Anda di halaman 1dari 122

PEMICU 1

Kelompok 5
Tutor dan Anggota
Tutor: dr. Kumala
1. Yofishia Vandianto 405120175
2. Vivian Wu 405130001 (ketua)
3. Reyna Lauwsen 405130045
4. Jonathan Jose 405130082
5. Felix Setiawan 405130093
6. Cecillia Cynthia 405130105
7. Prima Putri Pentana 405130113
8. Fenny 405130123 (penulis)
9. Dita Prameswari 405130155
10. Eric Winata 405130166
11. Chindy Marselya Anggraini 405130170
12. Sharanjit Kaur 405130221 (sekre)
Unfamiliar Terms
Kesadaran apatis: kesadaran dimana pasien
tampak mengantuk & reaksi penglihatan,
pendengaran, perabaan normal. Tingkat
kesadaran: lesgokomaskil.
Ronkhi kasar: bunyi gaduh yg dlm saat bernafas
krn gerakan udara melewati jalan nafas yg
menyempit akibat obstruksi saluran pernafasan.
Nyeri tekan epigastrium: nyeri pd daerah atas &
tengah perut dalam sudut sternal.
Rumusan Masalah
1. Apa yg menyebabkan demam naik turun?
2. Mengapa terjadinya sklera ikterik?
3. Apa hub. Pekerjaan bpk trsbt dgn kondisinya
skrng?
4. Mengapa dokter mengarahkan pasien untk
melakukan pemeriksaan penunjang darah
rutin, fungsi ginjal & hati?
5. Apa hub. Nyeri tungkai dgn keluhan?
6. Mengapa dokter memutuskan pasien dirawat
di ruang intensif?
Curah Pendapat
1. Bakteri mengeluarkan endotoksin + eksotoksin
ke jaringan TNF- hipothalamus
demam
2. Gangguan fungsi hati bilirubin
3. Terkena Leptosperosis, krn selokan merupakan
sumber infeksi
4. u/ menegakkan diagnosis
5. Khas pd Leptosperosis
6. u/ mencegah kondisi pasien agar tdk bertambah
parah & mencegah kejadian yg tdk diinginkan
Mind Map
Laki2 50thn,
Spirochaeta
pekerjaan buruh Tercemar urine Infeksi
(mikroorganisme
bangunan & tikus
bakteri)
pembersih selokan

Pasien nyeri
tungkai bawah &
Pemeriksaan Fisik Ikterik Leptospira
paha, demam
&

Pemeriksaan Non- Ikterik


Ruang Intensif
Penunjang
Learning Objective
Bakteri ( definisi, struktur, klasifikasi)
Patofisiologi infeksi bakteri
Mekanisme respon imun bakteri
Faktor yg berperan dalam respon imun
Diagnosis, tatalaksana, pencegahan
Patofisiologi terjadinya sepsis
Leptospira (etiologi, patofisiologi, tatalaksana,
prognosis)
LO 1

Bakteri (Definisi, Struktur, Klasifikasi)


Definisi
Bakteri adalah setiap mikroorganisme
prokariotik uniselular yang sering
memperbanyak diri dengan pembelahan
sel (fisi) dan sel-selnya khas terdapat
pada dinding sel.
BAKTERI (SCHYZOMYCETES)
Tubuh terdiri dari 1 sel
Bentuk bermacam macam : batang, kokus, koma dll
Ukuran 0,1 100 m
Belum ada plastida (klorofil ada untuk fotosintetis)
Tidak mempunyai membran nukleus
Motil atau non motil
Dinding sel tersusun atas hemiselulosa dan senyawa semacam
pektin
Mempunyai pigmen atau tidak
Perkembang biak dengan vegetatif (spora atau membelah diri)
Cara hidup : heterotrof (saprofit dan parasit) dan autotrof
Distribusi : lingkungan air, tanah, udara, dan organisme hidup
Peranan : sangat beragam
Struktur bakteri terbagi
menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar meliputi:
dinding sel, membran
plasma, sitoplasma, ribosom,
DNA, dan granula
penyimpanan

2. Struktur tambahan (dimiliki


oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum,
pilus, fimbria, klorosom,
Vakuola gas dan endospora.
Struktur Bakteri
Struktur Fungsi Keterangan
Nukleus Pusat pengatur: di dlmnya terdapat benang -
DNA

Sitoplasma Cairan sel -

Granula Menyimpan cadangan makanan -

sitoplasma
Membran Struktur terdiri dr fosfolipid dan protein. Di membran sitoplasma ada
Fungsi : transport bahan makanan, tempat cekungan mesosom.
sitoplasma transport elektron utk kuman aerob, ekspresi -Septal mesosom pembelahan
bagi eksoenzim hidolitik,mengandung enzim sel
dan molekul utk biosintesis DNA, reseptor -Lateral mesosom
dan protein utk kemotaksis.

Dinding sel Utk proses pembelahan sel, biosintesa Tersusun dr lapisan


membentuk dinding sel sendiri, determinan peptidoglikan
antigen permukaan kuman, pd kuman gram
negatif punya aktivitas endotoksi non
spesifik yaitu lipopolisakarida
Struktur Fungsi Keterangan
Kapsul Umunya kuman berkapsul lebih tahan thdp efek Adl polimer ekstrasel yg
fagositosis dr sistem imun berkondensasi dan bentuk lapisan
sekeliling sel
Flagel Bagian kuman berbentuk dpt benang, terdiri dr Jenis flagel :
protein -monotrikh: tunggal di ujung kuman
-Lofotrikh : >1 flagel di satu polar
kuman
-Amfitrikh : 1 flagel di kedua polar
kuman
- peritrikh : di sekeliling badan

Pili/fimbrie Adalah rambut pendek dan keras 2 jenis pili :


-Pili memegang peranan adhesi
kuman dg sel tubuh hospes
-Seks pili utk konjugasi 2 kuman

Endospora bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri Spora tdd : core (sitoplasma dr
gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika spora), dinding spora, korteks, coat,
kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan eksosporium
bakteri.Dinding endospora yang tebal tersusun atas
protein dan menyebabkan endospora tahan
terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan
zat
Klasifikasi Bakteri
Morfologi
Kokus : kuman berbentuk bulat
Mikrokokus : single
Diplokokus : berpasasangan
Pneumokokus : diplokokus bentuk lanset, gonokokus bentuk biji kopi
Tetrade : 4
Sarkina : 8 bentuk kubus
Streptokokus : rantai
Stafilokokus : buah anggur
Basilus : kuman berbentuk batang dengan panjang bervariasi
Kokobasilus : batang sgt pendek spt kokus
Fusiformis : kedua ujung batang meruncing
Streptobasilus : bergandengan btk filamen
Spiral
Vibrio : batang bengkok (koma)
Spirilium : spiral kasar, kaku, grk dg flagel
Spirokhaeta : spiral halus, elastik, grk dg aksial filamen
STRUKTUR BAKTERI GRAM (+) & BAKTERI GRAM (-)
Perbedaan gram(+) & gram(-)
GRAM(+) GRAM (-)
DINDING SEL
-lapisan peptidoglikan Lebih tebal Lebih tipis
-kadar lipid 1-4% 11-22%
-resistensi thdp alkali(1% Tidak larut Larut
KOH)
-kepekaan thdp Iodium Lebih peka Kurang peka
-toksin yg dibentuk Eksotoksin Endotoksin
-resistensi thdp tellurit Lebih tahan Lebih peka
-sifat tahan asam Ada yg tahan asam TIDAK ADA yg tahan
asam
-kepekaan thdp penisilin Lebih peka Kurang peka
-kepekaan thdp streptomisin Tidak peka Peka
Jenis Bakteri
Bakteri Gram Positif COCCUS

Coccus Spesies
Micrococcaceae
Aerob dan atau -Micrococcus luteus, Micrococcus roseus
-Staphylococcus aureus , Staphylooccus epidermis
fakultatif anaerob Streptococcaceae
-Streptococcus pyogenes, Streptococcus
pneumoniae, Streptococcus agalactie
-Leuconostoc
Pepcococcaceae
Anaerob -Peptococcus
-Peptostreptococcus anaerobius
-Sarcina lutea

BATANG PEMBENTUK SPORA

-Bacillus anthracis
Bacillaceae -Clostridium botulinum, Clostridium perfringens,
Clostridium tetani
BATANG TAK BERSPORA dan ACTINOMYCETES

-Lactobacillus acidophilus
Lactobacillaceae -Listeria monocytogenes
-Erysipelothrix rhusiopathiae
-Propionibacterium acnes
-Eubacterium lentum
- Corynebacterium diphteriae
Corynebacteriaceae
-Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium
Mycobacteriaceae leprae
-Nocardia asteriodes
Nocardiaceae
-Actinomyces israelli, Actinomyces naeslundii
Actinomycetaceae -Arachnia propionica
-Bifidobacterium eriksonii
-Bacterionema matruchotii
-Rothia dentocariosa

- Micropolyspora faeni
Micromonosporaceae
Bakteri Gram Negatif
Morfologi Familia Genus dan species
Neisseriaceae -Neisseria meningitidis
Coccus dan -Neisseria gonorrhoeae
cocobacillus - Branhamella cattarhalis
- Moraxella lacunata
-Acinetobacter

Veillonellaceae -Veillonella parvula


Coccus - Acidaminococcus fermentana
anaerob
Pseudomonadaceae -Pseudomonas aeruginosa
Bacillus dan
Genera of certain affilation -Brucella abortus, Brucella melitensis,
coccus aerob Brucella suis
-Bordetella pertussis
-Francisella tularensis
-Alcaligenes faecalis
-Acetobacter
Morfologi Familia Genus dan species
-Escherichia coli
Bacillus Enterobacteriaceae -Edwardsiella tarda
anaerob -Citrobacter freundii
-Salmonella typhi, Salmonella sp.
fakultatif -Shigella dysenteriae, Shigella flexneri,
Shigella sonnei
-Klebsiella pneumoniae
-Enterobacter aerogenes
-Serratia marcescens
-Proteus mirabilis, Proteus vulgaris
-Yersinia enterocolitica, Yersinia pestis
-Erwinia
-Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus
Vibrionaceae -Aeromonas hydrophila
-Plesiomonas shigelloides
-Chromobacterium violaceum
Genera of -Flavobacterium meningosepticum
uncertain affilation -Haemophillus influenzae
-Pasteurella multocide
-Actinobacillus lignieresii
-Cardiobacterium hominis
-Streptobacillus monoliformis
-Calymatobacterium granulomatis
Morfologi Familia Genus dan Spesies

Bacillus Bacteroidaceae -Bacteroides fragilis


-Fusobacterium nucleatum
anaerob -Leptotrichia buccalis

Helical cells Spirochaetaceae -Treponema pallidum


-Borrelia recurrentis
- Leptospira interrogans

Spiral and Spirillaceae -Spirilinum minor


-Campylobacter fetus
curved
bacteria
Rickettsias Rickettsiaceae -Rickettsia rickettsii
-Rochalimaea quintana
-Coxiella burnetti

Bartonellaceae -Bartonella bacilliformis


-Chlamydia trachomatis

Chlamydiaceae -Chlamydia trachomatis

Bentuk tak Mycoplasmataceae -Mycoplasma pneumoniae


berdinding sel
Berdasarkan keperluan akan
oksigen
1. Anaerob obligat: hidup tanpa oksigen, oksigen
toksik terhadap golongan bakteri ini.
2. Anaerob aerotoleran : tidak mati dengan adanya
oksigen.
3. Anaerob fakultatif : mampu tumbuh baik dalam
suasana dengan atau tanpa oksigen.
4. Aerob obligat : tumbuh subur bila ada oksigen
dalam jumlah besar.
Bakteri mempunyai temperatur optimum yaitu
dimana bakteri tersebut tumbuh sebaik baiknya
dan batas batas temperatur dimana pertumbuhan
dapat terjadi.

a. Psikhrofilik : -5 sampai +300C dengan optimum


1- 200C.
b. Mesofilik : 10 450C dengan optimum 20
400C.
c. Termofilik : 25 800C dengan optimum 50
600C.

pH :pH mempengaruhi pertumbuhan bakteri.


Kebanyakan bakteri patogen mempunyai pH
optimum 7,2 7,6.
Bakteri Ekstraseluler
Bakteri ekstraseluler hidup di luar sel, seperti:
jaringan,sirkulasi,jaringan ikat.
Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini
adalah inflamasi pada jaringan yang
menyebabkan kerusakan sehingga
menghasilkan nanah / infeksi supuratif
Bakteria dengan kapsul yang kaya polisakarida dapat
menahan fagositosis, lebih virulent
Banyak Kapsul pada gram (+) & (-) mengandung sisa sialic acid
menghambat aktivasi komplemen (alternatif)
Banyaknya variasi antigen cth: e coli, gonokokus. Pili sebagai
antigen. Gen Pilin (protein pada Pili) mempunyai 10^6 variasi
antigen
Beberapa bakteria, cth: haemophillus influenza dapat
merubah produksi glycosidase perubahan pada permukaan
LPS & polisakarida lain
Bakteri Ekstraseluler
Infeksi Patogenesis Mekanisme Pertahanan umum
menghindari
efektor imun
Staphylococcus Invasi lokal dan toksik di kulit ROI Imunoglobulin yang
aureus menetralisir
Vibrio cholerae Enteritis nonivasif toksin Pencegahan Imunoglobulin yang
aktivasi menetralisir dan
komplemen mencegah adhesi

Clostridium Tetanus (Toksin tetanus diikat di Pencegahan


tetani ujung saraf motorik di pertemuan aktivasi
saraf-otot dan menimbulkan komplemen
kontraksi otot reversibel )

Streptococcus Pnemuniae, meningitis ( inflamasi Resistensi


pyogenes akut yang diinduksi oleh bahan terhadap fagosit
dinding sel )

Escherichia coli Infeksi saluran kencing, Variasi antigen endotoksin ( LPS )


gastroenteritis (toksin merangsang sekresi
menunjukkan efek terhadap epitel sitokin oleh makrofag
saluran cerna dan menimbulkan
peningkatan klorid dan air)
Bakteri Intraseluler
Ciri utamanya adalah dapat hidup dan
berkembang biak dalam fagosit
Mikroba dapat bersembunyi sehingga tidak
terdeteksi oleh antibodi.
Mikroba ini dapat dieliminasi dengan sistem
imun seluler
Bakteri Intraseluler
Infeksi Patogenesis Mekanisme Pertahanan umum
menghindari imun pejamu
Mycobacterium Invasi toksik lokal Mencegah Aktivasi makrofag
Tuberkulosis hipersensitif pembentukan fagosom oleh sel T
Mycobacterium Invasif mengambil toksik Reactive Oxygen Aktivasi makrofag
leprae lokal hipersensitif intermediate oleh sel T

Legionella Terhirupnya uap air atau Mencegah Aktivasi makrofag


pneumofilia udara yang terkontaminasi pembentukan fagosom oleh sel T

Listeria Invasi fagosit kemudian Merusak membran Aktivasi makrofag


monositogenes mengeluarkan toksik fagosom, masuk ke oleh sel T
sitoplasma
Karakteristik bakteri intraseluler dan ekstraseluler

Karakteristik Bakteri intraseluler Bakteri ekstraseluler


Habitat intrasel (dalam makrofag) ekstrasel
Sel imun yang berperan sel T sel B/Reaksi antibodi
Hipersensitifitas delayed type (tipe IV) tipe II dan III
Karakteristik granulomatus nekrotik/purulen
Patologi jaringan

Toksistas terhadap relatif rendah relatif tinggi


pejamu

Masa inkubasi jelas/penyakit kronik kurang jelas/penyakit akut


Patogenesis keseimbangan antara Kerusakan oleh
kerusakan oleh patogenisitas
sistem imun dan bakteri
persistensi bakteri
Cara Hidup Bakteri
Umumnya bakteri bersifat heterotrof. Hidupnya
sebagai saprofit atau sebagai parasit.

Namun demikian ada beberapa jenis yang mampu


mengadakan asimilasi sehingga bersifat autotrof.

Sehingga berdasarkan asal energi yang digunakan


untuk berasimilasi maka bakteri dengan sifat autotrof
dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1. Yang bersifat Kemoautotrof: bila energi yang digunakan
untuk asimilasi berdasarkan dari reaksi-reaksi kimia, misalnya
dari proses-proses oksidasi senyawa tertentu. Bakteri nitrit
dengan mengoksidasi NH3, bakteri nitrat dengan
mengoksidasikan HNO2, bakteri belerang dengan
mengoksidasi senyawa belerang.

2. Yang bersifat Fotoautotrof: bila energi untuk asimilasi


didapatkan dengan bantuan cahaya matahari. Seperti pada
tumbuhan hijau, bakteri yang dapat melakukan fotosintesis
adalah bakteri yang menghasilkan zat warna. (dari golongan
thiorhodaceae{bakteri belerang berzat warna}).
LO 2

Patofisiologi Infeksi Bakteri


Patofisiologi Infeksi Bakteri (tergantung jenis
bakterinya)
Bakteri mukosa-kulit
tubuh infeksi primer (sel epitel)

replikasi dan metastasis
Sistem limfatik
aliran darah

komplikasi jaringan (multiplikasi)

infeksi sekunder bakteremia
(cairan serebrospinalis,
katup jantung, ruang sendi,dll)
Patogen vs. Non-Patogen
Suatu bakteri dikatakan patogen jika:
Immunitas Tubuh < Aktivitas Bakteri
Memenuhi aturan Postulat Koch
Kochs Postulates

1. Ditemukan dalam jumlah banyak di Subjek yg sakit, dan


ditemukan sedikit / Nihil di Subjek yg sehat.
2. Bisa diisolasi dari subjek yg sakit dan ditumbuhkan di
kultur original (pure culture).
3. Kultur mikroba tersebut menimbulkan penyakit pada test
subjek yang sehat.
4. Mikroba pada test subjek yang baru dapat diisolasi
kembali dan terbukti identik dengan sebelumnya.
Faktor Patogenesis Bakteria
1. Status Imunitas Host
2. Karakteristik bakteri / virulence factors
3. Jumlah Mikroba terekspos
Jalur Patogenesis Bakteri

Transmisi
Adhesi

Penitrasi
&
Multiplikasi
Patogenesis Bakteri
Transmisi :
spesies bakteri tertentu (atau strain dalam
suatu spesies) memulai infeksi setelah
ditularkan melalui rute yang berbeda untuk
situs tertentu dalam tubuh manusia.
Misalnya, dalam tetesan udara ke saluran
pernapasan, konsumsi makanan atau air, atau
melalui hubungan seksual.
Adhesi
Infeksi bakteri biasanya diawali mikroba ke
permukaan epitel khusus.
Jika organisme akan dihapus oleh gerak
peristaltik dan buang air besar (dari usus),
tindakan silia, batuk dan bersin (dari saluran
pernapasan) atau buang air kecil (dari saluran
urogenital).
Adhesi melibatkan interaksi antara konstituen
eksternal pada sel bakteri (adhesins) dan sel
inang (reseptor) atau interaksi-reseptor
adhesin terjadi.
Penetrasi dan menyebar/menginvasi jaringan
Beberapa bakteri patogen berada pada
permukaan epitel .
Spesies lain mampu menembus sel-sel ini,
namun tetap lokal.
Lainnya masuk ke dalam aliran darah, atau
menyebar dari sana ke situs sistemik lainnya.
Hal ini sering terjadi di saluran, usus kemih
dan saluran pernafasan, dan lebih jarang
melalui kulit.
Survival dalam host
Banyak bakteri patogen mampu melawan aksi
sitotoksik plasma dan cairan tubuh lainnya
yang melibatkan antibodi dan komplemen
(jalur klasik) atau pelengkap saja (jalur
alternatif) atau lisozim.
Membunuh patogen ekstra-selular sebagian
besar terjadi dalam fagosit setelah opsonisasi
(oleh antibodi dan / atau pelengkap) dan
fagositosis.
Yg dpt merusak host (exotoxin, enzim hidrolitik, endotoxin)
Enzim :
Hialurodinase : mendegradasi molekul spesifik agar bakteri
dapat menginvasi ke jaringan yg lebih dalam
Koagulase, protein darah yg menyediakan tempat bakteri
sembunyi diantara bekuan
Kinase spt stafilokinase, streptokinase melisis bekuan
darah
Endotoksin
Lipid A : porsi lipid membran polisakarida
Eksotoksin
Cytotoxin : membunuh sel scr umum atau pengaruhi fungsi
sel
Neurotoxin : menggangggu fungsi sel saraf
Enterotoxin : mempengaruhi lapisan sel pencernaan
Toksin
Eksotoksin Endotoksin
Diproduksi o/ bakteri gram (+) dan gram (- Hanya diproduksi o/bakteri gram (-)
)
Polipeptida dg BM 10.000-900.000 Lipopolisakarida kompleks
komposisi protein dominan Lipid A bersifat toksik
Relatif tdk stabil : toksisitas sering dirusak Relatif stabil : dg temp. > 600C selama
oleh panas pd tem. Dibawahn 600C berjam-jam tdk kehilangan toksisitas
Biasanya tidak menghasilkan demam pada Biasanya menghasilkan demam denagn
tubuh inang melepas interleukin-1 dan mediator lain
Dapat diubah menjadi antigenik, toksoid, Tidak dapat dijadikan toksoid
non toksoid, dapat digunakan untuk
imunisasi (ex. Imunisasi TT)
Sumber: healthhype.com
LO 3

Mekanisme Respon Imun Terhadap


Bakteri
SISTEM IMUN

NONSPESIFIK SPESIFIK

FISIK LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR

-kulit Biokimia Fagosit Sel B Sel T


-selaput -lizosim - -Ig M - Th 1
lendir mononuklear
-sekr sebaseus -Ig G - Th 2
-silia -PMN
-as lambung -Ig A - Ts/Tr/Th 3
-batuk Sel NK
-laktoferin - Ig D - Tdth
-bersin Sel mast
-as.neuraminik - Ig E - CTL/Tc
Basofil
Humoral
-komplemen
-Interferon
-CRP
Strategi Pertahanan Bakteri Ekstraseluler

1. Sintesis kapsul antifagosit dengan bakteri yaitu kapsul


luar yang mengakibatkan adhesi yang tidak baik
antara sel fagosit dengan bakteri. Kapsul itu
melindungi molekul karbohidrat pada permukaan
bakteri yang seharus nya dikenali reseptor fagosit.
Dengan adanya kapsul ini menyebabkan akses fagosit
dan deposisi C3b pada dinding sel bakteri dihambat.
Seperti pada infeksi streptokokus pneumoniae dan
haemophylus influenzae.
2. Organisme lain mengeluarkan eksotoksin yang
meracuni leukosit.
3. Pengikatan bakteri ke permukaan sel nonfagosit
menyebabkan bakteri terlindungi dari fungsi fagosit.
4. Bakteri mengaktifkan jalur alternatif komplemen
melalui stabilisasi C3bBb konvertase pada permukaan
sel bakteri.sehingga aktivasi dan stabilisasi
komplemen buruk.
5. Bakteri dapat mempercepat pemecahan komplemen
melalui aksi produk mikrobial yang mengikat dan
menghambat kerja regulator aktivasi komplemen.
6. Bakteri enterik gram negati pada usus mempengaruhi
aktivitas makrofag termasuk menginduksi
apoptosis,meningkatkan produksi IL-1,mencegah fusi
fagosit-lisosom dan mempengaruhi sitoskleton aktin.
Imunitas Non Spesifik
terhadap Bakteri
Ekstraselular
Fagosit

Komplemen
Sistem imun (aktivasi
non spesifik jalur
Bakteri dari alternatif)
luar masuk Protein Fase
tubuh Akut (APP)
(ekstraselular Antibodi
) spesifik
Imunitas nonspesifik
Komplemen
Bakteri gram (+): peptidoglikan aktivasi jalur alternative
komplemen
Bakteri gram (-): LPS aktivasi jalur alternative komplemen
Aktivasi komplemen respons inflamasi, opsonisasi,
mengaktifkan fagositosis bakteri, kemoatraktan fagosit, lisis
bakteri
Fagosit
Fagosit mengikat bakteri melalui reseptor mannose, reseptor
scavenger & reseptor Fc, reseptor komplemen, reseptor TLR
meningkatkan aktivasi fagosit dan fagositosis
Inflamasi
Inflamasi diaktifkan melalui komplemen dan sitokin yang
dihasilkan oleh fagosit
Imunitas nonspesifik thdp Bakteri
Ekstraseluler
Komponen imunitas nonspesifik komplemen,
fagosit dan respon inflamasi.
Bakteri yang mengekspresikan manosa pada
permukaannya mengaktifkan komplemen,
meningkatkan opsonisasi (IgG dan C3b), dan
fagositosis.
Produk sampingan aktivasi mengerahkan dan
mengaktifkan leukosit dalam inflamasi.
Fagosit juga megikat bakteri reseptor bangkai
(scavenger), toll like receptor yang semuanya
meningkatkan aktivasi leukosit dan fagositosis.
Fagosit diaktifkan sitokin menginduksi
infiltrasi leukosit ke tempat infeksi.
Imunitas Spesifik thdp Bakteri
Ekstraseluler
Humoral
Antibodi berfungsi utk menyingkirkan
mikroba dan menetralkan toksin melalui
berbagai mekanisme
Sitokin
Sitokin dapat berperan pada imunitas non-spesifik
dan spesifik yang umumnya diproduksi berbagai
sel dan bekerja terhadap sel sasaran yang berbeda
Endotoksin (gram -) mengaktifkan makrofag
sitokin (IL1, IL6, TNF alfa) inflamasi
Imunitas spesifik
Dampak dari respons imun (Bakteri Ekstraselular)
Inflamasi: fagosit yang teraktivasi cytokine dan produk
Septic shock: biasanya pada infeksi gram (+) / (-) berat, yang
ditandai: gangguan pernafasan, DIC
Akumulasi dari cytokine: IFN-y, IL-12, TNF, terutama cytokine
yang dihasilkan dari aktivasi fagosit terhadap bakteria,cth: LPS
Pelepasan sitokin berlebihshock endotoxin
Gram (-)endotoxin (LPS)Cytokinelife threatening
fever, circulatory collapse, DIC, hemmorhagic necrosismultiple
organ failure
Septic shock dikaitkan dengan imunodefisiensi. Imunodefisiensi
deplesi sel T penyebaran mikroba yang tidak disadari
cytokine storm
Toxin bakteri ttt: superantigens stimulasi sel T cytokine
storm
Inflamasi karena antibodi
Reaksi berlebihan dari Ab-Ag menyebabkan masih
terlihat manifestasi dari suatu penyakit,
berminggu2 berbulan2 setelah infeksi terkontrol,
cth: infeksi streptokokus pada tenggorokan & kulit
Cross reaction.
Cth: rheumatic fever yang terjadi setelahinfeksi
streptokokus B hemolytik produksi antibodi thd
sel M, cross reaction thd protein myocardial &
myosin (pada jantung) inflamasi (carditis)
Imunitas nonspesifik thdp Bakteri
Intraseluler
Efektor imunitas nonspesifik utama fagosit
dan sel NK.
Fagosit menelan dan mencoba
menghancurkan mikroba (namun dapat
resisten thdp efek degradasi fagosit)
Aktivasi makrofag IL-12 mengaktifkan sel
NK (bisa juga secara direk) IFN-gamma
mengaktifkan makrofag dan meningkatakan
daya membunuh bakteri
Terjadi interaksi makrofag dan sel NK.
Imunitas Spesifik thdp Bakteri
Intraseluler
Imunitas spesifik imunitas seluler.
Imunitas seluler :
Aktivasi makrofag oleh sel CD4+Th1
memproduksi IFN-gamma memacu
pembunuhan mikroba
Lisis sel terinfeksi oleh sel CD8+/CTL
Fagositosis bakteri
LO 4

Faktor yg Berperan pd Respon Imun


Faktor yg Mempengaruhi Terjadinya
Infeksi bakteri
1. Faktor Perlekatan
2. Invasi bakteri ke dalam sel dan
jaringan inang
3. Toksin
4. EnzimFaktor antifagosik
5. Patogenesis intraselular
6. Heterogenetik antigenik
7. Kebutuhan Fe
1. Faktor Perlekatan
Satu2nya cara dalam proses menginfeksi
Akan diikuti o/ mikrokoloni dan serangkaian langkah
patogenesis terjadinya infeksi.
Interaksi antara bakteri dg permukaan sel jaringan
dipengaruhi oleh permukaan hidroforbisitas dan
muatan permukaan jaringan.
2. Invasi bakteri ke dlm Sel dan
Jaringan Manusia
Masuknya bakteri ke dalam sel inang, bakteri akan
melepaskan virulensi yg akan mempengaruhi
sel manusia.
3. Toksin
Eksotoksin Endotoksin
Diproduksi o/ bakteri gram (+) dan Hanya diproduksi o/bakteri gram (-)
gram (-)
Polipeptida dg BM 10.000-900.000 Lipopolisakarida kompleks
komposisi protein dominan Lipid A bersifat toksik
Relatif tdk stabil : toksisitas sering Relatif stabil : dg temp. > 600C selama
dirusak oleh panas pd tem. Dibawahn berjam-jam tdk kehilangan toksisitas
600C
Biasanya tidak menghasilkan demam Biasanya menghasilkan demam
pada tubuh inang denagn melepas interleukin-1 dan
mediator lain
Dapat diubah menjadi antigenik, Tidak dapat dijadikan toksoid
toksoid, non toksoid, dapat digunakan
untuk imunisasi (ex. Imunisasi TT)
4. Enzim
Enzim perusak jaringan :
Clostridium perfringens memproduksi selain
lechitinase juga collagenase, shg dpt merusak
kolagen yg merupakan protein utama dr
jar.ikat.
Protease Ig A1 :
menghindari agar bakteri tdk terjebak
o/musin, dimiliki o/ bakteri ekstraselular, dpt
mengaktivasi antibodi.
LO 5

Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan


Diagnosis?
1. Anamnesa
Nama
Umur
Keluhan
Riwayat penyakit sendiri dan keluarga
Riwayat obat
Pekerjaan
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital (Suhu, tekanan darah, denyut,
kecepatan pernafasan)
Biometrika dasar (tinggi, berat/ massa, nyeri)
Tampilan umum (pucat / tidak, ikterus/ tidak)
3. Patologi Klinik
Tes Urin: warna, kejernihan, bau, kepekatan,
keasaman, protein, glukosa, keton
BMP: bagaimana jumlah leukosit?
Tes darah: apakah ditemukan bakteri dlm
darah?, bagaimana leukosit dalam sediaan darah?
Feses
Sputum: apakah ditemukan bakteri gram (+)/ (-)
CCS
4. Histopatologi
5. Mikrobiologi
- apakah ditemukan bakteri kokus/ basil/
spiral?
- gram (+)/ (-)
6. Serologi
Uji antibodi (aglutinasi, presipitasi, counter
imuno electroforesis, imunoflurosence, fiksasi
komplemen, PCR, radioimunoessay)
Uji antigen
Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat
dalam manusia atau organisme multiseluler lain yang
dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya dan dengan antibodi itu antigen dapat
bereaksi dengan khas. Sifat antigenik dapat ditentukan
oleh berat molekulnya.
7. Pemeriksaan asam nukleat ( DNA, RNA)
8. Pencitraan rontgen, USG, CT-Scan
Parameter
Parameter Keterangan
Hitung leukosit, hitung jenis leukosit -Leukositosis netrofilia, eosinofilia, -
monositosis
-Leukopenia : <4000/L bila terjadi infeksi
berat cth Salmonella thypii
CRP (C-Reactive Protein) Meningkat drastis pd infeksi bakteri,
merupakan slh satu acute phase reactan
LED Meningkat pd infeksi spt TBC, pneumonia,
sifilis
Tatalaksana Infeksi Bakteri

Farmakologis (antibiotik antimikroba)


Non farmakologis
Antibiotika
Mekanisme Kerja Antbiotika
Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamid dan trimetoprim.
Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukkan dinding sel
tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmotik dari plasma,
akhirnya sel akan pecah seperti penicillin, vankomisin, dan sefalosporin.
Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran
sel dikacaukan pembentukkannya hingga bersifat permeabel akibatnya
zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti polimiksin.
Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom
akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin,
kloramfenikol, streptomisin, dan aminoglikosida.
Menghambat pembentukkan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya
sel tidak dapat berkembang, seperti rifampisin.
Antibiotika
Penggolongan antibiotik berdasarkan aktivitasnya dibagi
menjadi dua yaitu :
Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spectrum),
berguna untuk membunuh jenis-jenis bakteri secara
spesifik, seperti ampicillin dan amoxycilin (augmentin,
surpas, bactrim, septrim).
Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum), membunuh
semua jenis bakteri didalam tubuh. Dianjurkan untuk
menghindari mengkonsumsi antibiotik jenis ini karena akan
membunuh jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk
tubuh kita. Antibiotik yang termasuk kategori ini adalah
cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef,dll).
Macam-macam
1. Sulfonamid
Aktivitas : spektrum antibakteri luas baik gram positif
(+) maupun gram negatif (-) yg peka, contoh : Pyogenes,
E.coli, B. anthracis, v. cholerae, C. trachomatis, C.
diphteriae,
Bersifat bakteriostatik, yaitu hanya menghentikan
pertumbuhan mikroorganisme,
Mekanisme kerja : antagonisme kompetitif PABA (para
amino benzoid acid),
Sediaan : oral, parenteral, topical,
Efek samping : reaksi alergi, agranulositosis,
trombositopeni, gangguan saluran kemih.
2. Kotrimoksazole
Merupakan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol,
Spektrum antibakteri luas, contohnya : S. aureus, Str.
Pneumoniae, N. meningitis, E. coli,
Mekanisme kerja : sulfonamid menghambat masuknya
PABA ke molekul asam folat, trimetoprim menghambat
terjadinya reaksi reduksi dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat,
Sediaan : tablet, suspensi, tablet pediatric,
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi gonokokal akut,
shigellosis.
3. Penisilin
Mekanisme kerja : menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
bakteri,
Resistensi terhadap penisilin disebabkan diproduksinya
enzim penisilinase oleh mikroorganisme,
Efek samping : iritasi lokal, mual, muntah, diare, syok
anafilaktik,
Indikasi : infeksi pneumokokus, streptokokus, stafilokokus,
meningokokus, gonokokus, salmonela, difteria.
4.Sefalosporin
Mekanisme kerja : menghambat sintesis
dinding sel mikroba
Aktif terhadap bakteri gram (+) dan gram (-),
tetapi masing-masing derivat bervariasi
Efek samping : reaksi alergi
Sefalosporin hanya digunakan untuk infeksi
yang berat atau tidak dapat diobati dengan
antimikroba yang lain.
5. Kloramfenikol
Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein
kuman
Sifat : bakteriostatik
Spektrum antibakteri luas
Indikasi : demam tifoid, meningitis purulenta,
riketsiosis, kuman anaerob
Efek samping : depresi sumsum tulang, alergi,
reaksi sal.cerna, sindrom Gray, reaksi neurologik.
6.Aminoglikosid
Efektif untuk bakteri gram ()
Mekanisme kerja : menghambat sintesis sel
bakteri
Sifat : bakterisidal, yaitu dapat mematikan
mikroorganisme
Efek samping : alergi, iritasi, ototoksik,
nefrotoksik
Jenis : streptomisin, gentamisin, kanamisin,
neomisin, amikasin, tobramisin, paromomisin
Indikasi : bakteri gram (-), Pseudomonas.
7. Golongan kuinolon
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-
akhir ini mulai populer dengan spektrum
antikuman yang luas terutama untuk kuman-
kuman Gram negatif dan Gram positif,
enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama
dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial(didapat
dr RS). Termasuk di sini adalah asam nalidiksat,
norfloksasin, ofloksasin, dan pefloksasin.
8. Macrolide
menghambat translokasi peptidil tRNA yang
diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini
bersifat bakteriostatis, namun dalam
konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat
bakteriosidal. menumpuk pada leukosit dan
akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi.
digunakan untuk Diphteria, Legionella
mycoplasma, dan Haemophilus.
Obat-obatan antimikroba dan
ETIOLOGI
indikasinya
OBAT LINI PERTAMA OBAT ALTERNATIF
Gram-negative cocci
Moraxella catarrhalis -TMP-SMZ (fluoroquinolon) -Cefuroxime, cefotaxime, ceftizoxime,
-Ceftriaxone, ciprofloxacin ceftriaxone
Neisseria gonorrhoeae -Penicillin -Spectinomycin
Neisseria meningitis -Cefotaxime, ceftizoxime

Gram-positive cocci
-S. pneumoniae -Penicillin -Erythromycin,
vancomycin,cephalosporin
-Streptococcus, -Penicillin
hemolytic (A,B,C,G) -Erythromycin,
vancomycin,cephalosporin
-Viridans streptococci -Penicillin gentamicin

-Vancomycin,cephalosporin
Upaya Pencegahan terjadi Infeksi
Bakteri
Primer
Penyebaran langsung kontak fisik dicegah dengan kebersihan
Memperhatikan higiene personal
Membersihkan lingkungan sekeliling
Bagi bayi dan balita, melakukan imunisasi dasar dan anjuran bila mampu
Pemeriksaan kesehatan rutin bagi orang tinggi resiko terinfeksi
Sekunder
Pengobatan profilaksis bagi orang yang berisiko tinggi dengan indikasi dan
keadaan tertentu
Tersier
Menciptakan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan akibat infeksi
bakteri
Menjaga pola makan, misalnya yang mengandung zat besi dikurangi
LO 6

Patofisiologi terjadinya Sepsis


ETIOLOGI
Mayoritas kasus sepsis disebabkan oleh infeksi bakteri, beberapa
disebabkan oleh infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh
penyebab lain (virus dan protozoa)

Penyebab paling umum :


G - : E. Coli, klebsiella spp, seratia spp, enterobacter spp,
proteus spp.
P. Aeroginosa tersering fatal
G + : Staphylococcus aureus, S epidermidis, S pneumoniae,
Coagulase negative staphylococci, enterococci.
Jamur: Candida albicans penyebab utama sepsis di rumah
sakit.
Faktor Resiko
jenis kelamin laki-laki
cacat imun didapat atau kongenital galaktosemia
(Escherichia coli),
pemberian besi intramuskular (Escherichia coli),
anomali kongenital (saluran kencing asplenia,
myelomeningokel, saluran sinus),
amfalitis dan kembar (terutama kembar dua dari
janin yang terinfeksi)
prematuritas
Klasifikasi berdasarkan sumber Infeksi
Jenis Sepsis Sumber Infeksi
MRSA Sepsis Sepsis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
yang resisten terhadap methicillin
VRE Sepsis Sepsis yang disebabkan oleh jenis bakteri Enterococcus
yang resisten terhadap vancomycin
Urosepsis Sepsis yang berasal dari infeksi saluran kencing

Wound Sepsis Sepsis yang berasal dari infeksi luka

Neonatal Sepsis Sepsis yang terjadi pada bayi baru lahir (biasanya 4 minggu
setelah kelahiran)
Sepsis Abortion Aborsi yang disebabkan oleh infeksi dengan sepsis pada ibu
ANTIBIOTIKA
First line agen terapi sepsis antibiotik spektrum luas lactam karena tempat
infeksi dan mikroorganisme biasanya belum diketahui awalnya.
Pemilihan antibiotika berdasarkan :
pengalaman tentang jenis organisme penyebab dengan sensitivitasnya
di rumah sakit .
sumber infeksi.
infeksi didapat di luar rumah sakit atau di rumah sakit.
Antibiotika yang diberikan harus dapat mencapai sumber infeksi dan
diberikan dosis optimal.
Untuk gram positif sering dipakai vancomycin . Selain itu digunakan juga
apabila pasien resistan terhadap methicillin untuk melawan Staphylococcus
aureus .
Pada gram negatif digunakan antibiotik yang mencegah pelepasan
endotoksin
LO 7

Leptospira (etiologi, patofisiologi,


penunjang, tatalaksana, prognosis)
Leptospirosis
Mud fever / slime fever / swamp fever /
autumal fever / infectious jaundice / field
fever / cane cutter fever / dll
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro
organisme Leptospira interogans
Bentuk penyakit beratnya : Weils disease
Gejala klinis tidak spesifik
Etiologi leptospirosis?
Genus : leptospira
Famili : treponemataceae
Ciri khas : berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya
5-15um, spiral sangat halus dengan lebar 0,1 -
0,2 um, salah satu ujung organisme
membengkak, terdapat gerak rotasi aktif
tetapi tidak ditemukan adanya flagella
Spesies dari genus Leptospira?
Leptospira interrorgans (patogen)
L. icterohaemorrhagiae tikus
L. canicola anjing
L. pomona sapi dan babi
L. grippothyphosa
L. javanica
L. cellledoni
L. ballum
L. pyrogenes
L. automnalis
L. hebdomadis
L. bataviae
dll
Leptospira biflexa (non patogen / sporofit)
Tempat hidup?
Di dalam tubuh hewan reservoar, leptospira
hidup di dalam ginjal / air kemihnya.
Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan
membentuk koloni serta berkembang biak di
dalam epitel tubulus ginjal tikus secara terus
menerus dan ikut mengalir dalam filtrat urine
Indonesia sbg negara dengan insidens
leptospirosis tinggi dan peringkat ke-3 di dunia
untuk mortalitas
Pemeriksaan?
Dengan pemeriksaan sederhana memakai
mikroskop biasa dapat dideteksi adanya
gerakan leptospira dalam urine
Diagnostik pasti dengan ditemukannya
leptospira dalam darah / urine / tes serologi
positif
Penularan?
Manusia kontak dengan air / tanah / lumpur yang terkontaminasi.
Kadang karena gigitan binatang yang terkontaminasi / kontak dgn kultur
leptospira di lab.

Resiko penularan leptospirosis


Pekerjaan Aktivitas Lingkungan
Petani dan peternak Berenang di sungai Anjing piaraan
Tukang potong hewan Bersampan Ternak
Penangkap / penjerat hewan Kemping Genangan air hujan

Dokter / mantri hewan Berburu Lingkungan tikus

Penebang kayu Kegiatan di hutan Banjir


Pekerja selokan
Pekerja perkebunan
Patogenesis?
Leptospira kulit / selaput lendir aliran darah jaringan
tubuh respon imunologi selular, humoral antibodi
spesifik
Leptospira kulit / selaput lendir aliran darah jaringan
tubuh ginjal urine (sekitar 8 hari sampai bbrp minggu
setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun
Leptospira dapat dihilangkan dg fagositosis dan mekanisme
humoral cepat leyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin.
Setelah fase leptospiremia 4-7 hari,
mikroorganisme hanya dpt ditemukan dlm
jaringan ginjal dan okuler
3 mekanisme : invasi bakteri langsung, faktor
inflamasi non spesifik dan reaksi imunologi
Kelainan spesifik pada organ..
Ginjal :
Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear
tanpa gangguan fungsi ginjal.
Tubular nekrosis akut gagal ginjal
Hati : nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel
limfosit fokal dan proliferasi sel Kupfer dangan
kolestatis.
Jantung : Kelainan pada epikardium, endokardium
maupun miokardium pendarahan fokal
Otot rangka : invasi langsung leptospira nyeri otot
Mata : leptospira masuk ruang anterior dari mata dan
bertahan berbulan-bulan uveitis
Kelainan spesifik pada organ..
Pembuluh darah : vaskulitis pendarahan/
petekie
Susunan saraf pusat : meningitis (L. canicola)
Weil Disease : leptospirosis berat, ditandai dgn
ikterus, pendarahan, anemia, azotemia,
gangguan kesadaran dan demam tipe
kontinua (L. icterohaemorragica)
Gambaran klinis?
Sering : demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, conjunctival
suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, foto pobi

Jarang : pneimonitis, hemoptae, delirium, pendarahan, diare, edema, splenomegali,


artalgia, gagal ginjal, peiferal neuritis, pankreasitis, parotitis, epididimis, hematemesis,
asites, miokarditis
Fase penyakit?
Fase leptospiraemia
Ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal
Tiba-tiba
Gejala awal sakit kepala di frontal
Sakit pada otot terutama paha, betis, pinggang, nyeri tekan
Mialgia
Demam tinggi dan menggigil
Mual
Mencret
Penurunan kesadaran
Fotofobia
Brakikardi
Ikterus
Rash
Splenomegali
Hepatomegali
limfadenopati
Fase penyakit?
Fase imun
Demam turun setelah 7 hari bebas demam 3 hari fase imun
Peningkatan titer antibodi
Demam >40C, menggigil
Sakit otot menyeluruh terutama betis
Epistaksis
Gejala kerusakan ginjal dan hati
Uremia
Ikterik
Purpura
Petichiae
Epistaksis
Pendarahan gusi
Conjunctiva injection / fotopobia
meningitis
Diagnosis?
Riwayat pekerjaan pasien
Kultur
Spesimen darah / CCS
Kultur urine setelah 2-4 minggu onset penyakit
Inokulasi hewan
Serologi
PCR, silver stain / fluroscent antibody stain,
mikroskop lapangan gelap
Pengobatan?
Pengobatan dan Kemoprofilaksis Leptospirosis
Indikasi Regimen Dosis
Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg
Ampisilin 4 x 500-750 mg
Amoksisilin 4 x 500 mg
Leptospirosis sedang / Penisilin G 1.5 juta unit /6 jam (i.v)
berat Ampisilin 1 gram / 6 jam (i.v)
Amoksisilin 1 gram / 6 jam (i.v)
Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg / minggu
Prognosis?
Tidak ada ikterus baik
Ikterus kematian 5% pada umur <30th , 30-
40% pada usia lanjut
Pencegahan?
Pakaian khusus
Doksisiklin 20 mg/minggu
Vaksinasi hewan-hewan reservoar
Kesimpulan
Laki-laki tersebut menderita Leptospirosis
yang kemungkinan besar disebabkan oleh
species Leptrospira icterohaemorrhagiae,
yang berasal dari urine tikus karena laki-laki
tsb bekerja di selokan yang merupakan
tempat bersarang tikus.
Saran
Menggunakan alas kaki dan pakaian yang
tertutup agar tidak terinfeksi leptospira
Antibiotik untuk pengobatan
Memberantas hama tikus
Daftar Pustaka
Male D, Brostoff J, Roitt I. Immunology, 7th ed. Philadelphia : Elsevier, 2006.
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology, 6th ed.
Philadelphia: Saunders, 2007
Akib AP Arwin, Buku ajar alergi imunologi anak. Jakarta: IDAI, 1996
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrisons Principles
of Internal Medicine vol.1. 17th Edition. McGrawHill.
Nairn R, Helbert M. Immunology for medical students. Philadelphia: Elsevier, 2007
Robbins, Cotran, Kumar. Buku Ajar Patologi, edisi 7. Jakarta: EGC, 2007
Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV Jilid 2. 2007. Jakarta : FKUI
Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Ed 8. Balai Penerbit FKUI. Jakarta; 2009.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
Edisi IV. Jakarta; 2006
Davey P. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta; 2005.

Anda mungkin juga menyukai