Anda di halaman 1dari 71

KINETIKA KIMIA

PENDAHULUAN
Kinetika kimia menjelaskan bagaimana reaksi
terjadi dengan mengkaji laju dan mekanismenya
Kinetika kimia menjelaskan bagaimana kecepatan
reaksi yang berbeda-beda
Kinetika kimia memiliki makna praktis yang
penting sebab kajian ini merupakan dasar untuk
memodifikasi rekasi kimia dengan kecepatan yang
memadai, di bawah kendali yang baik
Konsep penting dalam kinetika kimia adalah
menghubungkan laju reaksi dengan jumlah
reaktan yang ada. Begitu hubungan ini
ditetapkan, pengaruh kondisi eksternal, terutama
suhu, dapat dijelaskan
Konsep yang sama digunakan untuk menjelaskan
reaksi nuklir yang mengubah satu unsur menjadi
unsur lain
Tujuan utama kinetika kimia adalah menjelaskan
bagaimana laju bergantung pada konsentrasi
reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi
yang diperoleh dari eksperimen
A. Definisi Laju Reaksi

a. Laju Sesaat (v) = laju reaksi pada suatu saat tertentu


Misal : suatu reaksi memerlukan waktu 60 detik.
Berapa laju reaksi pada detik ke-10, ke-20, dst.
b. Laju rata-rata (vr) = perubahan konsentrasi zat
pereaksi atau hasil reaksi tiap satuan waktu.
Laju reaksi mempunyai satuan : konsentrasi/waktu
Pada reaksi kimia umum: aA + bB cC + dD
Laju reaksi (v) dituliskan:

v = 1 dA = 1 dB = 1 dC = 1 dD (1)
a dt b dt c dt d dt

Dimana dA/dt, dB/dt, dC/dt, dan dD/dt berturut-


turut merupakan perubahan konsentrasi A, B, C,
dan D terhadap waktu atau dapat dikatakan
sebagai laju reaksi terhadap A, B, C, dan D. Tanda
negatif menunjukkan bahwa konsentrasi reaktan
mengalami penurunan selama reaksi berlangsung.
Bergantung pada jenis reaksinya, terdapat
sejumlah cara untuk mengukur laju reaksi.
Contoh : dalam larutan berair, molekul bromin
bereaksi dengan asam format (HCOOH) sebagai
berikut :
Br2 (aq) + HCOOH (aq) 2H+ (aq) + 2Br- (aq) + CO2 (g)
Molekul bromin berwarna coklat kemerahan.
Semua spesi lain dalam reaksi tidak berwarna.
Seiring berjalannya reaksi, konsentrasi Br2 terus
menurun dan warnanya memudar.
Jadi perubahan konsentrasi (yang terlihat dari
intensitas warnanya) terhadap waktu dapat
diukur menggunakan spektrofotemeter. Laju
reaksi ditentukan dengan memplotkan
konsentrasi bromin terhadap waktu. Oleh
karena umumnya laju berbanding lurus
terhadap konsentrasi reaktan, maka tidak
mengherankan jika laju reaksi di atas mengecil
dengan menurunnya konsentrasi bromin
Jika salah satu reaktan atau produk dalam
reaksi berwujud gas, dapat digunakan
manometer untuk mengetahui laju reaksinya.
Contoh : reaksi dekomposisi hidrogen
peroksida :
2H2O2 (l) 2H2O (l) + O2 (g)
Laju dekomposisi dapat dengan mudah
ditentukan dengan mengukur terbentuknya
oksigen dengan manometer. Tekanan oksigen
kemudian dikonversi menjadi konsentrasi
menggunakan persamaan gas ideal :
PV = nRT
P = n/V RT = MRT
M = (1/RT) P (2)

Jika suatu reaksi mengkonsumsi atau


menghsasilkan suatu ion, lajunya dapat diukur
dengan memantau konduktansi listriknya
Jika ion H+ merupakan reaktan atau produk,
laju rekasinya dapat ditentukan dengan
mengukur pH larutan sebagai fungsi waktu
Hukum Laju (Persamaan Laju Reaksi)
Persamaan laju reaksi : suatu tetapan dikali dengan
fungsi konsentrasi pereaksi
Untuk reaksi : A B

k = tetapan laju reaksi


Hukum laju diperoleh dari data eksperimen
Hukum laju dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial
atau dalam bentuk integral
Orde Reaksi
Merupakan jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum
laju bentuk diferensial
misal : A + B hasil
Vr = k [A]x [B]y
dimana :
x = orde reaksi terhadap A
y = orde reaksi terhadap B
(x + y) = orde reaksi keseluruhan

Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat kecil, pecahan, atau


nol
Orde reaksi terhadap masing-masing pereaksi ditentukan
berdasarkan data eksperimen
Contoh :
Pada suhu 35 oC senyawa AB terurai menjadi A dan B.
Konsentrasi AB mula-mula adalah 0,50 mol/L dan setelah 20 detik
tinggal 0,20 mol/L. berapa laju reaksi rata-rata selama 20 detik
pertama?
Penyelesaian :
AB A + B
[AB] = (0,20 0,50) mol/L = -0,30 mol/L
t = (20-0) detik = 20 detik
[AB] 0,30 mol L-1
v =- =
t 20 detik
= 1,5 x 10-2 mol L-1 detik-1
Persamaan laju reaksi dari reaksi di atas adalah:

Laju (v) = k[AB]x (2.2)

Dimana k merupakan tetapan laju reaksi sedangkan x adalah orde

reaksi terhadap AB.


Penentuan Orde Reaksi
Orde reaksi tidak dapat ditentukan langsung dari persamaan
stoikiometri reaksi, tetapi ditentukan dari hasil eksperimen
Metode laju awal
Contoh reaksi : S2O82- + 3I- 2SO42- + I3-
Persamaan laju reaksi tersebut : v = k [S2O82]m [I-]n
Data hasil percobaan

Percobaan Konsentrasi Awal Laju reaksi awal


(mol L-1) (mol L-1 det-1)
S2O82- I-
1 0,038 0,060 1,4 x 10-5
2 0,076 0,060 2,8 x 10-5
3 0,076 0,030 1,4 x 10-5
a)

b)

Jadi orde reaksi total = m + n = 1 + 1 = 2 (reaksi


orde kedua)
Metode grafik

[A] log [A]

waktu waktu
Reaksi orde nol Reaksi orde satu

waktu
Reaksi orde dua
Teori Tumbukan

Reaksi antara senyawa A dan senyawa B dapat berlangsung

apabila terjadi tumbukan kedua molekul tersebut. Namun

tidak semua tumbukan menyebabkan reaksi terjadi. Hanya

tumbukan yang efektif, yaitu tumbukan dengan energi

melebihi aktivasi dan dengan orientasi yang sesuai yang akan

menghasilkan produk.
Contoh :
Reaksi A + B X, mempunyai persamaan laju reaksi v =
k[A]2[B].
a. Hitunglah orde reaksi
b. Bila konsentrasi A dan B keduanya diperbesar dua kali semua,
berapakah laju reaksinya dibandingkan semula?
Penyelesaian :
a. Orde reaksi = 2 + 1 = 3
b. v1= k[A]2[B]
jika [A] = 2 [A] dan [B] = 2 [B] maka
v2 = k [2A]2 [2B]
= 8 k [A]2 [B]
= 8 v1 (delapan kali laju reaksi semula)
B. Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Satu reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda dengan
reaksi-reaksi kimia yang lain. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap laju reaksi adalah:

1) Sifat reaktan yang terlibat dalam reaksi


Bila reaktan semakin reaktif, maka reaktan tersebut akan
lebih mudah bereaksi dan laju reaksinya semakin besar.
2) Konsentrasi reaktan
Pada konsentrasi reaktan lebih besar tumbukan akan lebih
sering terjadi sehingga laju reaksi meningkat.
3) Temperatur
Pada suhu lebih tinggi, energi rata-rata molekul akan
bertambah sehingga semakin banyak molekul reaktan yang
memiliki energi melebihi energi aktivasi. Hubungan antara
suhu dengan tetapan laju reaksi dirumuskan dengan persamaan
Arrhenius.
k = Ae-Ea/RT (2.3)
4) Adanya katalis
Energi aktivasi reaksi terkatalisis lebih rendah daripada reaksi
tidak terkatalisis sehingga laju reaksi terkatalisis lebih besar.
Katalis akan dikonsumsi pada awal reaksi namun dibebaskan
kembali pada akhir reaksi.
5) Luas permukaan sentuh
Bila luas permukaan reaktan makin besar maka reaktan akan
lebih mudah bersinggungan. Akibatnya laju reaksi akan
semakin besar pula.
C. Penentuan Persamaan laju reaksi
Persamaan umum laju reaksi dapat ditentukan menurut jumlah
pereaksi, apakah tunggal, dua atau tiga.

i. Pereaksi tunggal: A hasil v = k[A]m (2.4)

ii. Pereaksi dua: A + B hasil v = k[A]m[B]n (2.5)

iii. Pereaksi tiga: A + B + C hasil v = k[A]m[B]n[C]o (2.6)

m, n dan o ditentukan berdasarkan data eksperimen.


C.1. Mengolah data Sederhana
Data sederhana yang dimaksud adalah data yang menunjukkan
perbandingan yang mudah dipecahkan, baik data konsentrasi
maupun laju reaksi. Contohnya adalah sebagai berikut:
Data percobaan untuk reaksi: 2NO2(g) 2NO(g) + O2(g)
Diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi NO2 terhadap laju
reaksi.
[NO2] Laju pembentukan NO
Percobaan
(mol L-1) (mol L-1 dt-1)
1 0,1 x 10-2 2
2 0,3 x 10-2 18
3 0,6 x 10-2 72
Persamaan dan konstanta laju reaksi dapat ditentukan menurut cara
sebagai berikut:
Misal: persamaan laju reaksi: v = k[NO2]m
- Membandingkan data percobaan 1 dan 2:
V1 k[NO2]1m
V2 = k[NO2]2m
m
2 -2
k[0,1 x 10 ] m
1 1
= m=2
18 = k[0,3 x 10-2]m 9 3
- Membandingkan datat percobaan 2 dan 3:
V2 k[NO2]2m
V3 = k[NO2]3m
m
18 -2
k[0,3 x 10 ] m
1 1
= = 2 m=2
72 -2
k[0,6 x 10 ] m
4
Dari dua penghitungan tersebut ternyata m = 2, maka:
a. Persamaan laju reaksi: v = k[NO2]2
v 2 mol L-1 dt-1
b. Konstanta laju reaksi: k = =
[NO2] 2 (0,1 x 10-2 mol L-1)2
= 2,0 x 103 mol-1 L dt-1
C.2. Mengolah data rumit
Untuk data yang rumit harus dicari hubungan matematis antara
konsentrasi dan waktu. Hal ini tergantung dari jumlah pereaksi
dan orde reaksinya.
a. Pereaksi tunggal
1) Pereaksi tunggal dengan laju reaksi berorde satu
Misal: A X
d[A]
v= = k[A] (2.7)
dt
Jika [A] mula-mula = a dan pengurangan konsentrasi
sebesar x, maka konsentrasi A yang tersisa = a x,
sehingga:
d(a x)
= k(a x) (2.8)
dt
Karena a tetap dan x bervariasi maka d(a x) = dx, dengan
demikian:
dx
= k (a - x)
dt
Dengan pengintegralan: dx
= k dt
ax
a
Maka ln = kt
ax
Persamaan tersebut dapat diubah menjadi:
ln (a x) = -kt + ln a (2.9)
Persamaan ini merupakan persamaan garis lurus y = px + q
dengan ln (a x) sebagai variabel y, -k sebagai konstanta, t
sebagai variabel x dan ln a sebagai tetapan q.
Berdasarkan data konsentrasi dan waktu, persamaan laju reaksi
bentuk integral ini dapat ditrentukan dengan cara grafik yang
mengalurkan ln (a x) terhadap t dan cara subtitusi dengan
menentukan k menurut persamaan:
1 a
k = t ln (2.10)
ax
Contoh:
Reaksi penguraian glukosa (G) menghasilkan data sebagai berikut:

Glukosa (mol/ml) 56 53,3 53,0 52,5


T (menit) 0 45 200 240
Buktikan bahwa orde reaksi adalah satu dengan cara:
a. Grafik
b. Substitusi
Penyelesaian :
a. Data di atas dapat diubah menjadi :

ln(G) = 4,025 4,013 3,970 3,961

t = 0 45 200 240
ln a

ln (a x) tg = -k


t
Gambar 2.1 Grafik logaritma konsentrasi terhadap waktu
untuk reaksi orde satu

Pada grafik di atas, keempat titik berada dalam satu garis lurus
sehingga terbukti bahwa reaksi berorde satu
b. Dari data ternyata a = 56 mol/mL
Setelah berlangsung selama 45 menit (a x) = 53,3 setelah 200
menit (a x) = 53,0 dan seterusnya.
Dengan menggunakan Persamaan 2.10, maka:
1 56
k1 = 45 ln = 2,79 x 10-4 menit-1
53,3
1 56
k2 = ln = 2,75 x 10-4 menit-1
200 53,0
1 56
k3 = ln = 2,68 x 10-4 menit-1
240 52,5
Ternyata ketiga nilai k hampir sama sehingga terbukti bahwa
reaksi berorde satu.
2) Pereaksi tunggal dengan laju reaksi berorde dua
d[A]
v= = k[A]2 (2.11)
dt
dx
Atau = k (a x)2 (2.12)
dt
dx
= k dt
(a x) 2

x
Hasil integralnya adalah: =kt
a(a x)
x
Maka k = (2.13)
at (a x)
Persamaan tersebut merupakan persamaan garis lurus dengan
y = px, dengan x/a(a x) sebagai variabel y, t variabel x dan k
sebagai koefisien arah (tg )
3) Pereaksi tunggal berorde tiga

dx
v= = k (a x)3 (2.14)
dt
1 1
Hasil integralnya adalah: =kt
2(a x)2 2a2
1 1
atau k = (2.15)
2(a x)2 2a2t
b. Pereaksi dua macam
Untuk reaksi: A + B hasil reaksi, bentuk umum persamaan laju
reaksinya adalah:
v= dx = k[A]m[B]n (2.16)
dt
Bila [A] dan [B] awal masing-masing adalah a dan b, selama
bereaksi terjadi pengurangan sebesar x, maka:
dx = k (a x) (b x) dx
= k dt
dt (a x) (b x)
1 b (a x)
Hasil integralnya adalah : ln = kt
a b a (b x)

k= 1 ln b (a x) (2.17)
t(a b) a (b x)
Modifikasi persamaan tersebut menghasilkan persamaan:
ln (a x) = (a b) kt ln b (2.18)
(b x) a
Persamaan ini sesuai dengan persamaan garis lurus y = px + q,
dengan variabel y adalah ln (a x) , variabel x adalah t, tangen
(b x)
adalah k dan tetapan q adalah ln b/a
Jika data yang mengalurkan konsentrasi terhadap waktu dibuat
grafik akan diperoleh kurva garis lurus yang menunjukkan bahwa
laju reaksi berorde dua. Selain itu, dengan nilai k yang mendekati
sama pada pengolahan data menurut cara substitusi juga
menunjukkan bahwa reaksi berlangsung dengan laju reaksi berorde
dua.
Persamaan laju reaksi untuk beberapa jenis pereaksi dan orde reaksi
dalam bentuk diferensial dan integral dirangkum dalam Tabel
berikut:
Tabel 2.2 Persamaan laju reaksi dalam bentuk diferensial dan integral
Persamaan laju reaksi
Reaksi orde
Bentuk diferensial Bentuk integral

dx a
= k [A] ln = kt 1
dt ax

dx x
A hasil = k [A]2 = kt 2
dt a (a x)

dx 2ax x2
= k [A]3 = kt 3
dt 2a (a x)
2 2
Persamaan laju reaksi
Reaksi orde
Bentuk diferensial Bentuk integral

dx k [A][B] 1 a (b x)
= ln kt
A + B hasil dt ba b (a x) = 2

dx k [A][B]2 1 a (b 2x)
A + 2B hasil = ln
b 2a b (a 2x) =
kt 3
dt

1 1 1
dx k [A]2[B] 2b + a a x +
a
2A + B hasil = 3
dt 1 b (a x)
ln kt
(2b a)2 a (b x) =
D. Waktu Paro
Waktu paro (t1/2) didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam
suatu reaksi kimia sampai konsentrasi pereaksi tinggal separuh dari
konsentrasi awal.
1) Reaksi berorde satu
Jika [A] awal = a, maka saat waktu paruh: (a x) = a, sehingga :
a
ln = kt1/2 (2.19)
a
ln 2 0,693
Dengan demikian: t1/2 = = (2.20)
k k
2) Reaksi berorde dua
Jika reaksi berorde dua, maka nilai (a x) diganti dengan 0,5a dan
x diganti dengan
x 0,5a
0,5a sehingga = kt diubah menjadi = kt1/2
a(a x) a(0,5a)
1
Maka t1/2 = (2.21)
ka
3) Reaksi berorde tiga

Persamaan 1 1 =kt
2 (a x)2 2a 2

diubah menjadi 1 1 =kt


1/2
2 (a x)2 2a2
dan selanjutnya nilai (a x) diganti dengan 0,5a dan x diganti
dengan 0,5a, sehingga diperoleh persamaan:
1 1
2
= k t1/2
2 (0,5a)2 2a
3
Maka t1/2 = (2.22)
2ka2
Nilai waktu paro suatu reaksi dapat digunakan untuk menentukan
orde reaksi dan konstanta laju reaksi, yaitu dengan mencari
hubungan yang sesuai dengan ordenya. Secara umum, hubungan
tersebut adalah:
1
t1/2 atau t1/2 an = konstanta
an
Atau (t1/2)1 (a1n) = (t1/2)2 (a2n) (2.23)

(t1/2)1 dan (t1/2)2 adalah waktu paro keadaan pertama dan kedua,
sedangkan a1 dan a2 adalah jumlah pereaksi pada keadaan pertama
dan kedua. Dengan mencari nilai n akan diketahui orde reaksi.
Contoh:
a. A X
[A] awal = 0,8 M dan setelah 6,4 menit tinggal 0,4 M. Jika [A] awal
= 0,4 M, diperlukan waktu 25,6 menit supaya A tinggal separonya.

b. B Y
[B] awal = 0,6 M dan setelah 45 detik tinggal 0,3 M. Bila diambil B
sebesar 0,8 M diperlkan waktu 45 detik agar B yang tinggal 0,4 M.
c. C Z
Bila [C] awal 0,3 M diperlukan waktu 7,5 menit agar C tinggal
separonya. Bila [C] diambil 0,5 M diperlukan waktu 4,5 menit agar C
tinggal 0,25 M
Tentukan orde reaksi dan konstanta reaksi masing-masing
Penyelesaian :
a. (6,4) (0,8)n = (25,6) (0,4)n
0,8 n 25,6
= 6,4
0,4
2n = 4 n = 2 (reaksi orde dua)
k = ?
b. (45)(0,6)n = (45) (0,8)n
0,75n = 1 n = 0 (reaksi berorde nol)
k = .?
c. (7,5) (0,3)n = (4,5)(0,5)n
0,3 n 4,5
= 7,5
0,5
0,6n = 0,6 n = 1 (reaksi berorde satu)
k = .?
Kegunaan lain penentuan waktu paro adalah untuk menghitung pereaksi
yang masih tersisa setelah waktu tertentu.
E. Mekanisme Reaksi
Reaksi kimia tidak selalu berjalan pada satu langkah reaksi,
melainkan melalui serangkaian langkah reaksi yang disebut sebagai
mekanisme reaksi. Tiap-tiap langkah reaksi disebut sebagai reaksi
elementer. Mekanisme adalah urutan reaksi dasar yang dilalui oleh
pereaksi sampai terbentuk hasil reaksi.
Untuk reaksi: AB + CD AC + BD
AB dan CD adalah pereaksi (keadaan awal), sedangkan AC dan BD
adalah hasil reaksi (keadaan akhir). Dalam reaksi ini terjadi
pemutusan ikatan A B dan C D dan diikuti dengan pembentukan
ikatan A C dan B D. Proses ini berlangsung tidak serentak, tetapi
melalui beberapa tahap dengan laju reaksi yang tidak sama,
misalnya:
Tahap ke-1: AB A + B (cepat)
Tahap ke-2: A + CD ACD (lambat)
Tahap ke-3: ACD AC + D (cepat)
Tahap ke-4: B + D BD (cepat)
Tahap yang paling lambat, yaitu tahap ke-2, disebut sebagai tahap
penentu laju reaksi, karena tahap ini merupakan penghalang untuk
laju reaksi secara keseluruhan. Artinya, tidak ada pengaruh kenaikan
laju reaksi tahap ke-1, 3 dan 4 terhadap reaksi total. Misalkan reaksi
2NO + O2 2NO2 berlangsung dengan mekanisme berikut:
K
Langkah pertama : 2NO N2O2
k2
Langkah kedua: N2O2 + O2 2NO2
Pada reaksi total, orde reaksi tidak berhubungan dengan koefisien
reaksi. Namun, pada reaksi elementer koefisien reaksi merupakan
orde dari senyawa yang bersangkutan. Persamaan laju reaksi pada
langkah kedua adalah:
d
[NO2] = 2k2[N2O2][O2] (2.24)
dt
N2O2 merupakan senyawa intermediet yang harus dihilangkan dari
persamaan laju reaksi. Pada reaksi keseimbangan langkah pertama
berlaku:
[N2O2]
K= [N2O2] = K [NO]2 (2.25)
[NO]2
Dengan subtitusi persamaan 2.25 pada persamaan 2.24 didapatkan
persamaan:
d [NO ] = 2k K[NO]2[O ] (2.26)
2 2 2
dt
Terlihat bahwa reaksi tersebut mempunyai orde total sama dengan
tiga.
Pendekatan Keadaan Mantap (Steady State)
Pendekatan ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa konsentrasi
intermediet bernilai konstan atau laju intermediet adalah nol.
Misalkan reaksi: 2NO2 + F2 2NO2F berlangsung dengan
mekanisme berikut:
k1
NO2 + F2 NO2F + F
k2
NO2 + F NO2F
NO2 dan F2 adalah reaktan, NO2F adalah produk, dan F adalah
intermediet.
d
[F] = k1[NO2][F2] k2[NO2][F] = 0 k1[NO2][F2] = k2[NO2][F]
dt
d
[NO2F] = k1[NO2][F2] + k2[NO2][F] = 2k1[NO2][F2]
dt
Jadi reaksi antara NO2 dengan F2 merupakan reaksi orde dua.
F. Hukum Arrhenius
Kebanyakan laju reaksi bertambah dengan naiknya temperatur

k = Ae-Ea/RT
Atau A = Faktor
Ea praeksponensial
ln k = + ln A (2.27)
RT Ea = Energi aktivasi
Dengan demikian:
R = Tetapan gas ideal
ln k1 = ln A Ea/RT1
T = Suhu Kelvin
ln k2 = ln A Ea/RT2
k1
Sehingga: ln = Ea 1 1
(2.28)
k2 R T2 T1
Persamaan 2.28 dapat digunakan untuk menentukan nilai energi
aktivasi (Ea) atau menghitung nilai k pada berbagai suhu.
Pers (2.27) dapat diubah dalam bentuk :

Ea 1
log k = 2,303R T + log A

Analog dengan persamaan garis y = -mx + c

Ea
log k slope = kemiringan = 2,303R

1
T
Contoh :
Pada saat suhu 300 oC, tetapan laju reaksi : siklopropana propilen
adalah 2,4 x 10-10 dt-1 dan pada suhu 400 oC adalah 1,16 x 10-6 dt-1
Tentukan nilai Ea.

Penyelesaian :
k1 Ea 1 1
ln
k2 = RT T2 T1

(2,40 x 10-10 dt-1) Ea 1 1


ln =
(1,16 x 10-6 dt-1) 8,314 J mol-1 K-1 673 K 573 K

-8,48 = Ea (-3,1 x 10-5) J-1 mol


Ea = 273,5 kJ mol-1
Molekularitas Reaksi
Banyaknya molekul yang bereaksi dalam tahap
elementer menentukan molekularitas reaksi
Reaksi unimolekuler : reaksi yg tahap elementernya
hanya melibatkan satu molekul yang bereaksi
Reaksi bimolekuler : reaksi yg tahap elementernya
melibatkan dua molekul yang bereaksi
Reaksi termolekuler : reaksi yg tahap elementernya
melibatkan tiga molekul yang bereaksi
Reaksi Kompleks
A. Reaksi Rantai
Tahapan-tahapan reaksi rantai :
1. Tahap inisiasi berupa pembentukan radikal dari molekul biasa.
2. Tahap propagasi (perambatan) rantai, dimana radikal yg
terbentuk menyerang molekul biasa dan umumnya
menghasilkan radikal baru.
3. Tahap inhibisi (penghambat) rantai, dimana radikal dapat
menyerang molekul produk. Meskipun tidak memutuskan
rantai karena pada tahap ini tetap dihasilkan kembali radikal
lain, tetapi tahap ini jelas mengurangi jumlah produk yang
sudah terbentuk.
4. Tahap terminasi (pengakhir), berupa proses penghilang radikal
yg berarti pemutusan rantai. Dapat disebabkan oleh reaksi
penggabungan radikal atau karena bereaksi dengan bejana
tempat reaksi
5. Reaksi pemadaman atau penyapuan radikal oleh molekul yang
mempunyai elektron tunggal seperti NO.
Contoh :
Reaksi :
Laju yg teramati untuk rx di atas : (2.32)

Mekanisme reaksi rantai yg dpt memberikan laju di atas :


(a) Inisiasi :
(b) Perambatan :

(c) Inhibisi :
(d) Terminasi :
Laju pembentukan HBr :

(2.33)

[Br] dan [H] dieliminasi dgn pendekatan steady state :

Penyelesaian kedua pers. di atas untuk [H] dan [Br] dan sustitusi ke dlm pers. (2.33)
memberikan :

(2.34)
Contoh : reaksi dehidrogenasi etana

dgn laju :

Telah diajukan mekanisme Rice-Herzfeld untuk mengungkapkan


hukum laju ini :
(a) Inisiasi :
(b) Perambatan :

(c) Terminasi :
Dgn menggunakan pendekatan steady state utk radikal-radikal dpt
diturunkan pers.laju :
(2.35)
B. Reaksi Ledakan
Dua jenis reaksi ledakan :
1. Ledakan termal, disebabkan oleh kenaikan tajam dari laju
karena naiknya suhu.
2. Ledakan percabangan rantai, terjadi jika terdapat tahap
percabangan rantai yaitu jika satu radikal bereaksi dgn molekul
stabil dan menghasilkan lebih dr satu radikal.
Contoh reaksi ledakan percabangan rantai :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g)
diduga mekanisme reaksinya sangat kompleks dan melibatkan
reaksi rantai dgn pembawa rantainya radikal-radikal H, O,
HO, dan HO2. Beberapa tahapannya adalah sebagai berikut :
Inisiasi : H2 + O2 O2H + H
Perambatan : H2 + O2H OH + H2O
H2 + OH H + H2O
H + O2 O + OH
percabangan
O + H2 OH + H

Adanya 2 tahap percabangan mampu melipatgandakan laju


reaksi perambatan yang eksoterm hingga mencapai ledakan.
Katalisis Enzim
Katalisis enzim lebih khusus dibandingkan katalisis asam basa.
Terkadang kekhususannya bersifat mutlak, artinya enzim
tertentu hanya mengkatalisis satu jenis reaksi tertentu.
Banyak enzim menunjukkan kekhususan stereokimia. Misalnya
enzim proteolitik hanya mengkatalisis hidrolisis peptida yg
terbentuk dari asam amino dgn konfigurasi L.
Semua enzim adalah protein, tetapi sbg katalis terkadang hrs
bekerja dgn ko-enzim.
Untuk sejumlah enzim aktivitas katalitik terdapat pada pusat
aktif dr molekul protein.
Mekanisme reaksi enzimatis seringkali sangat kompleks, terdiri
dari sejumlah tahap elementer yg melibatkan interaksi yg rumit
antara molekul enzim dan molekul substrat.
A. Pengaruh Konsentrasi
- Laju reaksi katalisis enzimnya berbanding biasanya berbanding
lurus dengan konsentrasi enzim.
- Ketergantungan laju reaksi katalisis enzim terhadap konsentrasi
substrat lebih kompleks
- Pada konsentrasi substrat yg kecil, laju sebanding dgn
konsentrasi substrat (reaksi orde pertama) tetapi laju menjadi tak
tergantung pd konsentrasi substrat pada konsentrasi substrat yg
besar (reaksi orde ke nol).
- Perilaku laju tsb diterangkan oleh Michaelis dan Menten dgn
mekanisme sbb :

(2.36)
- Pendekatan keadaan tetap untuk ES menghasilkan persamaan :

- Biasanya konsentrasi substrat jauh lebih besar daripada


konsentrasi enzim shg hanya sedikit sekali substrat yang terikat
pada enzim.
- Konsentrasi total enzim : [E]0 = [E] + [ES]
- Eliminasi [E] dari kedua persamaan menghasilkan :

sehingga :
- Laju reaksinya :

(2.37)

(2.38)
dimana : , disebut tetapan Michaelis

- jika [S] cukup kecil maka pers. (2.38) menjadi :

(2.39)
Dgn demikian kinetika merupakan orde pertama thd enzim.
- Jika [S] >> Km, maka (2.40)
kinetika enzim menjadi orde ke nol.
- Persamaan (2.38) dapat ditulis dalam bentuk :
(2.41)

- Plot terhadap menghasilkan kurva garis lurus jika data


reaksi sesuai dgn persamaan (2.37) atau (2.38). Dari kurva garis
lurus dapat ditentukan dan sehingga dgn
demikian dapat dihitung nilai Km.
- Jika konsentrasi enzim awal [E]0 juga diketahui, k2 dapat
ditentukan dari grafik. Sedangkan k1 dan k-1 tidak dapat
dihitung dari grafik, tetapi harus ditentukan dengan cara lain
sebelum tercapai keadaan tetap untuk ES.
Mekanisme yang lebih kompleks pun menghasilkan
bentuk yang sama :

Dengan pendekatan steady state terhadap ES dan ES


menghasilkan ungkapan laju :

(2.42)
Reaksi Koenzim
Oksidasi alkohol menjadi aldehida dalam sel hidup melibatkan
koenzim nikotinamid adenin dinukleotida. Reaksi keseluruhan
yang dikatalisis oleh alkohol dehidrogenasi adalah :
alkohol + NAD+ = aldehida + NADH + H+
dengan NAD+ sebagai bentuk teroksidasi dari nikotinamid
adenin dinukleotida dan NADH sebagi bentuk tereduksinya.
Dalam sel terdapat cara untuk mengoksidasi NADH menjadi
NAD+ sehingga selalu terpakai untuk oksidasi alkohol. Karena
nikotinamid adenin dinukleotida diolah kembali dengan cara
ini, senyawa tersebut dikenal sebagai koenzim
Konsentrasi koenzim teroksidasi dalam sel bergantung pada
jumlahnya dan laju teroksidasinya reaksi-reaksi lain
Konsentrasi dari koenzim teroksidasi mempengaruhi laju
oksidasi alkohol menjadi aldehid
Reaksi Fotokimia
Merupakan reaksi yang diinisiasi oleh penyerapan
cahaya
Karakteristik dari suatu reaksi fotokimia adalah
eksitasi atom atau molekul akibat penyerapan energi
cahaya
A + hv A*
proses tersebut menunjukkan proses primer.
Quantum efficiency () dari proses tersebut adalah
sama dengan satu, sehingga :
Karena = 1, maka

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa laju fotolisis pada


panjang gelombang adalah sama dengan intensitas cahaya
Nilai =1 hanya berlaku untuk proses primer, yang menghasilkan
molekul stabil. Jika pada proses primer terbentuk radikal atau
atom-atom yang sangat reaktif, maka dapat terjadi proses
sekunder.
Efisiensi pada proses sekunder dinyatakan sebagai
secondary quantum yield ()

Jadi = 0
Jika produk primer adalah suatu molekul stabil,tak
mungkin terjadi proses lanjutan, dalam hal ini = 1.
Jika produk disosiasi primer adalah radikal, maka
proses sekunder dapat terjadi, sehingga nilai
mungkin akan lebih besar atau kecil daripada satu.
Dekomposisi HI
Dekomposis HI dapat berlangsung akibat radiasi uv dengan panjang
gelombang 253 dan 278 nm.

Mekanisme reaksinya diberikan sebagai berikut :

karena [H] merupakan spesi antara, maka :

Sehingga
Artinya bahwa absorpsi satu kuantum radiasi menhakibatkan dekomposisi dua molekul HI.
Harga kuantum yield turun seiring dengan berjalannya reaksi menurut reaksi :

Dengan menggunakan pendekatan steady state untuk atom H diperoleh :

sehingga

dan diperoleh
Reaksi Hidrogen-Brom
Mekanisme reaksi :
Reaksi Hidrogen-Klor
Mekanisme reaksi :
Reaksi Fotolisis Aldehid
Mekanisme reaksi :
Fotosensitisasi
Reaksi molekul yang tidak dapat mengabsorpsi foton secara
langsung, dapat distimulasikan jika terdapat molekul
pengabsorpsi lainnya, karena molekul ini mungkin dapat
mentransfer energi selama tumbukan.
Contoh fotosensitisasi ini adalah reaksi yang sering digunakan
untuk menghasilkan hidrogen atom , yaitu penyinaran gas
hidrogen yang mengandung sedikit raksa. Atom Hg
dieksitasikan oleh absorpsi sinar, dan lemudian bertumbukan
dengan molekul H2.
Hg* + H2 Hg + 2H
Hg* + H2 HgH + H
Reaksi terakhir dimonitor dengan mendeteksi
HgH secara spektrofotometri
Hasil reaksi tersebut merupakan tahap inisiasi
reaksi fotosensitisasi lain, seperti sintesis
formaldehid dari karbon monoksida dan
hidrogen :
H + CO HCO
HCO + H HCHO + H
2HCO HCHO + CO
Contoh soal :
Perhatikanlah mekanisme reaksi rantai berikut ini :
AH A + H
A B + C
AH + B A + D
A + B P
Tunjukkan tahap inisiasi, perambatan dan
terminasinya. Gunakan pendekatan tunak untuk
membuktikan bahwa dekomposisi AH merupakan
reaksi orde pertama terhadap AH

Anda mungkin juga menyukai