Kelompok 4 - Kelas B - Parkinson Fix
Kelompok 4 - Kelas B - Parkinson Fix
KELOMPOK 4
Danintya Fairuz (26011217002)
Mega Hijriawati (26011217022)
Nailil Fadhilah (26011217032)
Flamboyan Ayu S K (26011217052)
Anugrahani Yuniar (26011217074)
Amalia Octa (26011217084)
Yudisia Ausi (26011217096)
Prasetyo D (26011217100)
Kelas B Ghaida Putri Setiana (26011217112)
Yunike Karunia P (26011217116)
Definisi
Berdasarkan gejala pasien, penyakit ini dapat diawali dari sistem otonom, sistem
olfaktori, atau saraf vagus di batang otak bawah dan menyebar ke batang otak atas,
kemudian serebral hemisphere, dan menyebabkan terganggunya jalur dopamin.
Meminimalkan
efek samping
Meningkatkan
Menangani
kemamouan
komplikasi
mobilitas
Therapy
Goals
Putative Meningkatkan
Disease kemampuan
Modification nonmotor
Evaluasi Terapi (Dipiro, 2011)
Monitoring nonadheren
Terapi Non
Terapi Farmakologi
Farmakologi
Tujuan Terapi :
meminimalkan gejala, kecacatan, dan efek
samping sambil mempertahankan kualitas hidup.
Terapi Farmakologi
Agonis dopamin
Pada sistem Contoh : Bromokriptin (Parlodel),
Dopaminergik Pergolid (Permax), Ropinirol, Kabergolin.
Antikolinergik
Pada sistem Contoh : Thrihexyphenidyl (artane) ,
Kolinergik biperidon (akineton), orphenadrine
(disipal)
Terapi Farmakologi
Pada sistem
Amantadin
Glutamatergik
Neurotropik
faktor
Bekerja
Anti-exitoxin
sebagai Neuroproteksi
Pelindung Anti oksidan
Neuron
Bioenergetic
suplements
(Wells et al, 2015)
Terapi Non Farmakologi
Gangguan moderate
Mini-mental status examination: 16
(nilai maks 30)
PROFIL PENGOBATAN
1. Lima tahun lalu, pasien didiagnosa Parkinson dan diberi pengobatan
Levodopa/Karbidopa/Entacapone 150/37,5/200 mg 2x1 dan Ropinirol 2 mg untuk gejala
Parkinson.
2. Setelah 4 tahun di diagnosa PD, pasien mengeluhkan halusinasi visual berulang, sehingga
menyebabkan kecemasan dan gangguan tidur. Diberi pengobatan Quetiapine 12,5 mg
pada malam hari untuk mengatasi gangguan tidur tetapi tidak ada perbaikan.
3. Sehingga dosis quetiapine ditingkatkan menjadi 100 mg, dan obat antiparkinson
levodopa/karbidopa/entacapone dan rapinirole dihentikan untuk menghilangkan efek
dopaminergik. Tetapi, tidak ada perbaikan dan gejala Parkinson mulai ditemukan lagi
seperti Kekakuan, bradikinesia sehingga keterbatasan mobilitas.
4. Sehingga diberi pengobatan 100 mg Levodopa dan 25 mg Karbidopa 3x1 dan
Paliperidone 6 mg. Tetapi paliperidone langsung dihentikan karena adanya gejala
kekakuan dan ketidakstabilan postural.
5. Untuk menurunkan progresifitas gangguan memori, diberikan patch Rivastigmin 9 mg
untuk penurunan frekuensi halusinasi. Dosis ditingkatkan hingga 18 mg setelah 1 bulan
penggunaan.
1. Lima tahun lalu, pasien didiagnosa Parkinson dan diberi
pengobatan Levodopa/Karbidopa/Entacapone 150/37,5/200
mg 2x1 dan Ropinirol 2 mg untuk gejala Parkinson.
Meminum obat levodopa dalam keadaan perut kosong sehingga meningkatkan absorbsi
levodopa agar mudah diedarkan di dalam tubuh.
Untuk mengurangi gejala halusinasi maka penggunaan obat entacapone dan ropinirol
sebagai peningkat efek dopaminergik dihentikan. Kemudian, untuk mengobati fluktuasi
pada pasien maka diberikan Sinemet (Levodopa/Karbidopa (100/25 mg).
Menghentikan penggunaan obat quetiapine karena terjadi efek samping oversedasi pada
pasien dan obat tersebut meningkatkan kolesterol (sedangkan pasien hiperlipidemia).
Menghindari trauma otak, seperti tidak mengingat kejadiaan yang membuat otak
menjadi berfikir lebih keras, kerena pada dasarnya penyakit parkinson ini menyerang
pada bagian neuron. Bagian inilah yang berfungsi menyalurkan pesan berupa sinyal
lisrik ke seluruh saraf tubuh
Meningkatkan aktivitas fisik dan mental seperti olahraga ataupun santapan rohani dapat
mencegah terjadinya penuaan sel-sel pada otak. Olahraga dapat dilakukan dengan
berjalan diatas kerikil atau batuan kecil selama 30 menit. Dan untuk santap rohani
penderita dapat pergi kesebuah tempat yang menenangkan dan disukai.
Menghindari aktivitas siang hari karena penderita Parkinson memiliki tingkat sensitifitas
yang sangat tinggi, hal ini karena panas siang hari yang sangat enyengat memicu sel otak
menjadi panas pula seingga akan berakibat buruk pada penderita Parkinson
DAFTAR PUSTAKA
Chisholm-Burns, M., Wells, B., Schwinghammer, T., Malone, P., Kolesar, J., dan DiPiro, J.
2013. Pharmacotherapy: Principles & Practice. New York: McGraw Hill
Education
Dipiro, Joseph .T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Gary R. Matzke., Barbara G. Wells
and L. Michael Posey. 2011. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
Eighth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.
MIMS. 2016. Parkinsons Disease & Parkinsons Disease Dementia. Available online at
http://specialty.mims.com/parkinson's%20disease%20-and-
%20parkinson's%20disease%20dementia/diagnosis?channel=neurology
[diakses 6 Oktober 2017].
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002). Buku Ajar Keprawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., and DiPiro, C. V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition, McGraw-Hill Education, New York.