Anda di halaman 1dari 30

Farmakoterapi Parkinson

KELOMPOK 4
Danintya Fairuz (26011217002)
Mega Hijriawati (26011217022)
Nailil Fadhilah (26011217032)
Flamboyan Ayu S K (26011217052)
Anugrahani Yuniar (26011217074)
Amalia Octa (26011217084)
Yudisia Ausi (26011217096)
Prasetyo D (26011217100)
Kelas B Ghaida Putri Setiana (26011217112)
Yunike Karunia P (26011217116)
Definisi

Parkinson merupakan suatu kemunduran dari sistem


syaraf pusat yang sering merusak kemampuan motorik
dan kemampuan berbicara penderitanya
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan
neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang
bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur
gerakan. karakteristik yang muncul berupa bradikinesia
(perlambatan gerakan), tremor, kekakuan otot, dan
kelainan posisi tubuh dan cara-cara berjalan.

(Dipiro, 2014; Smeltzer dan Bare, 2002).


Patofisiologi

Kehilangan neuron dopamin di substansia nigra.

Berdasarkan gejala pasien, penyakit ini dapat diawali dari sistem otonom, sistem
olfaktori, atau saraf vagus di batang otak bawah dan menyebar ke batang otak atas,
kemudian serebral hemisphere, dan menyebabkan terganggunya jalur dopamin.

Pesan tidak sampai ke


1 Neuron dopamin mati Gejala motorik
pusat motorik otak

Konsentrasi Degenerasi neuron:


2 Degenerasi otak neurotransmitter 1. Norepinefrin di locus
menurun ceruleus
2. Asetilkolin di nukleus
basalis
Gejala non motorik 3. Beberapa neuron di
nukleus motorik dorsal
vagus, spinal cord, dan
sistem autonom perifer
(Chisholm-Burns, et al., 2013).
Manifestasi Klinik

Secara klinis dapat didiagnosis ketika terjadi setidaknya


dua dari gejala berikut:
kekakuan otot tungkai
tremor pada saat beristirahat
bradykinesia.

Parkinson dapat didiagnosis dengan kuat/jelas pada pasien


yang :
tremor pada kondisi istirahat (dengan adanya
bradykinesia dan/atau kekakuan otot)
asimetri terkemuka dan tanggapan yang baik terhadap
terapi dopaminergik
Dipiro et al., 2011
Gejala-gejala yang muncul

Tremor Gangguan tidur atau


insomnia
Gangguan keseimbangan
Demensia
Bradikinesia Sakit saraf
Kekakuan otot dan Hilangnya indera
rigiditas penciuman
Kehilangan kemampuan Konstipasi atau
gerak otomatis sembelit
Inkontinensi urin
Perubahan cara bicara
Kesulitan menelan
Depresi dan serangan makanan
kecemasan
Diagnosis

Imaging (Neuroimaging Tests)

Mengiedentifikasi perubahan struktural yang


1 mendasari gejala Parkinson
CT Scan (Computed Tomography)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Assesmen degenerasi neuronal pada kondisi Parkinson
2 PET (Positron Emission Tomography)
SPECT (Single-Photon Emission Computerized Tomography)
Hasil Terapi yang Diinginkan

Meminimalkan
efek samping

Meningkatkan
Menangani
kemamouan
komplikasi
mobilitas
Therapy
Goals

Putative Meningkatkan
Disease kemampuan
Modification nonmotor
Evaluasi Terapi (Dipiro, 2011)

Monitoring waktu administrasi pengobatan.

Pasien mengerti tentang resep pengobatan

Monitoring respon dosis selama pengobatan

Monitoring efek caregiver

Monitoring nonadheren

Monitoring adanya obat yang dapat memperburuk IPD saraf


Penanganan Parkinson

Terapi Non
Terapi Farmakologi
Farmakologi

Tujuan Terapi :
meminimalkan gejala, kecacatan, dan efek
samping sambil mempertahankan kualitas hidup.
Terapi Farmakologi

Obat pengganti dopamine


Contoh : (Levodopa, Carbidopa)

Agonis dopamin
Pada sistem Contoh : Bromokriptin (Parlodel),
Dopaminergik Pergolid (Permax), Ropinirol, Kabergolin.

Penghambat Monoamine Oxidase (MAO


Inhibitor)
Contoh : Selegiline (Eldepryl), Rasagaline
(Azilect)

Antikolinergik
Pada sistem Contoh : Thrihexyphenidyl (artane) ,
Kolinergik biperidon (akineton), orphenadrine
(disipal)
Terapi Farmakologi

Pada sistem
Amantadin
Glutamatergik

Neurotropik
faktor
Bekerja
Anti-exitoxin
sebagai Neuroproteksi
Pelindung Anti oksidan
Neuron
Bioenergetic
suplements
(Wells et al, 2015)
Terapi Non Farmakologi

Edukasi Terapi Rehabilitasi

Pasien serta keluarga diberikan Tujuan rehabilitasi medik : untuk


pemahaman mengenai penyakitnya, meningkatkan kualitas hidup
seperti pentingnya meminum obat penderita dan menghambat
teratur dan menghindari jatuh. bertambah beratnya gejala penyakit
Tujuan : Menimbulkan rasa simpati serta mengatasi masalah-masalah
dan empati dari anggota sebagai berikut : Abnormalitas
keluarganya sehingga dukungan fisik gerakan, Kecenderungan postur
dan psikis mereka menjadi tubuh yang salah, Gejala otonom,
maksimal. Gangguan perawatan diri (Activity of
Daily Living ADL), dan Perubahan
psikologik.
Latihan yang diperlukan penderita
parkinson meliputi latihan
fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.

(Kowalak et.al., 2011)


KASUS
Subjektif

Wanita, usia 75 tahun Parkinson merupakan penyakit degenerasi


yang progresif neuron berpigmen dalam
subtansia nigra, yang menyebabkan
defisiensi neurotransmitter dopamin. Hal ini
Diagnosa Parkinson, 5 tahun terakhir menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan neurokemikal di ganglia
basalis.
Mengalami bradykinesia, tremor pada
kedua tangan, serta kemampuan Gejala utama, hasil dari stimulasi
motorik menurun penurunan korteks bermotor oleh ganglia
basal akibat kurangnya pembentukan dan
aksi dopamine oleh neuron dopaminergik
Gangguan halusinasi visual, 4 tahun
terakhir
Merupakan komplikasi lanjut yang serius
pada PD dan terjadi pada +30% pasien.
Pemberian levodopa dapat menimbulkan
Memiliki riwayat hipertensi,
halusinasi pada hampir semua pasien
hyperlipidemia, dan osteoporosis
dengan PD.
Objektif

Gangguan moderate
Mini-mental status examination: 16
(nilai maks 30)

Clinical Dementia Rating Scale: 1 Demensia ringan (nilai maks 3)

Clinical Dementia Rating-Sum of Demensia sangat ringan


Box Score: 3.5 (nilai maks 18)

Neuropsychiatric Inventory: 25 (skor Gangguan psikologi menengah


dominan pada gejala halusinasi, depresi,
cemas, dan apati) (berat > 50)

Seoul-Instrumental Activity of Daily


Nilai maksimum 33
Lliving: 8/xx
Objektif

Penilaian fungsi kognitif (CERAD-K)


Penurunan fungsi kognifit merupakan gejala sekunder dapat mencakup disfungsi
kognitif tingkat tinggi dan masalah bahasa halus
Assesment

PROFIL PENGOBATAN
1. Lima tahun lalu, pasien didiagnosa Parkinson dan diberi pengobatan
Levodopa/Karbidopa/Entacapone 150/37,5/200 mg 2x1 dan Ropinirol 2 mg untuk gejala
Parkinson.
2. Setelah 4 tahun di diagnosa PD, pasien mengeluhkan halusinasi visual berulang, sehingga
menyebabkan kecemasan dan gangguan tidur. Diberi pengobatan Quetiapine 12,5 mg
pada malam hari untuk mengatasi gangguan tidur tetapi tidak ada perbaikan.
3. Sehingga dosis quetiapine ditingkatkan menjadi 100 mg, dan obat antiparkinson
levodopa/karbidopa/entacapone dan rapinirole dihentikan untuk menghilangkan efek
dopaminergik. Tetapi, tidak ada perbaikan dan gejala Parkinson mulai ditemukan lagi
seperti Kekakuan, bradikinesia sehingga keterbatasan mobilitas.
4. Sehingga diberi pengobatan 100 mg Levodopa dan 25 mg Karbidopa 3x1 dan
Paliperidone 6 mg. Tetapi paliperidone langsung dihentikan karena adanya gejala
kekakuan dan ketidakstabilan postural.
5. Untuk menurunkan progresifitas gangguan memori, diberikan patch Rivastigmin 9 mg
untuk penurunan frekuensi halusinasi. Dosis ditingkatkan hingga 18 mg setelah 1 bulan
penggunaan.
1. Lima tahun lalu, pasien didiagnosa Parkinson dan diberi
pengobatan Levodopa/Karbidopa/Entacapone 150/37,5/200
mg 2x1 dan Ropinirol 2 mg untuk gejala Parkinson.

Levodopa dopamin eksogen


1 (prekursor metabolik dopamin)
Digunakan untuk mengendalikan kadar dopamin substansia
nigra sehingga dapat menurunkan kekakuan, tremor, dan
gejala Parkinson lainnya.
Levodopa akan berkonversi jadi dopamin dalam neuron.
Dopamin tidak bisa menembus BBB, tetapi Levodopa bisa
menembus BBB sehingga mudah diubah menjadi dopamin.
2 Karbidopa inhibitor dekarboksilase

Kombinasi karbidopa dan levodopa dapat memperkuat efek


levodopa.
Karbidopa mengurangi metabolisme levodopa pada saluran cerna
dan jaringan perifer, sehingga meningkatkan kadar levodopa.
Kombinasi karbidopa dan levodopa dapat meningkatkan efek
levodopa sehingga dosis levodopa dapat diturunkan dan juga
menurunkan risiko efek samping.
Penggunaan levodopa tunggal akan dimetabolisme usus sebesar 70%
dan sampai di otak pada kadar 1-3%. Tetapi pada penggunaan
kombinasi dengan karbidopa, kadar levodopa dapat mencapai kadar
hingga 10% di otak.
Entecapone menghambat COMT
3 (Cathecol O-Methyltransferase)
Kombinasi dengan levodopa dapat memperpanjang aksi
Levodopa.
COMT bisa mendegradasi dopamin menjadi metabolit
metilasi yang non aktif di sistem saraf pusat. Sehingga
penghambatan enzim COMT dapat mencegah dopamin
terdegradasi.

4 Rapinerol agonis dopamin


Menstimulasi reseptor dopamine dalam korpus striatum
Digunakan bersama levodopa sebagai upaya untuk
menurunkan efek dari terapi levodopa dan memperlama
periode on dibanding periode off
2. Setelah 4 tahun di diagnosa PD, pasien mengeluhkan halusinasi visual berulang, sehingga
menyebabkan kecemasan dan gangguan tidur. Diberi pengobatan Quetiapine 12,5 mg pada
malam hari untuk mengatasi gangguan tidur tetapi tidak ada perbaikan.

Hal ini dikarenakan penggunaan levodopa akan memberikan hasil


terbaik pada tahun-tahun pertama.

Dosis levodopa harus diturunkan seiring waktu untuk menghindari efek


samping.

Pemakaian jangka panjang akan menurunkan respon terhadap levodopa,


sehingga dosis efektif menjadi tidak efektif.

Manfaat levodopa berkurang setelah 3-4 tahun pengobatan karena adanya


subsensitivitas reseptor dopaminergik. Degenerasi neural progresif juga
menyebabkan kapasitas corpus striatum untuk mengubah levodopa menjadi
dopamin berkurang sehingga kurang efektif.
3. Sehingga dosis quetiapine ditingkatkan menjadi 100 mg, dan obat antiparkinson
levodopa/karbidopa/entacapone dan rapinirole dihentikan untuk menghilangkan efek
dopaminergik. Tetapi, tidak ada perbaikan gejala dan gejala Parkinson mulai ditemukan
lagi seperti Kekakuan, bradikinesia sehingga keterbatasan mobilitas.

5 Quetiapin anti psikosis atipikal


Untuk mengatasi gangguan tidur pasien
Bekerja dengan mengembalikan keseimbangan neurotransmitter
di otak
Dosis:
Hari 1 : 50 mg/hari dibagi dalam dua kali sehari
Hari 2-3 : 25-50 mg q8-12hr
Hari 4 : 300-400 mg
Range dosis : 150-750 mg/hari
Efek samping : meningkatkan kolesterol (sedangkan pasien
hiperlipidemia)
Dihentikan karena terjadi efek samping oversedasi pada pasien
4. Sehingga diberi pengobatan 100 mg Levodopa dan 25 mg
Karbidopa 3x1 dan Paliperidone 6 mg. Tetapi paliperidone
langsung dihentikan karena adanya gejala kekakuan dan
ketidakstabilan postural.

Efek on-off merupakan


fluktuasi dari gerak yang Levodopa/Karbidopa
aktif dan perbaikan secara (100/25 mg) Sinemet 3-
umum dan kondisi
kekakuan badan yang 4 x 1.
muncul tiba-tiba dalam Sinemet formula rilis
jangka waktu pendek terkontrol Membantu
(menit-jam) pasien yang fluktuasi
Paliperidone antipsikosis golongan 2
Berinteraksi dengan levodopa secara
moderate, dimana akan menurunkan
efektifitas dari levodopa dan juga akan
meningkatkan risiko efek samping levodopa.
Sehingga pasien tetap kaku dan tidak stabil
secara postural yang menyebabkan
penggunaannya langsung dihentikan
5. Untuk menurunkan progresifitas gangguan memori, diberikan patch Rivastigmin 9 mg
untuk penurunan frekuensi halusinasi. Dosis ditingkatkan hingga 18 mg setelah 1 bulan
penggunaan.

Rivastigmin inhibitor asetilkolinerase


Efektif digunakan untuk mengendalikan gejala kognitif
dan halusinasi pasien.
Asetilkolinerase inhibitor menyebabkan peningkatan
neurotransmisi kolinergik sehingga terjadi perbaikan
dalam perhatian dan proses informasi visual.
Dosis: Transdermal
Awal 4,6 mg 1x1
Ditingkatkan menjadi 9,5 mg setelah 4 minggu
Ditingkatkan menjadi 13,3 mg setelah 4 minggu
Analisis DRP

Quetiapine + Levodopa dapat menurunkan efek dari levodopa


dengan, sehingga pengobatan tidak berhasil meskipun sudah
ditingkatkan dosisnya.
Paliperidone + Levodopa dapat menurunkan efek dari levodopa
dan meningkatkan efek samping dari levodopa, sehingga
penggunaannya dihentikan.
Makanan dapat meningkatkan absorbsi levodopa, sehingga
disarankan penggunaan levodopa pada perut kosong dengan
menggunakan air. Penggunaan sinemet yaitu 60 menit sebelum
makan.
Sediaan rivastigmin hanya tersedia pada ukuran 4,6 mg; 9,5 mg;
dan 13,3 mg. Dan dosis awal yang dapat digunakan adalah 4,6
mg 1x1. Kemudian ditingkatkan menjadi 9,5 mg 1x1 setelah 4
minggu pemakaian dan ditingkatkan lagi menjadi 13,3 mg 1x1
setelah 4 minggu pemakaian.
Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan pasien adalah menurunkan reaksi
bradikinesia pada pasien PD yang menyebabkan keterbatasan mobilitas dan
mengendalikan efek halusinasi. Berdasarkan Drug Related Problems (DRP) yang
terjadi pada pasien, maka dapat saran yang dapat diberikan yaitu:

Meminum obat levodopa dalam keadaan perut kosong sehingga meningkatkan absorbsi
levodopa agar mudah diedarkan di dalam tubuh.

Untuk mengurangi gejala halusinasi maka penggunaan obat entacapone dan ropinirol
sebagai peningkat efek dopaminergik dihentikan. Kemudian, untuk mengobati fluktuasi
pada pasien maka diberikan Sinemet (Levodopa/Karbidopa (100/25 mg).

Menghentikan penggunaan obat quetiapine karena terjadi efek samping oversedasi pada
pasien dan obat tersebut meningkatkan kolesterol (sedangkan pasien hiperlipidemia).

Menghentikan penggunaan obat paliperidonen karena menurunkan efek levodopa dan


menimbulkan kekakuan dan ketidakstabilan postural. Obat tersebut diganti dengan
rivastigmin, obat ini bersifat asetilkolinerase inhibitor yang menyebabkan peningkatan
neurotransmisi kolinergik sehingga efektif digunakan untuk mengendalikan gejala
kognitif dan halusinasi pasien.
Saran yang dapat diberikan terkait non-farmakologi diantaranya

Menghindari trauma otak, seperti tidak mengingat kejadiaan yang membuat otak
menjadi berfikir lebih keras, kerena pada dasarnya penyakit parkinson ini menyerang
pada bagian neuron. Bagian inilah yang berfungsi menyalurkan pesan berupa sinyal
lisrik ke seluruh saraf tubuh

Meningkatkan aktivitas fisik dan mental seperti olahraga ataupun santapan rohani dapat
mencegah terjadinya penuaan sel-sel pada otak. Olahraga dapat dilakukan dengan
berjalan diatas kerikil atau batuan kecil selama 30 menit. Dan untuk santap rohani
penderita dapat pergi kesebuah tempat yang menenangkan dan disukai.

Menjauhkan bahan beracun seperti insektisida, herbisida, pestisida, dan sebagainya,


yang dapat menjadi pemicu sel-sel tubuh menjadi mati atau rusak, selain itu asap
kendaraan atau polusi juga bisa menjadi racun bagi otak karena di dalam polusi udara
tersebut terkandung karbon monoksida, karbon disulfide dan racun sianida yang sangat
berbahaya

Menghindari aktivitas siang hari karena penderita Parkinson memiliki tingkat sensitifitas
yang sangat tinggi, hal ini karena panas siang hari yang sangat enyengat memicu sel otak
menjadi panas pula seingga akan berakibat buruk pada penderita Parkinson
DAFTAR PUSTAKA
Chisholm-Burns, M., Wells, B., Schwinghammer, T., Malone, P., Kolesar, J., dan DiPiro, J.
2013. Pharmacotherapy: Principles & Practice. New York: McGraw Hill
Education
Dipiro, Joseph .T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Gary R. Matzke., Barbara G. Wells
and L. Michael Posey. 2011. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
Eighth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.
MIMS. 2016. Parkinsons Disease & Parkinsons Disease Dementia. Available online at
http://specialty.mims.com/parkinson's%20disease%20-and-
%20parkinson's%20disease%20dementia/diagnosis?channel=neurology
[diakses 6 Oktober 2017].
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002). Buku Ajar Keprawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., and DiPiro, C. V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition, McGraw-Hill Education, New York.

Anda mungkin juga menyukai