikal selaput lendir serviks

Kehamilan abdominal. Kehamilan ini terjadi satu dalam


15.000 kehamilan, atau kurang dari 0,1% dari seluruh
kehamilan ektopik. Kehamilan abdominal ada 2 macam:
- Primer , dimana telur dari awal mengadakan implantasi
dalam rongga perut.
- Sekunder, pembentukan zigot di dalam saluran
telur/ovarium berpindah ke rongga abdomen karena
terlepas dari tempat asalnya. Akibat Ruptura kehamilan
tuba atau ovarium ke rongga abdomen
Kehamilan Heterotopik, kehamilan ektopik terjadi bersama
dengan kehamilan intrauterin.
Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas :

- Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy)


berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrautrin
normal.

- Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic


Pregnancy) kehamilan intrauterin setelah kehmilan ektopik
yg telah mati atau pun ruptur & kehmilan intrauterin yang
terjadi kemudian berkembang seperti biasa.
Kehamilan interstisial : implantasi telur dalam pars
interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai
kehamilan kornual (kahamilan intrauteri, tetapi implantasi
plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan pembuluh
darah).

Kehamilan intraligamenter.
berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah.
Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra
peritoneal.
Jika lapisan korionnya melekat dengan baik dan
memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat hidup dan
berkembang dan tumbuh membesar.
Kehamilan tubouteina: semula mengadakan implantasi
pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan
ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.

Kehamilan tuboabdominal
berasal dari tuba,
zigot megadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara
berangsur mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.

Kehamilan tuboovarial
kantung janin sebagian melekat pada tuba dan sebagian pada
jaringan ovarium.
Epidemiologi
bukan kulit putih >> dan sesuai dengan bertambahnya usia.
Angka kehamilan ektopik per 1000 kehamilan yang
dilaporkan meningkat empat kali lipat dari tahun 1970
sampai 1992.
Peningkatan angka KET adalah disebabkan oleh :
1. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba akibat penularan seksual
2. Diagnosis lebih dini dengan pemeriksaan gonadotropin korionik yang sensitif dan
ultrasonografi transvaginal pada beberapa kasus terjadi resorpsi sebelum dilakukan
diagnosis pada masa lalu.
3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterine tetapi tidak untuk
kehamilan ekstrauterine.
4. Sterilisasi tuba yang gagal
5. Induksi aborsi yang diikuti dengan infeksi
6. Meningkatnya penggunaan teknik reproduksi dengan bantuan.
7. Bedah tuba, termasuk riwayat salpingotomi serta tuboplasti untuk kehamilan tuba
Etiologi
Sebagian besar tidak diketahui
Faktor faktor yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut :

1. Faktor dalam lumen tuba :


- endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan
endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu
- pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk
lekuk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia
endosalping
- operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna
dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
2. Faktor pada dinding tuba :
- endometriosis tuba memudahkan implantasi telur dalam tuba
- divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu
3. Faktor di luar dinding tuba :
- perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur
- tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
4. Faktor lain :
- migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus ; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur
- fertilisasi in vitro
Faktor risiko

Resiko tinggi

Resiko sedang
- Rekonstruksi tuba
- Sterilisasi tuba Resiko ringan
- Riwayat
kehamilan ektopik
sebelumnya
- Infertil - Riwayat operasi
- Paparan
- Riwayat Infeksi pelvik atau
Dietilstilbestrol
genital abdominal
(DES) intrauterine
- Sering berganti sebelumnya
- Alat kehamilan
pasangan - Merokok
dalam rahim
(AKDR) - Douching
- Patologi tuba - Koitus sebelum
umur 18 tahun
Patofisiologi KET

Faktor Mekanik

Riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non-


ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol,
salpingitis isthmica nodosum , dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), induksi abortus berulang, tumor yang mengganggu
keutuhan saluran telur

perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba


Patofisiologi KET

Faktor Fungsional

perubahan keseimbangan kadar


estrogen dan progesteron serum

perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik yang


terdapat dalam uterus dan otot polos dari saluran telur

gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga


implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum
uteri.
Patofisiologi KET

Kegagalan kontrasepsi Alat Kontasepsi dalam Rahim


(AKDR) yang mengandung progesteron yang
meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.

Peningkatan afinitas mukosa tuba elemen


endometrium ektopik yang berdaya meningkatkan
implantasi pada tuba.

Pengaruh proses bayi tabung.


Patologi pada kehamilan tuba
1. Kehamilan Tuba

- 55% terjadi di ampula, 25% di ismus, 17% di fimbria


- Lapisan submukosa di tuba falopii tipis ovum yang
telah dibuahi dapat segera menembus sampai ke epitel
zigot akan segera tertanam di lapisan muskuler
Trofoblas berproliferasi dengan cepat dan menginvasi
daerah sekitarnya.
- Pada yang pertama telur berimplantasi pada sisi atau
ujung jonjot endosalping perkembangan telur terbatas
karena kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini kemudian diresorbsi.
- Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.

- Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa


faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan
banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

- Fenomena Arias Stella perubahan perubahan pada


endometrium Sel epitel membesar dengan intinya
hipertrofik, hiperkromatik, lobuler dan berbentuk tak teratur.
Sitoplasma sel dapat berlubang lubang atau berbusa, dan
kadang kadang ditemukan mitosis.
2. Abortus Tuba
- Terjadinya abortus tuba bergantung pada
lokasi implantasi. Umumnya terjadi bila
implantasi di ampulla, sebaliknya ruptur
tuba terutama bila implantasi di daerah
ismus.
- Adanya perdarahan plasenta dan
membran terlepas dari dinding tuba
plasenta terlepas seluruhnya, semua
produk konsepsi dapat keluar melalui
fimbria ke rongga abdomen.
- Perdarahan (+) selama produk konsepsi
(+) di tuba.
- Darah menetes berkumpul di kavum
Douglasi. Jika fimbria mengalami oklusi,
darah akan terkumpul di tuba membentuk
hidrosalfing.
- darah mengalir ke rongga perut melalui
ostium tuba, berkumpul di kavum douglas
=> hematokel retrouterina.
3. Ruptur Tuba

- Produk konsepsi yang melakukan invasi dapat menyebabkan


tuba pecah pada beberapa tempat.

- Ruptur umumnya terjadi spontan, tetapi dapat pula disebabkan


oleh trauma akibat koitus dan pemeriksaan bimanual.

- Jika hasil konsepsi keluar ke rongga abdomen pada awal


kehamilan, implantasi dapat terjadi di daerah mana saja rongga
abdomen.

- Sebagian besar hasil konsepsi berukuran besar dapat tertahan


di kavum Douglasi membentuk massa yang berkapsul atau
mengalami kalsifikasi membentuk lithopedon
Gejala klinis dan pemeriksaan
Anamnesis
adanya keluhan:
- Amenorea
- Nyeri Tekan Abdomen dan Pelvis 97%
- Perdarahan pervaginam 79%
- Tanda - tanda akut abdomen
- Nyeri bahu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan luar
- Tekanan darah dan denyut nadi
- Suhu
- Palpasi dan perkusi abdomen

Pemeriksaan Ginekologi
- Adanya nyeri goyang porsio
- Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan cavum
douglasi
- Kavum Douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya
darah,
- Massa Pelvis, dapat diraba pada sekitar 20% wanita
- Pervaginam keluar desidual cast
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Hemoglobin, Hematokrit dan Hitung Leukosit
- Pemeriksaan Gonadotropin korionik
- Tes Urin untuk kehamilan
- Pemeriksaan -hCG serum
- Progesteron Serum

Ultrasonografi (USG) abdomen


Diagnosis
Pemeriksaan prenatal dini dalam trimester pertama
- Anamnesis
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa
hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak
teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda
dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri
bahu, tenesmus dan perdarahan pervaginam terjadi
setelah nyeri perut bagian bawah.

- Pemeriksaan Fisik
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan
dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.
- Pemeriksaan Ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan
kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan
batas yang sukar ditentukan. Cavum douglasi yang
menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematocele
retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
Kista Ovarium
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung
(pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh
tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau
bahan-bahan lain. Sedangkan kista ovarium adalah suatu
kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang
tumbuh dalam indung telur (ovarium).
Etiologi
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan
cairan yang nantinya akan menjadi kista.
oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi
Faktor resiko terjadinya kista ovarium
Riwayat kista ovarium sebelumnya
Siklus menstruasi yang tidak teratur
Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)
Tingkat kesuburan
Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
Terapi tamosifen pada kanker mamma
Gejala Klinis
Perasaan sebah Akibat Pertumbuhan
Rasa nyeri pada perut pembengkakan perut..
bagian bawah dan panggul dapat menekan kandung
Makan sedikit terasa cepat kencing dan
kenyang menyebabkan gangguan
Sering kembung miksi
Nyeri senggama
Nafsu makan menurun
Rasa penuh pada perut
bagian bawah
Gangguan miksi
Gangguan menstruasi.
Klasifikasi
Tumor Nonneoplastik Tumor Neoplastik Jinak
Tumor akibat radang Tumor Kistik
Kistoma ovarii simpleks
Kista Folikel
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista Korpus Luteum Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista Lutein Kista endometrioid
Kista Inklusi Germinal Kista dermoid
Kista Endometrium
Kista Stein-Laventhal
Diagnosis banding
infeksi pelvic,
abortus imminens,
kista folikel, atau korpus luteum yang pecah,
kista ovarium dengan putaran tangkai, dan appendicitis
Penatalaksanaan
1. Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di rumah
sakit untuk penanggulangannya

2. Bila ibu dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya


dengan pemberian cairan secukupnya dan tranfusi darah

3. Setelah diagnosa jelas atau sangat disangka KET, dan


keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan
laparotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan : dicari,
diklem, dan dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi),
kemudian diikat sebaik baiknya

4. Sisa sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat


mungkin supaya penyembuhan lebih cepat

5. Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi


Pembedahan

Pembedahan Radikal
Pembedahan Konservatif
Pengakatan tuba, diindikasikan pada
2 teknik yang kita kenal:
- salpingostomi Salpingostomi adalah 1. kehamilan ektopik mengalami ruptur
(terganggu),
suatu prosedur untuk mengangkat hasil
2. pasien tidak menginginkan fertilitas
konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 pascaoperatif,
cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba 3. terjadi kegagalan sterilisasi,
fallopii. 4. telah dilakukan rekonstruksi atau
manipulasi tuba sebelumnya,
- Salpingotomi sama dengan 5. pasien meminta dilakukan sterilisasi,
salpingostomi, kecuali bahwa pada 6. perdarahan berlanjut pasca salpingotomi,
salpingotomi insisi dijahit kembali. 7. kehamilan tuba berulang,
8. kehamilan heterotopik,
9. massa gestasi berdiameter lebih dari 5
cm.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparotomi.
Untuk menghentikan perdarahan dilakukan ligasi pada
ramus tubarius a.Uterina dan ramus tubarius a.Ovarica,
lalu dilakukan tindakan Salphingektomi (pengangkatan
tuba), Salphingostomi (membuat lubang pada tuba, lalu
membuang hasil konsepsi dan darah), Salphingografi
(pengikatan tuba).
Medikamentosa
- Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun
dosis multipel
- tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular),
sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah sebesar 1
mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari
ke-7.
- Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan
ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg
(intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8.
- Terapi methotrexate dosis multipel dapat memberikan efek
negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi
methotrexate dosis tunggal.
- Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas
terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang
belum terganggu
PROGNOSIS
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik
terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini
dan persediaan arah yang cukup.

Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu,


mempunyai resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik
terganggu berulang.

Ibu yang sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu


sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50% mengalami
kehamilan ektopik terganggu berulang.

Dalam kasus kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50


60 % kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang
menjadi hamil kurang lebih 10 % mengalami kehamilan ektopik
berulang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai