2009 Epistaksis terjadi pada 60% penduduk di dunia semasa hidupnya. Sekitar 6% dari angka tersebut mencari pertolongan medis. Prevalensinya u/ anak-anak <10 tahun serta pada usia >35 tahun.
Laki laki > perempuan
Epistaksis (mimisan) adalah perdarahan dari rongga hidung, yang keluar melalui lubang hidung ataupun kebelakang (koana). Perdarahan dari hidung tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari kelainan lokal ataupun kelainan sistemik. 1. Epistaksis anterior 2. Epistaksis posterior Pleksus Kisselbach di septum bagian anterior (litles area) atau Arteri Ethmoidalis Anterior Perdarahan biasanya ringan, dan dapat berhenti sendiri Kebanyakan terjadi pada usia yang lebih muda epistaksis yang paling sering terjadi (90%) Tipe yang tidak terlalu parah Pleksus Woodruffs di bagian belakang cavum nasi atau Arteri Ethmoidalis Posterior Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri Biasanya terjadi pada usia yang lebih tua dan bersifat lebih parah Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa diketahui penyebabnya. Kadang-kadang jelas ditimbulkan oleh trauma, atau dapat pula disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau kelainan sistemik. Kelainan lokal : trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. Kelainan sistemik : penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfer, kelainan hormonal ataupun kelainan kongenital Trauma Mengorek hidung, benturan ringan, bersin, mengeluarkan ingus terlalu keras, kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Benda asing tajam atau trauma pembedahan. Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang berhadapan bila konka itu sedang mengalami pembengkakan. Kelainan pembuluh darah (lokal) Kongenital, pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan ikat dan sel-selnya lebih sedikit. Infeksi lokal Rhinitis atau rinosinusitis. Bisa juga pada infeksi spesifik seperti rhinitis jamur, tuberculosis, lupus, sifilis atau lepra. Tumor Hemangioma, karsinoma, dan angifibroma (Neoplasma berkembang cepat membentuk jaringan baru beserta pembuluh darah. Namun, pembuluh darah yang terbentuk tidak sempurna dan sangat ringkih dan menyebabkan mudah pecah sehingga terjadi perdarahan). Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis atau diabetes mellitus, dapat menyebabkan epistaksis. Kelainan Darah
Trombositopenia, disfungsi platelet (misalnya pada uremia dan
penggunaan obat NSAID), defisiensi faktor pembekuan (misalnya hemophilia, VonWillebrands disease, hepatic failure) keganasan darah (leukemia), bermacam-macam anemia.
Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah
Yang terutama menyebabkan epistaksis adalah demam berdarah (dengue
hemorrahargic fever). Demam tifoid, influenza dan morbilli. Perubahan udara dan tekanan atmosfer Suhu sangat dingin atau udara kering. Hal serupa juga bisa disebabkan adanya zat-zat kimia di tempat industri yang menyebabkan keringnya mukosa hidung. Gangguan hormonal dan obat antikoagulan Epistaksis juga dapat terjadi pada wanita hamil atau menopause karena pengaruh perubahan hormonal. Prinsip penatalaksanaan epistaksis adalah memperbaiki keadaan umum, mencari sumber perdarahan, menghentikan perdarahan dan mencari faktor penyebab untuk mencegah perdarah berulang Perhatikan keadaan umumnya (nadi, pernafasan serta tekanan darahnya). prinsip life saving, ABCs. Jalan nafas mungkin dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau dihisap Apakah perdarahan berasal dari anterior atau posterior. Lampu kepala, spekulum hidung dan alat penghisap. Anamnesis yang lengkap. Posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung (dimonitor). Jika lemah sebaiknya setengah duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan jangan sampai darah mengalir ke saluran nafas bawah. Pasien anak-anak duduk dipangku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-gerak. Epistaksis Anterior Metode Trotter Tampon adrenalin 1/5000-1/10.000 atau pantocain atau lidocain 2%. Bila sumber perdarahan dapat terlihat, kaustik dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30% atau elektrokaustik (sesudahnya area tersebut diberi krim antibiotik). Tampon Anterior Epistaksis Posterior Tampon Posterior (Bellocq) Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi yang berlawanan. Kateter Folley dengan balon. Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen sinus
Pemeriksaan darah tepi lengkap, faal
hemostasis, uji faal hati dan ginjal.
Riwayat penyakit. Komplikasi dari epistaksis dari usaha penanggulangan.
Aspirasi darah ke dalam saluran nafas bawah
Syok, anemia dan gagal ginjal
Turunnya tekanan darah secara mendadak (hipoksia,
iskemia serebri, insufisiensi koroner sampai infark
miokard)
Infus dan transfusi harus dapat segera diberikan
Pembuluh darah terbuka : infeksi Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino- sinusitis, otitis media, septikemia atau toxic shock syndrome. Harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui Tuba eustachius Air mata berdarah (bloody tears), akibat mengalirnya darah secara retrograde melalui duktus nasolakrimalis tampon Bellocq >> Laserasi palatum mole atau sudut bibir Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum