0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
118 tayangan31 halaman
Dokumen tersebut membahas kasus seorang wanita paruh baya dengan keluhan nyeri ulu hati berulang. Pasien didiagnosis dengan dispepsia dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Endoskopi menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas sehingga pasien dirawat inap untuk penanganan lebih lanjut. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dispepsia.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang wanita paruh baya dengan keluhan nyeri ulu hati berulang. Pasien didiagnosis dengan dispepsia dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Endoskopi menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas sehingga pasien dirawat inap untuk penanganan lebih lanjut. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dispepsia.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang wanita paruh baya dengan keluhan nyeri ulu hati berulang. Pasien didiagnosis dengan dispepsia dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Endoskopi menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas sehingga pasien dirawat inap untuk penanganan lebih lanjut. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dispepsia.
Pendahuluan Kasus pada tanggal 18 maret 2017 Kasus ini diambil dikarenakan hampir setiap hari di IGD RSUD Kuala Kapuas didapatkan pasien dengan keluhan nyeri perut terutama bagian di ulu hati atau bisa disebut dispepsia kebanyakan pasien di rawat jalan dan ada sebagian yang di rawat inap Dijumpai praktek klinis sehari-hari , 30% kasus prakte umum dan 60% praktek gastroenterologis (Djokodningrat;2006) Dispepsia merupakan masalah kesehatan pencernaan yang paling sering terjadi. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek dokter umum dan 60% pada praktek dokter spesialis bagian pencernaan merupakan kasus Dispepsia (Djojoningrat Dharmika, 2006). Data pasien Nama : Ny J Jenis Kelamin : perempuan No register :005.57.72 Alamat : Jl. Seroja Kuala Kapuas Status : menikah 2 orang anak laki-laki usia 4 dan 6 tahun Agama : Islam Suku : banjar Pekerjaan : Guru SMP Data Klinis anamnesis Ku : nyeri ulu hati vas 6 RPS : pasien datang ke IGD pukul 03.00 dengan keluhan nyeri ulu hati sejak pukul 22.00 terasa terus-menerus seperti ditusuk sejak 5 jam yang lalu, keluhan dirasakan sudah 2x dalam seminggu ini tetapi membaik bila minum obat (sukralfat dan lanzo) dan makanan Tidak membaik dengan defekasi Mual (+), muntah (-), demam (-) Rasa terbakar di tenggorokan / reflux (-) anamnesia Perut terasa cepat kenyang (-) Terasa penuh/begah (-) anamnesis Nyeri menelan (-) BAB cair (-), penurunan BB yang tidak diinginkan (-), nyeri dada (-), BAB hitam 2x seminggu yang lalu tp saat ini tidak ada BAB hitam, muntah coklat (-) Nyeri dada (-) Terakhir menstruasi seminggu yang lalu Riwayat minum jamu herbal /akar-akar (+) Riwayat minum obat warung untuk sakit kepala tapi tidak rutin Riwayat penyakit dahulu DM (-) , penyakit jantung (-) , penyakit sendi osteoarthritis/gout arhtritis (-) Riwayat keganasan (-) Riwayat hepatitis (-) Riwayat hemoroid (-) Riwayat operasi abdomen (-) Riwayat Kesehatan Keluhan dirasakan kurang lebih 5-6 bulan hilang timbul sering datang ke IGD kuala Kapuas dengan keluhan yang sama dan rawat jalan Pasien mengaku sering telat makan dan kadang berobat di puskesmas dikatakan ada maag Kontrol di poli penyakit dalam tetapi tidak rutin Riwayat penyakit keluarga Riwayat keganasan disangkal Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : compos mentis, tampak kesakitan pada ulu hati Tanda-tanda Vital TD : 126/92 mmHg Nadi : 80x/menit kuat,reguler Suhu : 36,3 C Vas : 6-7 (sedang) RR : 20x/menit Sp02 : 99% Kepala / Leher : CA (-/-) , SI (-/-), Lnn ttb Pemeriksaan fisik Thorax Inspeksi : simetris , retraksi (-) Palpasi : nyeri tekan (-) Perkusi : sonor Auskultasi : SDV (+/+) , Ronki (-/-) , wheesing (-/-), S1-S2 reguler Pemeriksaan Fisik Abdomen Inspeksi : datar, spider nevi (-) Auskultasi : BU + Palpasi : supel, nyeri tekan epigastric (+) Hepar dan lien tidak teraba membesar , massa (-) Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
melakukan endoskopi indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas Dispepsia Sindrom atau kumpulan gejala berupa nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah abdomen bagian atas, kembung, mual/muntah, sendawa, rasa cepat kenyang , perut penuh/begah muncul secara episodik atau kumat-kumatan
Keluhan bervariasi pada pasien
(Djokodiningrat;2006) Penyebab dispepsia Esofago-gastro-duodenal tukak peptik,gastritis kronis, gastritis NSAID, keganasan Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid,teofilin,digitalis,antibiotik Hepatobilier hepatitis, kolesistitis kolelithiasis, keganasan,disfungsi sfingter oddi Pankreas Pankreatitis, keganasan Penyakit sistemik lain DM, tiroid, gagal ginjal, kehamilan, ACS Gangguan fungsional dispepsia fungsional, IBS Diet dan gaya hidup Klasifikasi 1. Dispepsia organik / struktural kelainan organ : ulkus GI, reflus gastroesofageal, karsinoma gaster
2. Dispepsia Fungsional dalam pemeriksaan
jelas tidak ada kelainan organik faktor psikologis , hipersensitivitas viseral,keterlambatan pengosongan lambung, 3. Uninvestigated dyspepsia belum diketahui penyebabnya Patofisologi Inflamasi Ketidak seimbangan faktor defensif dengan faktor agresif, beberapa orang sekresi asam lambung normal tetapi sensitivitas mukosa lambung terhadap asam sangat tinggi
Gangguan motilitas gastroduodenal terdiri dari penurunan kapasitas lambung dalam menerima makanan (impaired gastric accommodation), inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan pengosongan lambung. Gangguan motilitas gastroduodenal merupakan salah satu mekanisme utama dalam patofisiologi dispepsia fungsional, berkaitan dengan perasaan begah setelah makan, yang dapat berupa distensi abdomen, kembung, dan rasa penuh. Kriteria Rome III dispepsia fungsional Kriteria terpenuhi bila gejala terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis, Kriteria diagnostik terpenuhi bila 2 poin terpenuhi seluruhnya. 1. Salah satu atau lebih gejala di bawah ini : a) Rasa penuh setelah makan b) Cepat kenyang c) Nyeri epigastric d) Epigastric burning 2. Dan tidak ada bukti kerusakan struktur anatomi (termasuk saat endoskopi atas ) yang dapat menjelaskan gejala yang ada Kriteria Diagnosis ROME III sindrom nyeri epigastric Kriteria terpenuhi bila gejala terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis, kriteria diagnostik terpenuhi 5 poin dengan seluruh gejala dibawah ini terpenuhi a) Nyeri dan rasa panas terlokalisir di daerah epigastrium dengan tingkat keparahan moderat/sedang paling sedikit terjadi sekali dalam seminggu b) Nyeri timbul berulang c) Tidak menjalar atau terlokalisir di daerah perut atau dada selain di daerah epigatric d) Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin e) Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis kelainan kandung empedu atau sfingter oddi Postprandial distress syndrome Kriteria diagnostik* terpenuhi bila 2 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi: 1. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah makan dengan porsi biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu 2. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu * Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis. Penunjang diagnostik Laboratorium ( gula darah, fungsi tiroid, fungsi pankreas, dsb) Radiologi (CT scan upper abdomen, USG, barium meal) Endoskopi H.pylori Tanda dan gejala alarm 1. Usia > 55 tahun 2. Perdarahan saluran cerna 3. Anemia defensi besi 4. Penurunan BB yang tidak diiinginkan secara progresif 5. Disfagia kronis 6. Odinofagi 7. Muntah persisten 8. Diketahui metaplasia intestinal atau gastropati atopi 9. Pada palpasi teraba massa pada abdomen 10. Faktor resiko kanker 11. Riwayat kelurga keganasan saluran cerna atas 12. Riwayat ulkus gaster 13. Riwayat operasi gaster 14. Diketahui barret esofagus
(Maduseno,sutanto ; 2015) H.Pylori Prevalensi negara maju 30-40%, negara berkembang 80-90%
Di Indonesia menunjukkan prevalensi H.pylori
pada dispepsia fungsional berkisar 36-63% Eradikasi H.pylori Terapi lini pertama /terapi tripel Urutan prioritas 1. PPI (2x1) + amoksilin (2x1000) + klaritromisin (2x500mg) 2. PPI + metronidazol (3x500) + klaritromisin 3. PPI + metronidazol + tetrasiklin (4x250mg) Pengobatan selama 1 minggu Terapi lini kedua/terapi kuadrupel Kegagalan lini pertama (4minggu pasca terapi kuman H,pylori +) Urutan prioritas 1. Collodial bismuth subcitrate (4x120mg) + PPI + amoksilin+ klaritromisin 2. Collodial bismuth subcitrate (4x120mg) + PPI + metronidazol+ klaritromisin 3. Collodial bismuth subcitrate (4x120mg) + PPI + metronidazol+ tetrasiklin Pengobatan selama 1 minggu Daftar pustaka Djokodiningrat, dharmika.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna Publishing Maduseno, Sutanto.2015.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Yogyakarta:Bagian Ilmu Penyakit Dalam UGM Konsensus dispepsia dan H.pylori .2014