Anda di halaman 1dari 35

OLEH : dr. David Santoso. T.

SpKJ, MARS
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang
terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dlm kehidupan sehari-
hari, prinsip prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam
psikoterapi ternyata juga digunakan antara lain dalam
konseling, pendidikan dan pengajaran, ataupun pemasaran.
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan
pasien merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau
pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka.
Komunikasi berlangsung pada saat perjumpaan, yaitu sewaktu
diagnosis belum ditegakkan hingga saat akhir pemberian
diagnosis pemberian terapi. Apapun hasil pengobatan, berhasil
ataupun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan
pasien atau keluarganya ; hal itupun dilakukan melalui
pembicaraan.
Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien,
hubungan dokter-pasien merupakan hal yang
penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat
membentuk dan membina hubungan dokter-
pasien tersebut, seorang dokter dapat
mempelajarinya melalui prinsip-prinsip
psikoterapi.
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah
menyadari bahwa psikoterapi berperan penting
pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran
dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam
hal itu.
(A healer is a person to whom a suffer tells; and
out of his or her listening, the healer develops this
basis for therapeutic interventions. The good
listener is the best physician for those who are ill
in thought and feeling).
Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut
sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima
sebagai ilmu dan keterampilan tersendiri, sebagai
pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip
the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas
teknik-teknik dan metode khusus yang dapat
diajarkan dan dipelajari.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Antara lain :
- Psikoterapi : terapi atau pengobatan yang
menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh
seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerja sama secara profesional dengan
seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala dan
penderitaan akibat penyakit.
- Psikoterapi : cara-cara atau pendekatan yang
menggunakan teknik-teknik psikologik untuk
menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena
merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai
macam cara dan metode yang bersifat psikologik-
untuk tujuan yang telah disebutkan diatas, sehingga
psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau
pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam
ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran
pada umumnya.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-
sembilanbelas, yang memaparkan teori
psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga
kini. Teknik dan metode yang di cetuskan oleh Freud
dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi,
yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih
digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut
atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang
yang melakukan psikoterapi.
Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan
dengan cara percakapan atau wawancara (interview).
Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan
antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis.
Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
mengandung dua aspek tersebut, yaitu
mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan
pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data
dalam menegakkan diagnosis.
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga
melakukan observasi secara menyeluruh dengan teliti.
Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati
dan turut serta (sebagai participant observer) dalam
proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi
tersebut (the here and now) yang kita amati yaitu :
1. Apa yang terjadi pada pasien
2. Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis
sendiri, serta
3. Apa yang terjadi pada terapis dan pasiennya. Dalam
berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis
memengaruhi pasien dengan sikap dan
perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan sebetulnya
bukan hanya (a) apa yang kita bicarakan, tetapi juga
(b) bagaimana cara kita melakukannya, (c) kapan
(saat dan waktu yang tepat) kita mengungkapkan
hal yang ingin kita sampaikan, serta (d) bagaimana
hubungan antara si penolong (dokter atau terapis)
dan yang ditolong (pasien) tersebut.
Kelengkapan keterampilan yang perlu dimiliki oleh
seseorang yang ingin melakukan psikoterapi ialah :
a. Mempunyai pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu
psikologi dan psikoterapi serta proses-proses mental.
Hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kuliah, kursus,
maupun membaca sendiri.
b. Dapat menarik suatu konklusi tentang keadaan mental
pasien yang telah diperiksa.
Dengan mendengar dengan teliti dan cermat, dibekali oleh
pengetahuan yang cukup, kita akan mendapat gambaran
tepat tentang pasien-pasien yang diwawancarai. Fungsi
mendengar ini amat penting, dari fungsi ini sedapat-
dapatnya kita memperoleh apa yang dimaksud oleh
pasien, yang belum tentu sesuai dengan apa yang
dikatakannya.
Misalnya :
- Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri di
dadanya; hendaknya kita memperhatikan bagaimana
ia mengekspresikan keluhan tersebut dengan cermat.
Bila kita teliti, kita akan merasa dan mengetahui
bahwa sebetulnya pada saat itu pasien sedang
keadaan cemas, misalnya : untuk mengatasi hal itu,
tugas pertama kita adalah mengurangi kecemasan
terlebih dahulu. Barang kali dengan itu saja, sudah
akan mengurangi intensitas keluhannya. Untuk
melakukan maksud ini pun kita harus lihat dan
rasakan dengan teliti; kadang, tujuan kita akan
menurun kecemasannya tetapi justru
meningkatkannya. Jadi, kita harus mengetahui apa
tujuan kita mengajukan pertanyaan tertentu kepada
pasien.
c. Terampil dan berpengalaman dalm menerapkan teknik dan metode penanganan
fungsi-fungsi mental pasien. Terdapat teknik-teknik yang biasanya digunakan,
antara lain persuasi, desensitisasi, pemberian nasehat, pemberian, pemberian
contoh (modelling), empati, penghiburan, interpretasi, reward & punishment, dll.

d. Kepribadian : merupakan variabel yang terpenting dalam psikoterapi (selain


variable pasien dan teknis yang digunakan) yg berpengaruh penting dalam
menentukan arah dan hasil terapi. Seseorang yang ingin melakukan psikoterapi
hendaknya memiliki kepribadian dengan kualitas khusus yang memungkinkan
untuk membentuk dan memupuk hubungan yang tepat dan patut dengan pasien-
pasiennya, dengan ciri-ciri :

a. Sensitif atau sensibel

b. Objektif dan jujur

c. Fleksibel

d. Dapat Berempati

e. Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian, yang serius
Sebaliknya, ciri atau unsur kepribadian yang merugikan
keberhasilan terapi, antara lain :
- kecenderungan untuk mendominasi, sombong atau angkuh,
autoriter
- kecenderungan untuk pasif dan submisif
- sulit untuk terlibat dalam hubungan personal yang bermakna
- tidak mampu untuk mentoleransi ekspresi impuls tertentu
- mempunyai kebutuhan untuk menggunakan pasien bagi
pemuasan impuls yang terpendam
- mempunyai sifat destruktif
e. Pengalaman : pengalaman yang diperoleh dalam
menangani pasien, kekayaan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, luasnya wawasan dalam
pengetahuan , budaya, agama, hal-hal spiritual,
merupakan bekal yg penting. Problem pribadi
yang dialami tidak dapat menjadi ukuran dalam
menangani pasien. Yang menarik ialah bahwa
tidak ada seorang pasienpun yang sama, setiap
pasien adalah unik. Pengalaman yang demikian
akan berguna dalam mengatur strategi dan
teknik untuk mencapai tujuan terapi.
a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi
dibedakan atas :
1. Psikoterapi Suportif
Tujuan :
- mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat
mekanisme defensi yang ada
- memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki
dengan yang baru dan lebih baik.
- perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih
adaptif.
Cara atau pendekatan : bimbingan, reassurance, katarsis
emosional, hipnosis,desensitisasi,eksternalisasi minat,
manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2. Psikoterapi Reedukatif :
Tujuan
mengubah pola perilaku dengan meniadakan
kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan.
cara atau pendekatan : Terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll
3. Psikoterapi Rekonstruktif :
Tujuan :
dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik
nirsadar, dengan usaha untuk mencapai
perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Cara atau pendekatan : Psikoanalisis klasik dan
Neo-Freudian (Adler,Jung,Sullivan, Horney,
Reich, Fromm, Kohut,dll), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
b. Menurut dalamnya psikoterapi terdiri atas :
1. superfisial, yaitu yang menyentuh hanya
kondisi atau proses pada permukaan, tidak
menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi
yang direpresi.
2. mendalam (deep), yaitu yang menangani hal
atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar
atau materi yang direpresi.
c. Menurut teknik yang terutama digunakan,
psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan
yang digunakan, antara lain psikoterapi
ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant
conditioning, modeling, asosiasi bebas,
interpretatif, dll.
d. Menurut konsep teoritis tentang motivasi dan
perilaku, psikoterapi dibedakan menjadi :
1. Psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan bila
deviasi perilaku telah dikoreksi)
2. Psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan
mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang
keliru, dan
3. Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa
ingatan, keinginan,dorongan,ketakutan, dll. Yang
nirsadar kedalam kesadaran). Psikoterapi kognitif dan
perilaku bersandar pada teori belajar, sedangkan
psikoterapi dinamik berdasarkan pada konsep-konsep
psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
e. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas
psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas
terapi marital atau pasangan, terapi keluarga,
terapi kelompok)
f. Menurut nama pembuat teori atau perintis dibagi
menjadi psikoterapi analisis Freudian, analisis
Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi
rasional-emotif Albert Ellis,konseling non-direktif
Rogers, terapi Gestalt dan Fritz Perls, logoterapi
Viktor Frankl,dll.
g. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung
dengan psikoterapi misalnya
narkoterapi,hypnoterapi,terapi musik,
psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play
therapy), psikoterapi religius, dan latihan
meditasi.
h. Yang belum disebutkan dalam bagian diatas
namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain
: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis
Konseling
menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk
psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria
dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan
orang yang melakukannya, walaupun hubungan
yang terjadi didalamnya juga merupakan the
helping relationships. Konseling bukannya
hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi
dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi,
misalnya guru, pengacara,penasehat
keuangan,dsb.
Terapi Interpersonal;
Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik
saat ini dengan pihak-pihak lain yang bermakna
sehingga ia mengalami kesulitan beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan dalam karier atau
peran sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak
dilakukan terhadap depresi sedang dan berat.
Intervensi krisis
Dilakukan terhadap pasien yang mengalami
krisis dan memerlukan tindakan segera (catatan :
krisis yaitu suatu respon terhadap keadaan
bahaya atau penuh resiko dan dirasakan atau
dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar
tercapai kembali keadaan seimbang (emotional
equilibrium). Dalam terapi ini kita harus
secepatnya membina hubungan interpersonal
yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik
dan hubungannya terhadap krisis yang terjadi.
Teknik yang dilakukan yaitu :
Reassurance , sugesti, manipulasi lingkungan dan
medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien
untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk
mencegah terjadinya kembali krisis di masa yang
akan datang.
Fase Awal :
Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan
pasien. Tugas Terapeutik :
1. Memotivasi pasien untuk menerima terapi,
2. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian
mengenai terapi (bila ada),
3. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti
penderitaannya dan bahwa terapis mampu
membantunya (tanpa harus menyatakan secara
verbal),
4. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam
bentuk :
1. Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat
menerima fakta bahwa ia dapat dibantu.
2. Penolakan terhadap arti dan situasi terapi.
3. Tidak dapat dipengaruhi terdapat hostilitas dan
agresi, dependensi yang mendalam, dan
4. Berbagai resistensi yang menghambat
terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat
Fase Pertengahan
Tujuan : menentukan perkiraan sebab dan dinamik
gangguan yang dialami pasien, menterjemahkan tilikan
dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah
korektif.
Tugas terapeutik :
1. Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap
lingkungan dan hubungan interpersonal yang
menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi
dinamik, digunakan asosiasi analisis karakter,
analisis transferensi. Pada terapi perilaku, kita
menilai faktor-faktor yang diperkuat dan gejala-gejala
yang perlu dihilangkan
2. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan problem kehidupan.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam
bentuk :
1. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan
pengakuan adanya gangguan dan kesulitan
dalam hubungan interpersonal dengan
lingkungan,
2. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah),
mengahadapi dan mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan konflik, keinginan dan
ketakutan.
Fase Akhir :
Tujuan yaitu : terminasi terapi. Tugas
terapeutiknya antara lain :
1. Menganalisis elemen-elemen dependensi
hubungan terapis-pasien.
2. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk
mendorong pasien membuat keputusan,
menentukan nilai dan cita-cita sendiri.
3. Membantu pasien mencapai kemandirian dan
ketegasan diri yang setinggi-tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa :
1. Penolakan untuk melepaskan dependensi.
2. Ketakutan untuk mandiri dan asertif
Masalah kontratransferensi pada terapis :
1. kecendrungan untuk mendominasi dan terlalu
melindungi pasien.
2. Tidak mampu mengambil sikap atau peran
yang non direktif sebagai terapis.
Dari pelbagai penelitian statistik yang telah
dilakukan, ternyata di antara sekian banyak
bentuk dan jenis psikoterapi, tidak satu pun
terbukti lebih unggul dari pada yang lain.
Perbaiki terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh
faktor-faktor :
- tujuan yang ingin dicapai
- motivasi pasien
- kepribadian dan keterampilan terapis
- teknik yang digunakan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai