Anda di halaman 1dari 19

Sistem Respirasi

Pada Lansia
Oleh :
Raini Diah Susanti
Perubahan Anatomik Sistem
Pernafasan
Dinding Dada : tulang-tulang osteoporosis, tulang rawan
osifikasi, perubahan bentuk &ukuran dada relatif mengecil
Otot-otot pernafasan mengalami kelemahan dan atrofi

Saluran nafas : berkurangnya jaringan elastis bronkus dan


alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin tulang
rawan bronkus mengalami perkapuran
Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris
dan alveolus membesar scr progresif, terjadi emfisema senilis.
Struktur kolagen & elastin dinding sal.nafas perifer kualitasnya
menurun elastisitas jar. parenkim paru berkurang.
Perubahan Fisiologik Sistem
Pernafasan (1)
Gerak Pernafasan : adanya perub. anatomik mengubah
mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi
dangkal, timbul sesak nafas. Kelemahan otot pernafasan
menurunkan kekuatan gerak nafas, apalagi bila ada
deformitas rangka dada akibat penuaan.

Distribusi Gas : Perub. Struktur anatomik sal. Nafas


menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air
trapping) atau gangguan pendistribusian udara nafas
dalam cabang-cabang bronkus
Perubahan Fisiologik Sistem
Pernafasan (2)
Volume & Kapasitas Paru menurun, akibat dari : 1)
kelemahan otot nafas, 2) elastisitas jar. parenkim paru
menurun, 3) resistensi sal. nafas sedikit menurun Penurunan
ventilasi paru.

Gangguan Transport Gas. Penurunan PaCO2 secara bertahap


akibat ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Pengambilan O2
oleh darah dari alveoli (difusi gas) dan transport O2 ke jaringan2
berkurang, tu. saat olahraga. Hal ini terjadi karena : 1)
perub.jaringan paru menghambat difusi gas, 2) berkurangnya
aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
Perubahan Fisiologik Sistem
Pernafasan (3)
Gangguan perubahan ventilasi paru, akibat penurunan
kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral
ataupun pusat-pusat pernafasan di medula oblongata dan
pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2,
peningkatan PaCO2, perubahan pH darah arteri, dsb
Penyakit Paru Pada Lansia

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK/PPOM/COPD)

Pneumonia

Tuberculosis Paru

Karsinoma Paru
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)
PPOK adalah penyakit paru
kronik karena adanya
keterbatasan aliran udara
nafas saat inspirasi dan
ekspirasi, tu. saat ekspirasi
yang bersifat irreversibel
akibat obstruksi saluran nafas
biasanya berlangsung
progresif & berhub dgn
respons inflamasi abnormal
paru terhadap paparan partikel
atau gas toksis.
Faktor Risiko

Genetik Gender
Paparan partikel/gas toksik Umur
(asap rokok, debu Infeksi paru berulang pada
organik/anorganik tempat anak
kerja, polutan udara di dalam Kondisi sosial ekonomi
dan luar gedung)
Nutrisi
Pertumbuhan dan
Penyakit2 Komorbid (asma
perkembangan paru
bronkial)
Stres Oksidatif
Gambaran Klinis
Sesak nafas
Kelemahan umum
Batuk kronik produktif
Nafsu makan berkurang
Sianosis
Pursed-lip breathing
Hipertrofi otot bantu nafas
Kelainan fisik pada dada atau paru sbg efek ekstrapulmonal (kor
pulmonal kronik, aritmi,jari tabuh)
Kelainan dada berbentuk tong (Barrel chest)
Blue bloater type Bronkitis kronik
Pink puffer type Emfisema paru
Chronic bronchitis, emphysema &
asthma

Chronic
Emphysema
bronchitis
Chronic bronchitis, emphysema &
asthma

Chronic
Emphysema
bronchitis

Asthma
COPD vs Asthma
Penanganan PPOK

TUJUAN :
Membebaskan gejala

Mencegah progresifitas penyakit

Meningkatkan toleransi latihan (olahraga)

Meningkatkan status kesehatan

Mencegah dan mengobati komplikasi

Mencegah dan mengobati eksaserbasi akut

Mengurangi angka kematian


Penanganan PPOK berdasarkan
GOLD, 2006
Komponen 1 : Penilaian dan evaluasi penyakit

Komponen 2 : Pengurangan faktor resiko

Komponen 3 : Penanganan PPOK stabil

Komponen 4 : Penanganan PPOK eksaserbasi akut


Komponen 1
Penilaian dan Evaluasi Penyakit
Spirometri

Penderita dg riwayat paparan asap (rokok) mengalami


sesak nafas, batuk2 produktif, sesak nafas saat aktifitas
curiga gagal nafas AGD
Komponen 2
Pengurangan Faktor Risiko
Pengurangan paparan
asap rokok, bahan
kimia tertentu, polusi
udara dalam dan luar
ruangan

Berhenti merokok saat


itu juga

Smoking cessation - its never too late


Komponen 3
Penanganan PPOK Stabil
Hendaknya dilakukan secara individual sesuai tingkat beratnya kasus
yang dihadapi

Tindakan dapat berupa :

1. Pendidikan Kesehatan, berhenti merokok (tu. Klien dgn defisiensi berat


alfa-1 antitripsin)

2. Pengobatan Farmakologik : Bronkodilator (beta2 agonis, antikolinergik,


metilsantin, glukokortikostereoid pd klien yg telah mendapat
bronkodilator & mengalami eksaserbasi akut. Antibiotika yg sesuai jika
ada infeksi

3. Pengobatan Non Farmakologik : Rehabilitasi, Nutrisi yg sesuai (tinggi


kalori dg sumber kalori rendah karbohidrt, tinggi protein. Th/ Oksigen,
Ventilasi mekanik, Pembedahan u/ indikasi tertentu.
Komponen 4
Penangan PPOK Eksaserbasi Akut
Adanya infeksi paru oleh bakteri maupun virus

Penderita harus dirawat di RS

Inhalasi bronkodilator beta2 agonis dengan atau tanpa


antikolinergik dan glukokortikosteroid oral. Antibiotik yg
sesuai u/ infeksi bakteri.

Penambahan alat bantu nafas (ventilator)


Diagnosa Keperawatan

Tidak efektifnya jalan nafas bd tertahannya sekresi

Gangguan pertukaran gas bd penurunan suplai oksigen

Resiko tinggi infeksi bd tidak adekuatnya pertahan primer, sekunder,


penyakit kronis
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan bd kelemahan, sesak nafas,
mual, sputum berlebih, efek samping obat
Intoleransi aktifitas bd ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
Kurang pengetahuan mengenai PPOK bd kurang informasi,
mispersepsi, penurunan kognitif.

Anda mungkin juga menyukai