Anda di halaman 1dari 37

Konsep dan Prinsip Kebutuhan

Mobilitas

Nurma Afiani, S.Kep., Ners., M.Kep.


Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan


konsep fisiologi mobilitas
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilitas
Mahasiswa mampu menjelaskan
berbagai masalah kesehatan yang
terkait dengan mobilitas
Mahasiswa mampu melakukan
pengkajian mobilitas
Mahasiswa mampu mengetahui
diagnosa keperawatan yang terkait
dengan mobilitas
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
tujuan intervensi keperawatan pada
pasien dengan gangguan mobilitas
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
evaluasi hasil intervensi terkait
mobilitas
Pokok Bahasan

Pendahuluan

Fisiologi Mobilitas

Faktor mempengaruhi
mobilitas

Pengkajian Mobilitas

Diagnosa
Keperawatan

Intervensi
Keperawatan
Pendahuluan

Mobilitas merupakan
kemampuan seseorang untuk
beraktivitas dan bergerak secara
bebas, berjalan, berlari, berdiri,
duduk, berpindah posisi serta
mampu melakukan ADL (Activity
Daily Living)
Mobilitas menjadi indikator
derajat kesehatan seseorang.
Mobilitas mampu meningkatkan
kekuatan sistem muskulo-
skeletal, kemandirian dan
kebebasan.
Body Alignment (Posture)

Posisi anggota badan terhadap


struktur tubuh lainnya
Postur yg baik membuat tubuh
berada pada titik keseimbangan
Postur yang baik:
1. Kepala tegak
2. Wajah menghadap kedepan
3. Bahu tegak sejajar
4. Punggung lurus
5. Lengan lurus dan berada
diposisinya
6. Kaki lurus
Postur Normal
Postur Normal Duduk &
Berdiri
Hipertrofi >< Atrofi

Nomalnya otot simetris namun


pada beberapa orang dapat
terjadi hipertrofi maupun atrofi
Hipertrofi: Peningkatan ukuran
dan massa otot disebabkan
karena serat otot yang
meningkat ukurannya akibat
aktivitas otot yg berlebihan.
Atrofi: Penurunan ukuran dan
massa otot diakibatkan oleh
kurangnya penggunaan otot tsb,
otot tampak lemah, kecil, tipis,
tidak dapat berfungsi.
Hiperrofi VS Atrofi
Body Mechanic

Mobilitas tubuh seseorang


dikendalikan oleh mekanika
tubuh (koordinasi antar anggota
tubuh dalam gerakan)
Pergerakan/ koordinasi anggota
tubuh yang baik mencegah
cedera
ROM (Range of Motion)
menggambarkan sejauh mana
persendian dapat digerakkan
secara optimal
ROM dipengaruhi oleh usia,
kondisi fisik dan hereditas.
Fisiologi Mobilitas

Mobilitas merupakan hasil


koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem
persyarafan (sistem neurologi)
Fungsi sistem muskuloskeletal
adalah memfasilitasi gerakan
yang dikontrol oleh syaraf
Sistem muskuloskeletal terdiri
dari otot, tulang, persendian,
tendon, ligamen, kartilago.
Tulang merupakan fondasi
sistem muskuloskeletal
Kekuatan dan kemampuan
mobilitas diengaruhi langsung
oleh ukuran dan kekuatan
tulang.
Sendi memungkinkan fleksibilitas
gerakan, sedangkan otot
merubah energy menjadi gerak.
Serat otot skeletal dipersarafi
oleh saraf somatic yang bekerja
secara sadar.
Kontraksi otot diatur oleh
susunan saraf pusat (Central
Nervous System/ CNS)
CNS butuh nutrisi dan
oksigen untuk dapat
bekerja
Impuls saraf menstimulasi
otot untuk kontraksi
Jika impuls saraf
terganggu maka otot tidak
dapat berkontraksi
(lumpuh)
Propriosepsi merupakan
kesadaran diri terhadap
postur tubuh, pergerakan,
dan keseimbangan tubuh.
Exercise (Latihan Fisik)

Exercise merupakan latihan fisik


pada otot yang mampu
meningkatkan kontraktiitas
jantung, mencegah kekakuan
sendi, meningkatkan fleksibilitas
dan kekuatan otot, serta
menurunkan berat badan.
Pasien dengan gangguan atau
masalah pada sistem
cardiovascular (jantung) harus
berhati-hati dalam memilih jenis
aktivitas fisik karena dpt
meningkatkan tekanan darah
Macam-macam Latihan Fisik
ROM Exercise

ROM Aktif dilakukan secara


mandiri oleh pasien untuk
melatih berbagai kelompok otot.
ROM pasif dilakukan pada
pasien dengan bantuan perawat,
ditujukan bagi pasien dengan
tidak mampu bergerak secara
mandiri.
Faktor2 yg Mempengaruhi
Mobilitas

Status kesehatan
Tahap tumbuh kembang
(usia)
Lingkungan
Kepercayaan/ keyakinan/
Budaya
Pola hidup
Dampak Penuaan
Terhadap Sistem
Muskuloskeletal
Dampak
Immobilitas
Pengkajian

Kaji riwayat kesehatan terkait sistem muskuloskeletal


(pola aktivitas/ olah raga, ADL)
Pemeriksaan fisik: postur, mekanika tubuh, palpasi
nyeri tekan, tonus otot, kontur otot, inspeksi kulit,
kekuatan otot, kemampuan melakukan ROM)
Kaji gangguan pada otot
Kaji adanya kontraktur
Kaji postur tubuh abnormal
Kaji adanya trauma
Kaji adanya fraktur
Kaji adanya amputasi
Kaji fungsi anggota gerak
Hal-hal yg harus diperhatikan saat pengkajian

Cuci tangan dan jelaskan tujuan serta prosedur yang


akan dilakukan
Anjurkan pasien untuk mengambil posisi senyaman
mungkin serta beri bantalan pada area yang nyeri
Suhu ruangan diatur senyaman mungkin
Instruksi menggerakkan anggota tubuh harus jelas
Gunakan prinsip pemeriksaan cephalo-caudal dan
proximal-distal
Scoliosis
Kifosis
Lordosis
Diagnosa Keperawatan

Intoleransi aktivitas
Gangguan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Resiko jatuh

Tugas Individu:
Cari definisi
masing2 diagnosa
tsb!!
Rencana Intervensi
1. Bed Rest

Bed rest
1. Terapi bagi pasien yang kelelahan
2. Menghemat konsumsi oksigen tubuh
3. Mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan
Bed rest merupakan istirahat total
diatas tempat tidur
ROM harus tetap dilakukan saat
pasien berada diatas tempat tidur
untuk mencegah efek samping bed
rest yang lama
Untuk mencegah dekubitus ubah
posisi pasien tiap 2 jam
2. Applying Principles of
Body Mechanic

Penggunaan body mechanic


yang tepat dapat mencegah
terjadinya: cedera, kelelahan.
3.1 Fowler
3.2 Dorsal Recumbent (Supine)
3.3 Prone
3.4 Lateral
4. ROM Exercice

ROM dilakukan untuk mencegah


terjdinya kontraktur,
meningkatkan fleksibilitas,
kekuatan dan tonus otot, serta
meningkatkan sirkulasi.
Kaji kekuatan otot pasien
sebelum melakukan ROM
Tingkatkan kemandirian pasien
selama ROM
Ajari keluarga pasien agar dapat
membantu ROM pasien dirumah
ROM Technique

1. Jelaskan tujuan ROM


2. Tinggikan tempat tidur
3. Posisikan pasien supine dengan nyaman
4. Mulai ROM dari bagian kepala, ulangi 5x
untuk tiap bagian
5. Transfer Technique
Transfer from wheelchairs
Transfering from stretcher
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai