Anda di halaman 1dari 20

1

2
4
Gejala klinis
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi
akan berkembang menimbulkan gejala-gejala penyakit
AIDS
1. Gejala Konstitusi
Sering disebut sbg AIDS related complex.
Penderita mengalami minimal 2 gejala klinis yg menetap
selama 3 bulan/lebih, berupa :

a. Demam terus menerus > 37C


b. Berat badan 10%
c. Limfadenitis 2 kelenjar selain inguinal
d. Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
e. Berkeringat banyak malam hari terus menerus
2. Gejala Neurologi
Timbul beraneka ragam gejala neurologi :
- Kelemahan otot
- Kesulitan berbicara
- Gangguan keseimbangan
- Disorientasi
- Halusinasi
- Pelupa
- Psikosis
- Koma (gejala radang otak)

3. Gejala Infeksi
Infeksi oportunistik karena daya tahan tubuhnya sudah
sangat lemah shg tdk mampu melawan infeksi.
a. Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)
b. Tuberkulosis
c. Toksoplasmosis
d. Infeksi mukokutan

4. Gejala Tumor
Yang sering adalah :
- Sarkoma kaposi
- Limfoma maligna non-Hodkin

Diagnosis
Menurut WHO :
Dewasa
Dicurigai AIDS bila paling sedikit terdapat 2 gejala
mayor & 1 gejala minor dan tdk terdapat sebab-sebab
penekanan imunitas yg lain (kanker, malnutrisi berat, dll).
Gejala mayor
Penurunan BB > 10%
Diare kronis > 1 bulan
Demam > 1 bulan

Gejala Minor
Batuk selama > 1 bulan
Pruritus dermatitis menyeluruh
Infeksi umum yg rekuren (Herpes zoster)
Kandidosis orofaringeal
Infeksi Herpes simplex kronis progresif atau meluas
Limfadenopati generalisata
Adanya Sarkoma kaposi yg meluas atau Meningitis
Cryptococcal, sdh cukup utk menegakkan AIDS.
Anak

Terpenuhi sbg AIDS bila ada 2 tanda mayor & 2 tanda minor
serta tdk terdapat sebab-sebab penekanan imunitas lain
(kanker, malnutrisi berat, dll).

Gejala Mayor
BB atau pertumbuhan lambat yg tdk normal.
Diare kronis > 1 bulan
Demam > 1 bulan

Gejala Minor
Limfadenopati generalisata
Kandidiasis orofaringeal
Infeksi yg rekuren (Herpes zozter)
Batuk > 1 bulan
Ruam kulit yang menyeluruh
Konfirmasi infeksi HIV pada ibunya dianggap sbg kriteria
minor.
Penatalaksanaan
A. Pemeriksaan awal
1. Riwayat
Faktor resiko
Riwayat infeksi menular seksual
Riwayat infeksi oportunistik & penyakit yg berkaitan
dg HIV, termasuk TBC.
Riwayat penyakit lain
Riwayat pengobatan : profilaksis, terapi infeksi
oportunistik & anti retroviral (ARV)
Riwayat alergi
Tanda & keluhan penyakit saat ini
2. Pemeriksaan klinis
Lakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk BB, cari
limfadenopati perifer, kelainan organ & sistem organ.
Nilai stadium klinis infeksi HIV
Cari infeksi oportunistik & penyakit terkait HIV
Saring kemungkinan TBC
Periksa kemungkinan adanya kehamilan
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, total Lymphocyte
Count (TLC)/jumlah lekosit X % limfosit).
Jumlah sel T CD4
Foto Sinar X dada
Pemeriksaan BTA sputum
Jika kemungkinan Hepatitis, periksa fungsi hati ALT
(SGOT & SGPT)
HbsAg jika memungkinkan & anti-HCV jika ada riwayat
penggunaan narkoba suntik.
PAP smear pada wanita
Tes kehamilan jika diperlukan
Tes laboratorium lain untuk mendeteksi infeksi
oportunistik.
Tes laboratorium lain untuk mendeteksi infeksi
oportunistik.
B. Konseling dan dukungan
Berikan konseling post-test
Jelaskan tentang perjalanan penyakit & rencana
perawatan, pengobatan serta kunjungan selanjutnya.
Berikan bimbingan cara hidup yg positif, gizi & hidup
sehat.
Berikan bimbingan pencegahan penularan
HIV, hubungan seksual yg aman, kurangi hal-hal yang
menyebabkan penularan HIV.
Berikan bimbingan tentang metode KB, pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak, jika dia wanita yg
memutuskan untuk memiliki anak.
Bimbing untuk taat pd profilaksis infeksi oportunistik.
Siapkan terapi ARV bila ada indikasi.
C. Pengamatan klinis
Penderita harus kontrol teratur tiap 3-6 bulan jika
asimptomatis & setiap saat bila ada keluhan.
Lakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan stadium
klinis infeksi HIV
Lakukan pemeriksaan laboratorium :
- Periksa darah lengkap setiap 6 bulan
- Hitung sel T CD4 setiap 6 bulan
- Foto sinar X dada & lainnya jika ada indikasi
Bimbing dan jadwalkan kunjungan berikutnya jika
asimtomatis.
Berikan profilaksis infeksi oportunistik bila ada indikasi
Terapi infeksi oportunistik & penyakit terkait HIV. Rujuk utk
konsultasi dokter spesialis jika dicurigai adanya TBC/IMS.
Rujuk wanita hamil ke spesialis kandungan
Jika terdapat kriteria klinis & imunologis untuk
pemberian ARV, berikan bimbingan pra-terapi.

Terapi Antiretroviral (ARV)


Tujuan pengobatan ARV adalah :
1. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
2. Menurunkan angka kesakitan & kematian yg berhubungan
dengan HIV.
3. Memperbaiki kualitas hidup penderita HIV/AIDS
4. Memulihkan dan/atau memelihara fungsi kekebalan tubuh
5. Menekan replikasi virus secara maksimal & terus
menerus.
Harus segera diberikan pd penderita yg telah didiagnosa
infeksi HIV & disertai salah satu kondisi dibawah ini :
Bila tersedia sarana pemeriksan CD4
Secara klinis sebagai penyakit tahap lanjut dari infeksi HIV :
- Infeksi HIV stadium IV, tanpa memandang jumlah CD4
- Infeksi HIV stadium III dg jumlah CD4 < 350/nm3
Infeksi HIV stadium I atau II dg jumlah CD4 < 200/nm3

Bila tidak tersedia sarana pemeriksaan CD4


Infeksi HIV stadium IV tanpa memandang jumlah Limfosit total
Infeksi HIV stadium III tanpa memandang jumlah limfosit total
Infeksi HIV stadium II dg jumlah Limfosit total < 1200/nm3

Faktor yg harus diperhatikan dalam memilih regimen ARV, baik


ditingkat program maupun individual :
Efikasi obat
Profil efek samping obat
Persyaratan pemantauan laboratorium
Kemungkinan kesinambungan sebagai pilihan obat di masa dpn
Antisipasi kepatuhan pasien
Kondisi penyakit penyerta
Kehamilan & resikonya
Penggunaan obat lain secara bersamaan
Infeksi strain virus lain yg berpotensi meningkatkan resistensi
terhadap satu atau lebih ARV.
Ketersediaan & harga ARV.
Contoh beberapa ARV :
- Lamivudinne - Nevirapine
- Stavudine - Tenofovir
- Zidovudine - Indinavir
- Efavirenz - lopinavir

Anda mungkin juga menyukai