Anda di halaman 1dari 13

Makalah Gangguan Sistem Neurologis

Pada Lansia

Oleh :
Kelompok 10
Dwiana Binti. S
Ima Sri Wahyuni
1. Pengertian
Proses desak ruang adalah proses terdesaknya
struktur dalam ruang intrakranial karena
pertambahan volume salah satu atau lebih dari 3
komponen intrakranial yakni: jaringan otak,
darah otak dan atau cairan serebrospinal
sehingga menimbulkan peningkatan tekanan
intrakranial dengan segala akibatnya.
2. Penuaan sistem neurologis
Status kesehatan, pengalaman hidup, nutrisi,
aktivitas dan faktor keturunan mempengaruhi
proses penuaan. Sistem neurologis, terutama otak,
adalah suatu faktor utama dalam penuaan yang
adaptif. Perubahan ukuran otak yang di akibatkan
oleh atrofi girus dan di landasi sulkus dan ventrikel
otak. Penurunan aliran darah serebral dan
penggunaan oksigen juga telah diketahui akan
terjadi selama proses penuaan
Proses penuaan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita (CONSTANTINIDES, 1994)
Teori-teori proses penuaan
- Teori genetik dan Mutasi(Somatic Mutatie Theory)
- Pemakaian dan Rusak
- Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune
Theory)
- Teori Immunologi Slow Virus (Imunology Slow
Virus Theory)
- Teori Stress
- Teori radikal bebas
- Teori rantai silang
- Teori program

Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan

- Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


- Menurut Dra.Ny.Jos Masdani (Psikolog UI)
- Menurut Prof. Dr. koesoemato Setyonegoro
- Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 1965
- Birren and Jenner (1997)
Perubahan neurologis yang terjadi pada lansia
- Berat otak menurun 10 20 %. (setiap oarng
- Berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya)
- Cepatnya menurun hubungan persarafan.
- Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stress.
- Mengecilnya saraf panca indera.
- Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
- Kurang sensitive terhadap sentuhan.
Perubahan anatomis pada sistem saraf pusat
- Otak
- Saraf Otonom

3. Patofisiologi defisit neurologis


Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit
neurologis pada klien lansia ,umgkin di pandang dari
berbagai perspektif : fisik, fungsional, kognisi-
komunikasi, persepsi sensori dan psikososial.
Kerusakan tertentu tampak ketika daerah vokal dan
sistem neural di dalam otak rusak karena masal
vaskuler.
4. Masalah pada sistem neurologis
System persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis
dan saraf perifer. Struktur-struktur ini bertanggung
jawab untuk control dan koordinasi aktivitas sel tubuh
melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-
impuls tersebut berlangsung melalui serat-serat saraf
dan jaras-jaras, secara langsung dan terus-menerus.
Responnya seketika sebagai hasil dari perubahan
potensial elektrik yang mentransmisikan sinyal-sinyal.
Masalah-masalah pada system persarafan akan
dijabarkan berikut ini :
- Sakit kepala (sefalgia)
- Migren
- Cluster headache
- Arteritis kranial
- Sakit kepala tegang
- Tumor otak
- Meningitis
5. Penyakit-penyakit pada
gangguan sistem neurologis.
Penyakit-penyakit yang terdapat pada gangguan
sistem neurologis yaitu :
- Parkinson
- Alzheimer
- Stroke
6. Nutrisi untuk gangguan pada
sistem neurologis
Tujuan Pemberian Nutrisi
1. Sulit untuk menghitung kebutuhan kalori pada
pasien cedera kepala akut. Salah satu pendekatan
adalah menyediakan 1,4-1,5x dari perkiraan REE.
2. Asupan protein berkisar 1,5-2,2 gram/kgBB/hari
untuk meminimalkan kehilangan protein dan
untuk mencapai imbang nitrogen positif.
Panduan Praktis :

1. Pasien-pasien dengan gangguan neurologis beresiko


terhadap gangguan nutrisi dan harus menjalani
"nutrition screening" untuk mengidentifikasi mereka
yang membutuhkan penilaian status nutrisi khusus
guna perencanaan suatu terapi nutrisi.
2. Dukungan nutrisi khusus harus dimulai sejak awal
pada pasien dengan cedera kepala sedang maupun
berat.
3. Bila dibutuhkan suatu dukungan nutrisi khusus,
nutrisi enteral lebih direkomendasikan bilamana
pemberiannya dapat ditoleransi.
4. Nutrisi parenteral diberikan pada pasien dengan
cedera kepala bila membutuhkan dukungan nutrisi
khusus dan bila nutrisi enteral tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
1. Kalorimetri indirek harus digunakan untuk
menentukan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan
cedera kepala maupun CVA.
2. Fungsi menelan harus dievaluasi untuk menilai
faktor keamanan dari pemeberian makanan secara
oral dan resiko aspirasi sebelum dimulai pemberian
makanan lewat oral.

Jalur pemberian :
1. Nutrisi enteral.
2. Nutrisi parenteral.

Anda mungkin juga menyukai