Anda di halaman 1dari 91

siswoyoys@yahoo.

com
Keperawatan UNEJ
Lensa mata keruh/butek
Jadi......mata tidak jelas melihat/buram
Lama kelamaan jika tidak ditangani bisa buta
seumur hidup.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas
secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang
terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul
pada berbagai usia tertentu
Struktur
transparan
biconvex
Fungsi :
menjaga kejernihannya sendiri
membiaskan cahaya
ber-akomodasi
Lensa tidak memiliki suplai darah atau
inervasi saraf
Kebutuhan metabolisme & pembuangan
limbah produksinya tergantung humor
akuos.
Posterior iris dan anterior
korpus vitreous
Dipertahankan posisinya :
zonula Zinnii (serat
halus kuat melekat
korpus siliaris)
Terdiri :
kapsul,
epitel lensa,
korteks dan
nukleus
Keseimbangan air & elektrolit, penting untuk
transparansi lensa.
Lensa manusia normal mengandung
Air : 66%
Protein : 33%
Di dalam lensa,
Natrium 20 mM
Kalium 120 mM
Di luar lensa (humor akuos & korpus vitreous)
Natrium 150 mM
Kalium 5 mM.
Usia Kekerasan nukleus
Kongenital Grade 1
Infantile Grade 2
Juvenile Grade 3
Senile Grade 4
Grade 5
Penyebab
Katarak traumatika Stadium katarak
Katarak diabetikum Insipien
Katarak komplikata Imatur
Katarak drug induce Matur
Hipermatur
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di
bagi dalam :
katarak kongenital sejak lahir bahkan mulai dari
kandungan
Katarak infantil, katarak yang terlihat pada usia di
bawah 1 tahun
katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di
atas 1 tahun dan di bawah 30 tahun
katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30 -
40 tahun
katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi
pada usia lebih dari 40 tahun
Katarak kongenital merupakan kekeruhan
lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio
intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas
mengenai seluruh lensa
Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat
terjadinya gangguan metabolisme serat lensa
Katarak kongenital yang terjadi sejak
perkembangan serat lensa terlihat segera
setelah bayi Iahir sampai berusia 1 tahun
Katarak ini terjadi karena gangguan
metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus
atau gangguan metabolisme jaringan lensa
pada saat bayi masih di dalam kandungan,
dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan
terlihat bercak putih di depan pupil yang
disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna
putih).
Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya
dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi
retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan
miopia tinggi di samping katarak sendiri
Katarak kongenital merupakan katarak
perkembangan sehingga sel-sel atau serat
lensa masih muda dan berkonsistensi cair.
Umumnya tindakan bedah dilakukan
dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
Tindakan bedah biasanya dilakukan pada
usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia
eks-anopsia.
Pasca bedah pasien memerlukan koreksi
untuk kelainan refraksi matanya yang telah
menjadi afakia
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia
1 tahun lanjutan katarak kongenital
yang makin nyata,
Penyulit penyakit lain, katarak
komplikata, yang dapat terjadi akibat
penyakit lokal pada satu mata, seperti
akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi
retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang
mengenai satu mata, penyakit sistemik,
seperti diabetes, hipoparatiroid, dan
akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan
katarak yang didapat dan banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50
tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit
lainnya seperti diabetes melitus yang akan
terjadi lebih cepat.
Kedua mata dapat terlihat dengan derajat
kekeruhan yang sama ataupun berbeda.
Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat
pada beberapa stadium katarak senil.
Pada katarak senil akan terjadi
degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
Tajam penglihatan akan menurun secara
berangsur-angsur.
Katarak senil merupakan katarak yang
terjadi akibat terjadinya degenerasi serat
lensa karena proses penuaan
Lokasi kekeruhan lensa
Kortikal
Nuklear
Anterior subkapsular
Posterior subkapsular
Polaris anterior
Polaris posterior
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma
tumpul atau trauma tajam yang menembus
kapsul anterior.
Tindakan bedah pada katarak traumatik
dilakukan setelah mata tenang akibat trauma
tersebut.
Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala
radang berat, maka dilakukan aspirasi
secepatnya
Katarak komplikata terjadi akibat
gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi
sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa.
Katarak komplikata dapat terjadi akibat
iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi,
ablasio retina, dan glaukoma.
Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik yang akan mengenai
kedua mata atau kelainan lokal yang akan
mengenai satu mata
Pada tindakan bedah lensa dimana
terjadi reaksi radang yang berakhir
dengan terbentuknya jaringan fibrosis
sisa lensa yang tertinggal maka keadaan
ini disebut sebagai katarak sekunder.
Tindakan bedah yang dapat
menimbulkan katarak sekunder adalah
sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan
ekstraksi lensa ekstrakpsular.
Pada katarak sekunder yang
menghambat masuknya sinar ke dalam
bola mata atau mengakibatkan turunnya
tajam penglihatan maka dilakukan
disisio lentis sekunder atau kapsulotomi
pada katarak sekunder tersebut
1. Stadium insipien,
di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan
yang tidak teratur.
Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti
melihat ganda dengan satu matanya.
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap
cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik
mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam
posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
2. Stadium imatur,
lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
(intumesen)
terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai
katarak intumesen. P
terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung
pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu
membaca dekat.
Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan,
bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit
atau tertutup.
Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test
akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris
positif.
3. Stadium matur
merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
terjadi kekeruhan seluruh lensa.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal
kembali.
Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata depan terbuka normal, uji bayangan iris
negatif.
Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat
hanya tinggal proyeksi sinar positif
4. Stadium hipermatur
terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa
tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa
sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair
keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih
kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris
tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun
seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini
disebut uji bayangan iris pseudopositif.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan
timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar
cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini
dapat :
Primer, berdasarkan gangguan
perkembangan dan metabalisme dasar lensa
Sekunder, akibat tindakan pembedahan
lensa,
Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
Lensa mengandung 3 komponen
anatomis:
Nukleus zone sentral
Korteks perifer
Kapsul anterior dan posterior
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan dg bertambahnya usia
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
multiple (zunula) yg memanjang dari badan
silier kesekitar daerah lensa) hilangnya
tranparansi lensa
Perubahan kimia dlm protein lensa koagulasi
mengabutkan pandangan
Terputusnya protein lensa disertai influks air
kedalam lensa
Usia meningkat Penurunan enzim menurun
degenerasi pd lensa
Radiasi
sinar ultra violet B,
Obat-obatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan
yg kurang dlm jangka waktu
lama
Data subyektif
Visus menurun
Silau
Data objektif
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
Bila lensa sudah opak cahaya terpendar tdk pada
retina pandangan kabur atau redup
Silau dan susah melihat pd malam hari
Pupil tampak kekuningan, abu-abu dan putih.
Keratometri
Oftalmoskop
A-Scan Ultrasound (USG Mata)
Hitung sel endotel
Ada 4 macam tekhnik pembedahan katarak
Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler extraction
(ECCE) 98 % keberhasilan
SICS (Small Incision Cataract Surgery)
Fakoemulsifikasi
Laser assisted cataract surgery Pembedahan
terbaru
Kaca mata apakia
Lensa kontak
Implantasi lensa okuler (Intrs Ocolar Lens/IOL)
Pembatasan aktivitas
Diperbolehkan
Menonton televisi; membaca bila perlu, tp jangan
terlalu lama
Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan
bak mandi atau pancuran
Tidak boleh membungkuk pd wastafel atau bak
mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang saat
mencuci rambut
Tidur dengan perisai pelindung mata logam
pada malam hari; mengenakan kacamata
pada siang hari
Ketika tidur, berbaring terlentang atau
miring tidak boleh telengkup
Aktivitas dengan duduk
Mengenakan kacamata hitam untuk
kenyamanan
Berlutut atau jongkok saat mengambil
sesuatu dari lantai
Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
Tidur pd sisi yg sakit
Menggosok mata; menekan kelopak untuk
menutup
Mengejan saat defekasi
Memakai sabun mendekati mata
Mengangkat benda yg lebih dari 7 Kg
Hubungan seks
Mengendarai kendaraan
Batuk, bersin, dan muntah
Menundukkan kepala sampai bawah pinggang,
melipat lutut saja dan punggung tetap lurus
untuk mengambil sesuatu dari lantai
Pengertian
Keratitis radang pada kornea yaitu salah satu penyakit
mata yang serius karena dapat menimbulkan gangguam
tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.

Etiologi
Perdangan kornea dapat terjadi dengan jalan : infeksi (eksogen)
dengan jalan ini biasanya mikrorganisme penyebab telah berada
di sakkus konjuktiva sebelum menimbulkan kelainan kornea.
Merupakan lanjutan (perkontinuitatun peradangan jaringan mata
lainnya seperti : radang konjuktiva dapat menyebar kelapisan
epitel, radang sklera kelapisan stroma dan radang uvea
kelapisan endotel kornea
Data subyektif meliputi:
Rasa nyeri pada mata
Lakrimasi
Penglihatan kabur
Blefarospasme akibat fotofobia

Data obyektif meliputi:


Infiltrat dapat menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata
dan tidak licin sehingga menjadi tidak bening. Bagaimanakah
nasib infiltrat tersebut ? infiltrat dapat diserap seluruhnya
sehingga kornea kembali bening, dapat juga diserap sebagian
dengan meninggalkan jaringan sikatrik atau terjadi proses
pernanahan dengan akibat terbentuk ulkus
Mikroorganisme sebagai penyebab infeksi
(eksogen) , endogen karena alergi serta
komplikasi dari konjuktivitis

Reaksi inflamasi pada kornea

Dolor,rubor, kalor, tumor, laesa funsio Komplikasi ulkus kornea

Kerusakan membran
bowman

Terbentuk jaringan
sikatrik
A. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai
ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi
(kerusakan) pada bagian epitel kornea.
(Darling,H Vera, 2000, hal 112)
B. Etiologi
Faktor penyebabnya antara lain:
- Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan
sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
- Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea
(erosio kornea), karena trauma, penggunaan
lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
- Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan
oleh : oedema kornea kronik, exposure-
keratitis (pada lagophtalmus, bius umum,
koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A,
keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis
virus.
- Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi,
alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson,
sindrom defisiensi imun.
- Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme
imun, misalnya : kortikosteroid, IUD,
anestetik lokal dan golongan imunosupresif.
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan
oleh :
- Bakteri
Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus
kornea adalah streptokok pneumoniae,
sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea
melalui faktor-faktor pencetus diatas.
- Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia,
variola
- Jamur : golongan kandida, fusarium,
aspergilus, sefalosporium
- Reaksi hipersensifitas
Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal),
TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak
diketahui (ulkus cincin)
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
C. Tanda dan Gejala
- Pada ulkus yang menghancurkan membran
bowman dan stroma, akan menimbulkan
sikatrik kornea.
- Gejala subyektif pada ulkus kornea sama
seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif
berupa injeksi silier, hilangnya sebagian
jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada
kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis
disertai hipopion.
- Fotofobia
- Rasa sakit dan lakrimasi
(Darling,H Vera, 2000, hal 112)
E. Penatalaksanaan :
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya
dirawat untuk pemberian berseri (kadang
sampai tiap 30 menit sekali), tetes
antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh
ahli opthalmologi.
Cuci tangan secara seksama adalah wajib.
Sarung tangan harus dikenakan pada setiap
intervensi keperawatan yang melibatkan
mata.
Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan
perlu diberikan kompres dingin.
Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO.
Mungkin diperlukan asetaminofen untuk
mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik
mungkin perlu diresep untuk mengurangi
nyeri dan inflamasi.
Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak
tipe balutan harus dilepas sampai infeksi
telah terkontrol, karena justru dapat
memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun
kemudian diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan defek epitel.
F. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes
ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO,
normal 15 - 20 mmHg
c. Pemeriksaan oftalmoskopi
d. Pemeriksaan Darah lengkap, LED
e. Pemeriksaan EKG
f. Tes toleransi glukosa
G. Pengkajian :
a. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas
b. Neurosensori : penglihatan kabur, silau
c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-
tiba/berat menetap/
tekanan pada & sekitar mata
d. Keamanan : takut, ansietas
(Doenges, 2000)
Korpus alienum kornea adalah benda asing yang
terdapat pada kornea seperti serpihan logam,
serpihan kaca, ataupun serpihan benda-benda
organik.
Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja,
biasanya tanpa disengaja.
Mekanisme trauma dapat membantu membedakan
trauma superfisial atau dalam
(intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai
seperti serpihan kayu, logam,
plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya
terjadi pada cuaca berangin atau
bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan
angin.
Untuk benda asing yang berasal dari
serangga atau tumbuh-tumbuhan,
memerlukan perhatian khusus karena dapat
meningkatkan resiko infeksi serta bersifat
antigenik yan dapat menimbulkan reaksi
inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien
seperti ini harus dilakukan follow up ketat
untuk komplikasi infeksi.
a. Cemas atau ansietas berhubungan dengan
kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman
mengenai perawatan pasca operatif, pemberian
obat
Intervensi :
- Kaji derajat dan durasi gangguan visual
- Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
- Jelaskan rutinitas perioperatif
- Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup
sehari-hari bila mampu
- Dorong partisipasi keluarga atau orang yang
berarti dalam perawatan pasien.
b. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan
kerusakan penglihatan
Intervensi :
- Bantu pasien ketika mampu melakukan
ambulasi pasca operasi sampai stabil
- Orientasikan pasien pada ruangan
- Bahas perlunya penggunaan perisai metal
atau kaca mata bila diperlukan
- Jangan memberikan tekanan pada mata
yang terkena trauma
- Gunakan prosedur yang memadai ketika
memberikan obat mata
c. Nyeri berhubungan dengan trauma,
peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah
atau pemberian tetes mata dilator

Intervensi :
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan
TIO sesuai resep
- Berikan kompres dingin sesuai permintaan
untuk trauma tumpul
- Kurangi tingkat pencahayaan
- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada
cahaya kuat
d. Risiko kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan penglihatan

Intervensi :
- Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat
mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang
harus segera dilaporkan pada dokter
- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien
dan orang yang berarti mengenai teknik yang
benar dalam memberikan obat
- Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan
penglihatan
e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan
penglihatan
Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan
perubahan
Kriteria hasil :
a. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan
keterbatasan penglihatan
b. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra
lainnya secara adekuat
Intervensi:
- Perkenalkan pasien dengan lingkungannya
- Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera
lainnya yang tidak mengalami gangguan
- Kunjungi dengan sering untuk menentukan
kebutuhan dan menghilangkan ansietas
- Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan
aktivitas
- Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
mengenai perawatan diri dan proses penyakit
Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai penyakitnya
Kriteria hasil:
a.Pasien memahami instruksi pengobatan
b.Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk
dilaporkan

Intervensi:
- Beritahu pasien tentang penyakitnya
- Ajarkan perawatan diri selama sakit
- Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata
dan penggantian balutan pada pasien dan
keluarga
- Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan
TIO dan gangguan penglihatan
Operasi terbagi dalam 3 tahap:
Preoperasi/premedikasi
Intraoperasi, dan
Post operasi
KETERANGAN :
A : Ruang Pemulihan II
B : Ruang Pemulihan I
C : Ruang OK I
D : Ruang Premedikasi
E : Musholla
F : Ruang Istirahat
G : R. tunggu sebelum
masuk R. OK
H : Ruang cuci tangan
I : Ruang Ganti Wanita
J : Ruang Ganti Pria
K : WC I
L : WC II
M : Ruang OK II
N : Ruang Alat
O : Ruang Alat
P : Ruang cuci tangan
Q : R. Tunggu keluarga
R : WC I Pasien
S : WC II Pasien
T : Gudang FKG
U : Ruang Makan
V : R. Tunggu keluarga
Tugas :
Ganti baju pasien
Tetesi mata pasien (katarak) : pantocain,
midriatil dan efrisel 2-3 tetes tiap 15 menit
sampai midriasis penuh
Cukur bulu mata

Persiapan psikis pasienbila perlu beri obat


penenang
Cek TTV dan amati GDS pada status
Persiapan per pasien dilakukan mulai 2 jam
sebelum masuk kamar operasi
Dilakukan oleh tim intraoperasi
Sudah terstandar dalam laporan operasi
Kebutuhan : Obat-obatan, bahan habis pakai
: Alkohol 70 %, Betadine, kassa steril, kapas,
iodine cup 3 buah, sarung tangan steril, infus
RL, tranfusi set, IOL, dop mata
Perhatikan area steril dan on steril
Siapkan perawatan mata di pagi hari (follow
up 1 hari post op)
Lakukan pend kes sebelum pulang
Siapkan resep dan surat kontrol
Pasien tidak boleh mengucek mata yang baru
dioperasi
Pasien tidak boleh menunduk
Tidak boleh tidur miring ke arah mata yang
dioperasi, sebisa mungkin telentang dengan
bantal yang rendah
Tidak boleh mengangkat beban berat > 5 kg
Tidak boleh melakukan aktivitas berat
Mata tidak boleh terkena air selama 2 minggu
Pasien tidak boleh melakukan hubungan
suami-istri
Pasien tidak boleh makan makanan yang
menyebabkan alergi
Tidak boleh makan yang pedas dan kecut
Pasien tidak boleh batuk kuat dan tidak boleh
makan makanan yang menyebabkan batuk,
jika batuk minta resep batuk
Pasien tidak boleh mengejan terlalu kuat,
sehingga dianjurkan untuk makan diet
seimbang, perbanyak buah manis dan
sayuran
Pasien harus mengikuti segala petunjuk
pengobatan dan harus kontrol seminggu dan
1 bulan post operasi
Membuka Perban Pemeriksaan Mata
91

Anda mungkin juga menyukai