Presentation 1
Presentation 1
Disusun Oleh :
TIKA ROSALINA (14031008)
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyaluran raskin (beras untuk masyarakat miskin) atau kini dikenal dengan
istilah rastra (beras untuk masyarakat sejahtera) kerap mengalami kendala
dalam proses pembayarannya. Bahkan, tak sedikit kab/kota yang menunggak
pembayaran raskin sehingga proses penyalurannya juga mengalami hambatan.
Namun, Pemkot Surabaya bekerjasama dengan Perum Bulog kini memulai
kerjasama agar raskin bagi warga Kota Surabaya digratiskan. Dari data Perum
Bulog Divre Jatim, alokasi raskin bagi warga Kota Surabaya yakni untuk 65.991
RTSPM (rumah tangga sasaran penerima manfaat). Untuk tiap RTSPM
mendapatkan alokasi raskin sebanyak 15 kg. artinya per bulan alokasi raskin
yang disalurkan mencapai 989.865 kg . Jika dihitung sesuai biaya tebus raskin
sebesar Rp 1.600 per kg, maka biaya yang ditanggung Pemkot Surabaya tiap
bulannya mencapai Rp 1,58 miliar. Untuk perhitungan per tahun maka beban
dari APBD Kota Surabaya mencapai Rp 19 miliar. Di Jawa Timur penerima raskin
secara keseluruhan berjumlah 2.857.469 RTSPM yang besarnya mencapai 42.862
ton per bulan telah tersebar di 8.506 titik distribusi. (afr)
http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/tahun-ini-warga-surabaya-bakal-
terima-raskin-gratis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Problematika Raskin terbilang cukup rumit mulai dari proses pendataan penerima
Raskin sampai pada penerimaan Raskin. Hal tersebut bisa diketahui dari BPS yang
bekerja kurang maksimal dan kurang peduli atau peka dengan masyarakat yang tidak
mampu, mereka asal mendata tanpa mengetahui siapa yang berhak menerima Raskin.
Karena data BPS yang tidak valid, maka RT/RW bersama masyarakat bekerjasama
untuk membagi rata atas asas keadilan bersama.
Dilihat dari kualitas beras itu sendiri, kondisi berasnya jelek dan yang banyak
dikeluhkan masyarakat adalah berbau apek dan berkutu. Oleh karena itu, sebagian dari
masyarakat menjual kembali berasnya untuk menggantinya dengan lauk maupun
membeli beras yang lebih bagus kualitasnya. Meskipun sudah ada kriteria penerima
Raskin namun tetap saja masih ada yang menerima Raskin, padahal masyarakat tersebut
tergolong mampu. Ketidaktepatan sasaran inilah yang membuat rancu antara yang
seharusnya menerima dan yang tidak berhak menerima.