Anda di halaman 1dari 34

KIMIA KOLOID

Slope
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta,
sampo, serta awan
Bersifat homogen - partikel terdipersi tidak terpengaruh gaya
gravitasi atau gaya lain.

Koloid adalah suatu sistem campuran metastabil (seolah-


olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu).
Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil
Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 10-5 cm ).
Contoh: MAYONES dan cat, mayones adalah campuran homogen
di air dan minyak
CAT adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.

Sistem koloid bentuk campuran terletak antara larutan dan


suspensi (campuran kasar), sifat yang berbeda dari larutan atau
suspensi.
.
Di dalam koloid secara umum, ada 2 zat penyusun
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas
Jenis Koloid
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi
Sol adalah koloid dengan fasa zat yang terdespersi adalah padat,
emulsi jika fasa terdispersinya berwujud cair, buih jika fasa terdispersinya
berwujud gas.
1. SOL dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. EMULSI juga dibedakan menjadi tiga
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, dan mentega.
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan.
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk.
3. BUIH dibedakan menjadi dua
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, karet busa, styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk buih, jika fase terdispersi dan medium pendispers sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan

4. AEROSOL
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam
gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap.
aerosol cair: kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong Kloro Fluoro Karbon (CFC).
5. GEL/JEL
adalah koloid liofil bersifat kaku
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut

Ada 2 jenis gel yaitu gel kenyal dan gel tak kenyal.
Gel kenyal : jeli, jem, puding jagung,
Gel tak kenyal : silika gel, Al(OH)3, polimer hidrogel.

Gel t.d molekul rantai panjang. membentuk jaringan silang menyilang


(cross linking) mengakibatkan menghasilkan bahan semipepejal.
Gel kenyal yang dihasilkan dapat menyerap air dengan penambahan air.

Gel tak kenyal menghasilkan pejal seperti kaca tidak menyerap air.
Gel tak kenyal dapat menyerap pelarut tetapi tidak mengembang.
Air hanya memasuki melalui pri-pori gel.
Besar gel tak kenyal tidak berubah.
Tabel 12.1. Pengelompokan Sistem Koloid

No. Pendispersi Terdispersi Nama Sistem Contoh


Buih
1. Gas Cair Aerosol Awan
2. Gas Padat Aerosol Asap
Emulsi
3. Cair Gas Busa Krim
4. Cair Cair Emulsi Susu
5. Cair Padat Sol Sol emas
Sol
6. Padat Gas Busa padat Batu
apung
7. Padat Cair Emulsi padat mentega
8. Padat padat gel kaca
Fase Pendispersi Nama koloid Contoh
Terdispersi
Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak,
krim kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa

Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut,


hair spray di udara

Cair Cair Emulsi Air santan, air susu,


mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap

Padat Cair Sol Cat, tinta


Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur
Pembuatan Sistem Koloid

Jenis Sol
Jika media pendispersi, tidak ska air sol hidrofobik dan sol hidrofilik.
Sol liofilik/hidrofilik suka air.
Fasa terdispersi mempunyai afinitas yang kuat terhadap pelarut. Sol jeni
ini adalah stabil.

Sol liofobik/hidrofobik tidak suka air : As2S3, Au, dan AgCl, selulosa,
protein, polimer surfaktan
Fasa terdispersi dalam air adalah secara spontan atau kurang afinitik
terhadap air maka ia tidak stabil. Mudah digumpalkan oleh penambahan
elektrolit
N
Hidrofob Hidrofil

aTidak menarik molekul air tetapi Menarik molekul air hingga menyelubungi
mengadsorbsi ion partikel terdispersi
bTidak reversible, apabila mengalami Reversibel, bila mengalami koagulasi

koagulasi sukar menjadi sol lagi akan dapat membentuk sol lagi jika
ditambah lagi medium
pendispersinya
cBiasanya terdiri atas zat anorganik Biasanya terdiri atas zat organik
dKekentalannya rendah Kekentalannya tinggi
eGerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak jelas
fMudah dikoagulasikan oleh elektrolit Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit
gUmumnya dibuat dengan cara Umumnya dibuat dengan cara dispersi
kondensasi
hEfek Tyndall jelas Efek Tyndall kurang jelas
iContoh:sol logam, sol belerang, sol Contoh: sol kanji, sol sabun, sol gelatin
Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfida
Pembuatn sol hidrofobik

Secara kondensasi (kimia) dan secara dispersi (fisika,) zarah koloid


dibuat dengan mecah fasa dirpersi ke zarah koloid

Cara Kondensasi
Dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan
redoks) atau dengan penggantian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja
dengan menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul)
penggumpalan menjadi pertikel-partikel berukuran koloid. Cara reaksi:

Pengendapan
Mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3

Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
Reaksi Redoks
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas
H2S ke dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.

Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3

Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara


menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat
jenuh.
Cara Dispersi

Dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu


besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi koloid.

1. Cara Mekanik

Partikel suspensi zat padat digiling, butiran besar dihaluskan


diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air
akan membentuk koloid dengan kotoran air.

Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling


koloid kemudian didispersikan dalam air.

Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang


bersama gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian
dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
Cara Peptisasi

Pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel


endapan akan dipecah.
Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.

Campuran heterogen.

Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.


Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam:
Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran.
Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.
Cara Elektrik/Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
seperti Ag, Au, dan Pt.
Logam tersebut digunakan sebagai elektrode. Kedua logam dicelupkan ke
dalam air, diberi aliran listrik.
Karena panas yang logam menguap, terkondensasi berupa pertikel-
pertikel koloid. Karena prosesnya uap logam, dikategorikan sebagai
metode dispersi.
Cara Ultrasonik

Cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi


yaitu di atas 20.000 Hz.

Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu


tinggi untuk bisa didengar oleh telinga manusia.
Hewan, lumba-lumba menggunakannya untuk komunikasi,
kelelawar menggunakan gelombang ultrasonik untuk navigasi.

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang ultra (di atas) frekuensi


gelombang suara (sonik).
Dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek TYNDALL

Yaitu gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partike


koloid yang disebabkan ukuran molekul koloid yang cukup besar.
Ditemukan John Tyndall (1820-1893)

Terjadi jika suatu larutan terkena sinar.

Jika kena sinar larutan sejati larutan tidak akan menghamburkan


cahaya, karena partikel kecil Pada sistem koloid cahaya akan
dihamburkan.

partikel-partikel besar menghamburkan cahaya,


partikel-partikel kecil tidak terjadi hamburan
2. GERAK BROWN

Gerakan partikel koloid dalam medium pendispersi secara


terus menerus,
terjadi karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi
dan zat koloid
Gerakan tidak teratur/acak, lurus, zig-zag
Dapat dilihat dengan mikroskop ultra
Gerak brown ini membuktikan adanya teori kinetik molekul
Gerak ini semakin hebat pada partkel partikel koloid yang sangat
kecil
Muatan Koloid
Koloid yang bermuatan positif dan koloid yang bermuatan
negatif
Contoh :
Koloid bermuatan negatif : As2S3. karena menyerap ion ion
negatif pada partikel koloid

bermuatan positif ialah Fe(OH)3 karena dalam air akan menyerap


ion H+
ADSORPSI

Yaitu penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya


adhesi zat-zat asing.

Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan partikel koloid yang
sangat luas bila dibandingkan permukaan zat padat dengan jumlah yang
sama.
Koloid yang berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda pula

Topeng gas/masker biasanya mengandung arang aktif atau bahan koloid


lainnya untuk mengadsorpsi asap/gas beracun yang berukuran koloid.

Filter pada rokok juga berfungsi untuk mengadsorpsi/mengurangi


asap/partikel-partikel senyawa yang berukuran koloid
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.

Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi


bermuatan (+).
Adanya muatan yang sama maka koloid Fe(OH), akan tolak-
menolak sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.

Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga


akan bermuatan () dan tolak-menolak dengan sesamanya,
maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
maka zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
Secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan.

Faktor terjadinya koagulasi:


- Perubahan suhu.
- Pengadukan.
- Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
- Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

Contoh:
- susu + sirup masam > menggumpal
- lumpur + tawas > menggumpal shg air menjadi jernih

Koloid pelindung
Yaitu koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
Contoh koloid pelindung
- gelatin pada es krim
- kasein pada susu
- lesitin pada margarin
- koloid pelindung pada cat dan tinta

Kestabilan Sistem Koloid

Koloid gas cairan tidak mengendap dalam waktu sangat lama (stabil).
Kestabilan disebabkan oleh adanya gerak Brown.
Meskipun sampai ke dasar dapat naik kembali dan terus bergerak dalam
mediumnya.
Penyebab lainnya : partikel koloid mengadsorpsi ion.
Partikel koloid yang sama akan mengadsorpsi ion-ion yang sejenis,
sehingga partikel-partikel koloid itu saling tolak-menolak

Partikel koloid sebenarnya tidak bermuatan listrik (netral).


Untuk mengetahui jenis muatan ion yang diadsorpsi koloid jika koloid
mengumpul pada elektroda negatif, berarti koloid mengadsorpsi ion
positip, dan sebaliknya.
Aplikasi Koloid

Banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari,


dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Tabel 13.2 menunjukkan aplikasi koloid.

Jenis industri Contoh aplikasi


Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan Krim, pasta gigi, sabun
perawatan tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan Sabun, deterjen
rumah tangga
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, penisilin untuk
suntikan
Kegunaan lain Koloid

Bidang makanan : susu, margarine, krim, jeli, agar-agar dll


Bidang bangunan : Cat tembok, cat kayu, lem (lem kaca, kayu
dan plastik)
Bidang obat-obatan : Kapsul, Kosmetik
Bidang kosmetik hampir 90% mengg bahan koloid karena
mudah menyerap pewangi, pewarna, lembut mudah dibersihkan
serta tidak merusak kulit dan rambut.

Berupa sol padat : Lisptik, pensil alis, dan maskara


Berupa emulsi : susu pembersih muka/kulit
Berupa sol : Cairan masker dan cat kuku
Berupa gel : deodorant, minyak rambut (jelly)
Berupa Aerosol : Spray parfum, deodorant, hairspray
Berupa Buih : Sabun kecantikan
EMULSI
Emulsi: adalah kolid cairan dalam medium cair.

Agar stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan


emulsifier, yaitu zat penyetabil.

Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan


kasein sebagai emulsifier.

Emulsi dapat dibagi menjadi: emulsi gas, emulsi cair, dan emulsi
padat.
Komponen Emulsi 2 macam
Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi.
Terdiri atas:
- Fase dispers/fase internal/fase discontinue : yaitu zat cair yang
terbagi-bagi menjadoi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
- Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut.
Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.

2. Komponen Tambahan
Bahan yang ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
Misalnya corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen colouris,
preservative (pengawet) dan anti oksidan.
Pengawet: metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat,
fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri
asetas, dll.
Antioksidan : asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat,
asam gallat trihidroksi benzoat.
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi
sebagai fase internal ataupun external :

Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke
dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase
external.

2. Emulsi tipe W/O (water in oil ) atau A/M (air dalam Minyak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar
kedalam minyak.
Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

Tujuan Pemakaian Emulsi untuk diperoleh suatu preparat yang


stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa
bercampur.

1. Dipergunakan sebagai obat dalam/per oral. Umumnya emulsi


tipe o/w.
2. Dipergunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
SURFAKTAN

Surfaktan adalah salah satu produk kimia yang banyak sekali


digunakan dalam industri-industri besar maupun rumah tangga.
Banyak disintesa karena pemakaiannya yang luas .
Memiliki bagian polar (hidrofilik) yang larut dalam air
bagian nonpolar (hidrofobik) yang larut dalam minyak/pelarut non-
polar
Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun
netral,
Bagian polar mempunyai gugus hidroksil semetara bagian non polar
biasanya merupakan rantai alkil yang panjang.
Surfaktan disintesis dari turunan minyak bumi, limbahnya dapat
mencemarkan lingkungan, karena sukar terdegradasi
Sifat rangkap menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada
antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air,

membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada


pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara,
dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak.

Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah rantai alkil yang


panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung
gugus hidroksil

Bagian hidrofilik digambarkan secara skematis kepala berbentuk


bulat,
bagian hidrofobik sebagai bagian badan berbentuk rantai zig-zag
Berdasarkan gugus hidrofiliknya, molekul surfaktan dibedakan kedalam 4
kelompok, yaitu

Surfaktan anionik adalah molekul yang bermuatan negatif pada gugus


hidrofilik atau aktif permukaan (surface-active), seperti gugus sulfat atau
sulfonat.

Surfaktan kationik adalah senyawa yang bermuatan positif pada


gugus hidrofiliknya atau bagian aktif permukaan (surface active), seperti
quarternery ammonium salt

Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak


terjadi ionisasi molekul. Sifat hidrofilik disebabkan karena keberadaan
gugus oksigen eter atau hidroksil.

Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang bermuatan positif dan


negatif pada molekulnya, muatannya bergantung kepada pH.
Pada pH rendah akan bermuatan negatif dan pada pH tinggi akan
bermuatan positif
PENGGUNAAN SURFAKTAN
Bidang kosmetik
- detergen cleansing
- wetting pengering rambut prtoses kriting
- foaming sampo
- emulsi - krim, lotion
- conditioner, body, rambut
- pelarut parfum, wewangian
Industri
- softener, - cat, - adesif, - tinta
- anti fog/kabut
- ski wax, snowboard wax
- biosida sanitas
- herbisida, insektisida
- polimer surfaktan alkali mobilisasi minyak dlm sumur minyak
- detektor kebocoran
- biokimia extrak protein
Extraksi sinergi Cd dlm medium perkhlorat oleh benzoil pirazolon +
n-dodesilamin
MISEL (MICELLE)

Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi


karena penambahan surfaktan berikutnya,
pada satu saat akan tercapai keadaan dimana permukan antarmuka
menjadi jenuh/ tertutupi oleh surfaktan
Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala
gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya,
menjauhkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel

Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi.


Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
- Sabun-sabun
- Alkil sulfat tinggi
- Alkil sulfonat tinggi
- Garam amina tinggi
- Zat-zat warna tertentu
- Ester gliserol tinggi
- Polietilena oksida
Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion,

garam amina termasuk micelles kation sedang

polietilena oksida termasuk micelles non ionic.

Kenaikan temperature, menaikkan CMC (polimer selulosa) dan tidak


terjadi lagi micelles.

Adanya elektrolit, merendahkan CMC.

Berat molekul koloid asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan


dengan cara light scattering dan berharga 10.000-30.000 gram/mol.

Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic merupakan


emulgator, detergent dan stabilizer koloid yang baik.

Anda mungkin juga menyukai