Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU ANESTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI NOVEMBER 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MANAJEMEN PERIOPERATIF TERHADAP RASA NYERI

Disusun Oleh:
Dwi Nur Oktavianty Bakhtiar (162 2016 2054)

Pembimbing :
dr. Faisal Sommeng, Sp. An
Penguji :
dr. Fendy Dwimartyono, Sp. An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU ANESTESI
RS IBNU SINA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
A. MANAJEMEN PERIOPERATIF TERHADAP RASA NYERI UNTUK
OPERASI THORACOTOMY

A.1 Hal apa yang perlu diberitahukan kepada pasien mengenai rencana thoracotomy dan

bagaimana pengendalian nyeri pasca operasi ?

Pasien yang menjalani thoracotomy sebaiknya diberitahu mengenai hal apa saja yang dapat terjadi
setelah operasi, seperti :

Pasien mungkin dapat merasakan nyeri pascaoperasi jika analgesia tidak ditangani dengan tepat.

Fungsi paru terganggu akibat operasi toraks, dan bisa jadi diperparah oleh efek rasa nyeri.

Untuk perbaikan fungsi paru sebelum operasi, pasien sebaiknya diberi fisioterapi dan latihan
fisik umum, serta disarankan untuk berhenti merokok.
A.2 Bagaimana cara dalam menentukan A.3 Apa yang dimaksud dengan Post

teknik anestesi yang digunakan ? Thoracotomy Pain Syndrome (PTPS) ?

Keputusan mengenai teknik anestesi yang PTPS dapat didefinisikan sebagai rasa

digunakan untuk pasien didasarkan pada nyeri yang berulang atau berkelanjutan

keseluruhan kondisi medis dari pasien disepanjang bekas luka setidaknya 2 bulan

tersebut dan pengobatan yang mereka setelah operasi thoracotomy dan tidak

lakukan. Anestesi umum, epidural, dan terkait dengan kambuhnya tumor atau

spinal, maupun secara kombinasi masing- infeksi.

masing memiliki risiko dan manfaat yang

berbeda.
A.4 Bagaimana strategi analgesik A.5 Apakah pilihan teknik analgesik
perioperatif ? dapat mempengaruhi hasil pasca
operasi ?
Memperhatikan kebutuhan
analgesia secara efektif selama Anestesi lokal epidural dapat

periode perioperatif menurunkan kejadian infeksi paru dan


komplikasi paru secara keseluruhan.
Pentingnya meminimalkan
efek samping, terutama depresi Kontrol nyeri yang efektif dengan teknik

pernafasan. epidural dapat membuat fungsi paru


membaik, batuk lebih efektif, dan
pernafasan yang baik.
A.6 Apakah penting jika selang epidural A.7 Apakah pilihan obat dapat mempengaruhi
berada pada daerah toraks ataupun keamanan Thoracic Epidural Analgesia
lumbal ? (TEA) ?

Penempatan selang epidural pada Kontrol nyeri pascaoperasi yang efektif dapat

daerah toraks dapat mengurangi blok dicapai dengan memberikan anestesi lokal

motorik pada ekstremitas bawah, opioid, atau kombinasi keduanya ke dalam

sedangkan pada daerah lumbal bisa ruang epidural toraks. Kombinasi tersebut

berkhasiat, apabila digunakan dengan adalah standar, karena sinergi antara opioid

opioid hidrofilik seperti morfin. dan agen anestesi lokal memungkinkan

keseimbangan yang tepat untuk meminimalkan

pemblokiran fungsi motoric.


A.8 Berapakah dosis dan konsentrasi pada kombinasi anestesi yang biasa digunakan dalam
analgesia epidural ?
Bupivakain 0,0625% dengan fentanyl 5 g per mL dengan periode lockout 10 menit.
Fentanyl 10 g per mL dengan periode lockout 10 menit.
Bupivakain 0,0625% yang dilarutkan 100 g per mL dengan periode lockout 20 menit.
Morfin sulfat 100 g per mL dengan periode lockout 30 menit.

A.9 Jika terjadi tusukan dural yang tidak disengaja selama penempatan jarum epidural, langkah apa
yang harus dilakukan ?

Jika terjadi tusukan dural yang tidak disengaja selama penempatan jarum epidural, umumnya adalah

membuang jarum dan menempatkan selang epidural di ruang intervertebralis yang berdekatan. Selain itu

pasien juga harus diberi tahu tentang tusukan dural dan potensi sakit kepala yang dapat dirasakan
A.10 Apakah ada alternatif dari Thoracic Epidural Analgesia (TEA) ?

Ada kalanya untuk alasan teknis, medis, atau alasan penempatan selang epidural thoraks tidak berhasil,
tidak diinginkan, atau tidak mungkin dilakukan alternatif yang dapat dilakukan meliputi penempatan
selang epidural toraks dan lumbal yang lebih rendah, blok saraf intercostal (ICNBs), blok paravertebral,
infiltrasi anestesi lokal, dan analgesia sistemik.

A.11 Bagaimana rejimen klinis yang biasa digunakan untuk pasien dengan analgesia terkontrol secara
intravena ?

