Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN TAMBANG

Anggota Kelompok
PENGARUH PENCEMARAN AIR
SUNGAI BATANGHARI AKIBAT
TAMBANG EMAS LIAR TERHADAP
LINGKUNGAN BIOTIK
Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Tidak ada data yang pasti berapa
jumlah PETI. Dinas ESDM Batanghari pada pertengahan tahun 2013 melansir,
sedikitnya ada 386 tambang galian C yang beroperasi di bantaran Sungai
Batanghari. Dari total jumlah itu baru 125 yang memiliki izin resmi dari
Pemerintah Batanghari. Sedangkan sisanya 261 tidak memiliki izin
(Jambi_independent, 2013). Jumlah ini belum termasuk di daerah, Sarolangun,
Merangin, Bungo, dan Tebo. Diperkirakan total untuk seluruh Propinsi Jambi
mencapai ribuan. Aktifitas ini tersebar di beberapa sungai seperti Sungai
Tembesi, Sungai Tebo, dan lain lain dan semuanya bermuara ke Sungai
Batanghari
PETI merupakan usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan,
sekelompok orang, atau perusahaan yayasan berbadan hukum yang dalam
operasinya tidak memiliki Izin dan instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Hauna, 2014). Istilah PETI semula dipergunakan untuk
pertambangan emas tanpa izin, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
permasalahan PETI tidak hanya pada bahan galian emas tetapi juga diterapkan
pada pertambangan tanpa izin untuk bahan galian lain baik Golongan A, B maupun
C (PP No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian) yang
biasanya termasuk pada pertambangan skala kecil (PSK).Lokasi PETI secara umum
terdapat dilahan kawasan hutan baik pada kawasan hutan lindung maupun kawasan
hutan produksi terbatas (HPT) dan lahan areal penggunaan lain (APL) milik
masyarakat, di beberapa tempat terdapat dalam wilayah yang memiliki Izin Usaha
Pertambangan (IUP).
Kegiatan PETI di sungai Batanghari terindikiasi mulai beroperasi pada tahun 2010
(Dinas ESDM Batanghari, 2010).
Mengapa kami fokus ke PETI ?
Bertentangan dengan Undang Undang dan Peraturan yang berlaku di
Indonesia
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari sisi sosial, lingkungan dan hukum.
Tidak ada Good Mining Practice & Safety First
Alasan pertama terdapat pada PP No 23 Tahun 2010 Bab II
Dengan status yang tanpa izin, maka otomatis PETI tidak terkena kewajiban
untuk membayar pajak dan pungutan lainnya kepada Negara. Menurut
perhitungan, kerugian Negara atas tidak terpungutnya pajak dari PETI
diperkirakan mencapai
Rp. 315,1 milyar/tahun. Jumlah ini dipastikan akan membengkak jika
memperhitungkan penerimaan negara dari sektor lain yang mendukung
kegiatan PETI (multiplier effect) dan tidak dapat dipungut oleh Negara.
Alasan kedua
Kerusakan Lingkungan Hidup Pelecehan Hukum
Pada perusahaan tambang resmi/berizin, Kegiatan PETI telah menimbulkan
yang notabene dibebani kewajiban untuk preseden buruk bagi upaya penegakan
melaksanakan program pengelolaan dan supremasi hukum di Indonesia.
lingkungan melalui AMDAL, faktor Hukum memang sulit atau mustahil
lingkungan hidup tetap menjadi masalah diberlakukan di wilayah-wilayah PETI,
krusial yang perlu mendapat pengawasan sebab aparat penegak hukum sendiri
intensif, Dengan kegiatan PETI yang seringkali harus berhadapan dengan
nyaris tanpa pengawasan, dapat kelompok masyarakat yang 'tidak
dibayangkan kerusakan lingkungan hidup mengerti hukum', karena berbagai
yang terjadi. alasan.
Kerawanan Sosial Kondisi saat ini
Di hampir semua lokasi kegiatan PETI,
gejolak sosial merupakan penstiwa yang Sejauh ini jenis bahan galian yang diusahakan oleh
kerap terjadi, baik antara perusahaan resmi PETI yang berhasil diinventansasi adalah emas,
dengan pelaku PETI, antara masyarakat batubara, dan intan. Hal ini tidak menutup
setempat dengan pelaku PETI kemungkinan adanya bahan galian Golongan A dan
(pendatang), maupun diantara sesama Golongan B lain yang juga diusahakan oleh PETI.
pelaku PETI sendiri dalam upaya Khusus untuk bahan galian Golongan C,
mempertahankan/melindungi kepentingan berdasarkan hasil survei Puslitbang Teknologi
masing-masing. Masyarakat bawah, yang Mineral, terungkap bahwa lebih dari 90% usaha
pertambangan bahan galian Golongan C berstatus
seringkali menjadi korban dari penyandang tanpa izin (PETI/non SIPD), mencakup hampir
dana (penadah) dan oknum aparat, seluruh provinsi (60% berada di P.Jawa), serta
mengakibatkan kehidupan mereka sangat meliputi seluruh jenis bahan galian golongan C
rawan terhadap rnuncuinya gejolak sosial. (terbesar adalah bahan galian agregat, seperti batu,
pasir, dan kapur).
Alasan ketiga

Anda mungkin juga menyukai