Rejimen klinis biasanya bervariasi namun dua opioid yang paling umum digunakan adalah morfin dan

dilaudid. Penggunaan obat secara terus menerus biasanya dihindari untuk mengurangi kemungkinan

depresi pernapasan. Morfin sulfat sebanyak 2 mg atau dilaudid 0,2 mg diberikan dengan periode lockout

10 menit.
A.12 Apa efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi pada teknik epidural ?

Bergantung pada tingkat Thoracic Epidural Analgesia (TEA) apakah mengganggu aliran keluar simpatis
dan menyebabkan hipotensi.

Efek samping terkait opioid meliputi sedasi, mual dan muntah, pruritus, motilitas gastrointestinal
tertunda, retensi urin, dan depresi pernapasan.

Tingkat komplikasi yang terjadi dapat seperti tusukan dural, penempatan selang yang tidak berhasil,
paresthesia, dan cedera neurologis.

Paraplegia yang terkait dengan analgesia epidural dapat terjadi akibat hematoma epidural, atau abses
epidural yang jarang terjadi.
B. TERAPI OPIOID DAN MANAJEMEN PERIOPERATIF TERHADAP
RASA NYERI

B.1 Bagaimana terapi opioid dapat mempengaruhi manajemen postoperatif terhadap rasa nyeri ?

Pasien terapi opioid jangka panjang lebih cenderung memerlukan dosis tinggi pasca operasi. Tingkat
nyeri pasca operasi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko nyeri kronis sebagai konsekuensi
pembedahan. Oleh karena itu, penanganan nyeri pasca operasi sangat penting pada pasien dengan rasa
sakit kronis karena mereka sangat rentan terhadap komplikasi atau yang berisiko mengalami nyeri
pascaoperasi.
B.2 Apa penyebab terjadinya nyeri postoperatif pada pasien yang menggunakan opioid dalam

jangka waktu yang lama ?

Terapi opioid dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kebutuhan untuk meningkatkan dosis
tersebut dari waktu ke waktu sehingga dapat mempertahankan efek analgesik yang diinginkan. Akan
tetapi kebutuhan untuk meningkatkan dosis sering dikaitkan dengan perkembangan penyakit yang
mendasari dan menyebabkan rasa nyeri yang berkepanjangan.
B.3 Apa perbedaan antara pasien yang mengonsumsi opioid dalam jangka waktu yang lama dan

pasien yang menyalahgunakan atau kecanduan dengan opioid tersebut ?

Terapi opioid dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kebutuhan untuk meningkatkan dosis
Pertama, dosis harian opioid yang dikonsumsi oleh pasien yang menyalahgunakan opioid sebelum
operasi biasanya lebih besar.

Kedua, pasien yang menyalahgunakan atau kecanduan opioid sering menderita penyakit kejiwaan
seperti depresi, gelisah, psikosis, dan kepribadian yang meningkat.
B.4 Apa yang perlu dipertimbangkan pada pasien dengan toleran opioid yang

dijadwalkan menjalani operasi ?

Pasien dengan toleran opioid mungkin memerlukan sekitar tiga kali lebih banyak opioid.
Kejadian mual dan muntah akibat opioid mungkin lebih rendah pada pasien dengan toleran
opioid tersebut
B.5 Bagaimana strategi dalam memberikan informasi sebelum operasi dan pemilihan dalam

teknik anestesi ?

Karena dosis opioid secara signifikan dapat meningkatkan kebutuhan opioid pascaoperasi dan rasa
sakit yang tidak diketahui, semua pasien harus diberitahu mengenai potensi rasa sakit atau nyeri yang
dapat dirasakan dan meningkatnya kebutuhan opioid selama periode pasca operasi.

Beberapa pendapat ahli menunjukkan bahwa pasien yang toleran terhadap opioid harus diberikan
anestesi lokal, terutama untuk prosedur yang dilakukan pada ekstremitas. Kelebihan anestesi lokal dan
pendekatan analgesik meliputi pengurangan kebutuhan opioid dan perbaikan perfusi distal akibat
blokade simpatik.
B.6 Hal apa saja yang dapat dilakukan untuk manajemen perioperatif terhadap rasa nyeri pada

pasien yang toleran opioid ?

Penatalaksanaan pada pasien ini sebaiknya fokus pada tiga tujuan utama: (a) tindakan pencegahan, (b)
analgesia yang efektif, dan (c) pengobatan simtomatik gangguan afektif psikologis seperti kecemasan.

Obat opioid yang sudah ada sebelumnya harus dilanjutkan selama periode perioperatif. Ini berlaku
untuk anestesi umum dan anestesi lokal. Selama operasi, dosis opioid yang dibutuhkan terdiri dari
dosis opioid harian yang diambil sebelum operasi dan dosis opioid yang diperlukan untuk intervensi
bedah.
C. MANAJEMEN PERIOPERATIF TERHADAP RASA NYERI UNTUK
OPERASI RAWAT JALAN

C.1 Apa yang dapat menjadi pertimbangan sebelum dilakukan operasi kepada pasien ?

Pengelolaan nyeri pasca operasi yang adekuat seringkali merupakan faktor pembatas saat
menentukan apakah pasien dapat melakukan operasi yang dilakukan sebagai prosedur
operasi rawat jalan.

Merencanakan pengelolaan nyeri pasca operasi harus dimulai pada periode pra operasi.

Mengurangi kecemasan pasien dan mengurangi kejadian nyeri pasca operasi juga dapat
dilakukan.

Pasien harus diberitahu bahwa ada risiko mual dan muntah pasca operasi yang relatif tinggi
C.2 Apa akibat yang dapat ditimbulkan dari manajemen nyeri yang tidak adekuat setelah operasi

rawat jalan ?

Studi klinis terbaru menunjukkan bahwa nyeri pasca operasi tidak selalu diobati secara efektif. Rawal
dkk. melaporkan bahwa 30% sampai 35% pasien yang menjalani operasi rawat jalan mengalami sakit
sedang sampai parah.

Rasa sakit yang tidak terkontrol dapat dikaitkan dengan peningkatan kejadian mual, maupun agitasi
pascaoperasi juga dapat terjadi.
C.3 Bagaimanakah premedikasi sebelum operasi ?

Pemberian analgesik opioid atau nonopioid sebelum operasi dapat mengurangi kebutuhan analgesik
dan rasa nyeri pada periode pasca operasi. Namun, premedikasi opioid menjadi kontroversial karena
dapat meningkatkan kejadian efek samping terkait opioid dan bahkan menunda pemulihan.

Premedikasi dengan obat antiinflamasi oral nonsteroid (NSAID) diberikan 60-90 menit sebelum
operasi dapat mengurangi tingkat nyeri pasca operasi, maupun kebutuhan analgesik
C.4 Apakah pilihan teknik anestesi dapat mempengaruhi nyeri pasca operasi ?

Pemilihan teknik anestesi telah terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap analgesia pasca operasi
pada pasien yang menjalani operasi rawat jalan. Teknik anestesi lokal juga memiliki sejumlah keuntungan
pada operasi rawat jalan, termasuk analgesia pascaoperasi yang berkepanjangan.

C.5 Apakah obat antiinflamasi nonsteriod (NSAID) efektif ?


Efek opioid dari NSAID dapat menurunkan risiko mual dan muntah pascaoperasi, sehingga meningkatkan
kenyamanan pasien

NSAID memiliki sifat analgesik yang lebih lemah daripada opioid atau anestesi lokal. Akan tetapi NSAID
dapat mengurangi risiko nyeri karena durasi tindakan yang lebih lama dan merupakan bahan pembantu
yang berharga bila digunakan dalam kombinasi dengan opioid dan anestesi lokal.
C.6 Hal apa yang dapat dilakukan dalam mengendalikan rasa sakit setelah pulang ke rumah ?

Parasetamol oral (asetaminofen), obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau opioid sering digunakan
untuk memberikan pereda nyeri pasca operasi.

Kodein dan turunannya adalah analgesik oral opioid yang paling umum digunakan setelah operasi rawat
jalan. Oxycodone dan hydrocodone adalah derivatif aktif kodein dengan potensi analgesik yang lebih
tinggi.
D. PERAN ACUTE PAIN SERVICE (APS)

D.1 Berapakah tingkat masalah dan pasien mana sajakah yang memiliki resiko tindakan yang lebih
tinggi ?

Adanya rasa sakit setelah operasi terus menjadi tantangan medis utama. Lebih dari 30% pasien memiliki
rasa sakit sedang sampai parah. Beberapa pasien tertentu berisiko lebih besar untuk melakukan
perawatan, ini termasuk bayi dan anak-anak, orang tua, etnis minoritas, dan pasien dengan penyakit
kejiwaan atau mereka yang tidak dapat berkomunikasi.
D.2 Apa akibat yang dapat ditimbulkan dari rasa sakit pasca operasi yang tidak memadai ?

Rasa sakit pasca operasi yang tidak memadai dapat menyebabkan keadaan fisiologis dan
psikologis yang berbahaya dan menyebabkan morbiditas yang signifikan, yang dapat menunda
pemulihan.

Selain itu, adanya gejala pasca operasi, termasuk rasa sakit, secara signifikan berkontribusi
terhadap ketidakpuasan pasien dengan anestesi dan pengalaman bedahnya
D.3 Bagaimana peran Acute Pain Services (APS) dalam memperbaiki manajemen nyeri pasca
operasi ?

Di beberapa institusi, APS bertanggung jawab untuk mengelola atau mengurangi rasa nyeri. Selain
itu APS juga terorganisir dalam mengawasi kualitas manajemen nyeri di dalam suatu institusi dan
mendokumentasikan kinerja institusional tersebut

D.4 Apakah Acute Pain Services (APS) dapat memperbaiki hasil pasca operasi ?

Dalam sebuah tinjauan literatur Werner et al. mengevaluasi dampak APS terhadap hasil pasca
operasi Penulis menemukan bahwa penerapan APS dapat dikaitkan dengan penurunan intensitas
nyeri yang signifikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai