Anda di halaman 1dari 23

Aliran-Aliran Pendidikan.

Pendidikan, seperti telah dijelaskan di atas, adalah upaya proses


menemukan, "menjadi" dan mengembangkan diri sendiri
dalam keseluruhan dimensi kepribadian, dalam kaitan ini, maka
pengertian pendidikan adalah membantu, membina dan
mengarahkan seseorang agar berkembang seoptimai mungkin.
Dalam kaitannya dengan proses "menjadi" maka pengertian
pendidikan adalah membantu, membina dan mengarahkan agar
pescrta didik berkembang sesuai dengan jati dirinya, peserta
didik diberi kcbebasan seluas-luasnya, berdasarkan potensi yang
ada pada dirinya. Untuk menjadi apa seseorang itu kelak, tcntu
pendidikan akan mengarahkan ke arah yang baik, ke arah yang
dapat membawa peserta didik tersebut kepada sesuatu yang lebih
berarti dan lebih bermakna bagi dirinya dan bagi diri orang lain
atau masyarakat.
ALIRAN TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN

1. Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman (1788 - 1860),
yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan negara kuat dan kokoh sesuai
dengan perjuangan masyarakat, bangsa dan gara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai
landasan pemersatu yang mengikat bangsa Indonesia yang multi suku, multi ras,
multi bahasa, adat istiadat, dan multi agama menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu, maka Bhinneka Tunggal Ika merupakan suatu
conditio sine quanon, syarat mutlak yang harus diterima adanya, tidak dapat
ditawar-tawar lagi, karena pilihan lain akan membawa kehancuran dan runtuhnya
Negara Kesatuan Rapublik Indonesia yang kita cintai ini.
Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh
dan komprehensif. Muchlas dan Hariyanto (2012:22-25) menjelaskan kelima
Pancasila sebagai payung terhadap setiap aspek karakter manusia Indonesia.
Aspek aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila
secara utuh dan komprehensif

Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa

Berkesadaran akan keberadaan sebagai ciptaan Tuhan Allah, hidup


dengan iman dan takwa. Manusia diciptakan sebagai makhluk , mulia yang
memiliki harkat dan martabat serta potensi untuk berkembang dengan mengolah
dan membangun lingkungannya demi kemaslahatan umat manusia. Manusia
Indonesia adalah manusia yang beriman dan taat menjalankan kewajiban
agamanya masing-masing, sabar, setia, atas segala perintahNya, dan selalu
bersyukur dan bersyukur atas apapun yang dikaruniakan Tuhan Allah kepadanya.
Dalam hubungan antar manusia sebagai ciptaanNya, tercermin karakter
saling hormat-menghormati, bekerjasama dan bekerja bersama, berkebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing, tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain, dan tidak
melecehkan kepercayaan agama seseorang. Hidup rukun dan tenteram, damai
dalam perbedaan sebagai bangsa yang ber-K.etuhan-an.
Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab

Adil dan beradab diwujudkan dalam perbuatan saling


hormat menghormati sesama warga masyarakat tanpa memandang
adanya
diri demi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hikmat
kebijaksanaan mengandung arti bahwa Negara Indonesia tidak tirani
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas, karena
pengambilan keputusan didasarkan pada musyawarah untuk
mufakat, tidak ada yang memaksakan kehendak atas nama
mayoritas.
Karakter Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi
Hukum dan Hak Asasi Manusia tercermin dalam perbuatan
menghargai harkal dan martabat setiap individu sebagi pribadi,
berkedudukan sama di depan hukum, dan setiap pengambilan
keputusan akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Allah dan
selalu dilandasi nilai kebenaran dan keadilan.
Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Persatuan dan Kesatuan Bangsa diwujudkan dalam tindakan rela
berkorban demi perkembangan dan kemajuan serta
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Karakter
Persatuan dan Kesatuan Bangsa dapat tercermin dari perbuatan
suka bergotong royong dengan siapa saja, turut merasakan
penderitaan orang lain, bangga sebagai bangsa Indonesia yang
bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi Bahasa
Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa, Memiliki tanggung jawab bersama mengedepankan
persatuan, kesatuan, dan keselamatan bangsa cinta tanah air
dan Negara Indonesia yang beraneka ragam perbedaan (ber-
Bhineka Tunggai Ika).
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi
Manusia

Bangsa Indonesia didasarkan pada nilai kerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang tercermin dalam menghargai
pendapat orang lain. Setiap orang memiliki bak yang sama untuk
mengeluarkan pendapat demi kemajuan Bangsa dan Negara yang
berdasarkan Pancasila, tidak mudah terpengaruh atau terpropokasi
oleh isu-isu yang belum jeias sumber dan faktanya, dapat menahan
. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

Karakter berkeadilan sosial nampak melalui tingkah laku yang


menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghargai hak-
hak orang lam, suka raenolong orang lain, tidak suka melakukan
perbuatan memeras orang lain, hemat, bergaya hidup sederhana tidak
pamer, bekerja keras, dan menghargai karya orang lain. Keadilan sosial
bagi seluruh bangsa Indonesia mengandung nilai luhur bahwa satu
dengan lainnya hams saling menghargai dan menghormati,
penderitaan yang dialami seseorang akan turut dirasakan yang lain.
Oleh karena itu, yang kuat tidak boleh memperdaya yang
lemah, dan yang kaya tidak boleh menguasai yang miskin; yang kuat
dan yang kaya melindungi dan membantu yang lemah dan yang
miskin agar mencapai hidup dan kehidupan yang sejahtera.
Hendaknya dimaknai dalam hidup dan kehidupan setiap warga
negara, bahwa keberadaan seseorang harus bennakna dan membawa
kedamaian dan sukacita bagi setiap warga di lingkungannya.
Membangun karakter (character building) merupakan proses
yang berlangsung secara terus menerus dengan penuh kesadaran dan
kemauan untuk belajar. Karakter bukan sesuatu yang sudah terbentuk
pada diri seseorang sebagai bawaan atau warisan yang dibawa dari
lahir, akan teiapi merupakan hasil dari pengaruh herediti (warisan)
dan
Konvergensi

Tokoh aliran atau teori ini adalah William Stern, seorang ahli ilmu jiwa bangsa
Jerman (1871 - 1939). la berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya
menentukan perkembangan manusia.
William Stem berpcndapat bahwa aliran nativisme dan empirisme masing-
masing terlalu ekstrim kepada pengaruh bawaan atau bakat dan lingkungan atau
pendidikan. Kedua-duanya mengandung kebenaran dan juga ketidak benaran. Kenyataan
menunjukkan dan telah diakui oleh ilmu pengetahuan bahwa pembawaan dan
lingkungan sama-sama memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Beliau juga menggambarkan bahwa hasil perrumbuhan dan
perkembangan bergantung pada pembawaan dan lingkungan, seolah-olah dua garis yang
menuju ke suatu titik pertcmuan sebagai berikut;

pembawaan baik dan buruk. Perkembangan manusia tslah ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa manusia sejak lahir. Lingkungan tidak mempunyai peran apa, pembawaan
yang menentukan. Pertumbutian dan perkembangan manusia telah ditentukan oleh
pembawaan, mau jadi apa kelak hanyalah menuoggu waktunya saja. Menururt kaum
nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, dengan kata lain,
pcndidikan tidak mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaaan yang sia-sia. Sesuai
dengan hal itu maka dalam ilmu pendidikan aliran ini disebut juga sebagai Pesimisme
2. Naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau seorang filsuf bangsa Perancis (1712
- 1778). Beliau berpendapat dalam bukunya Emile bahwa semua adalah baik pada
waktu baru datang dari tangan Sang Pencipta. tetapi semua mcnjadi buruk di
tangan manusia. Semua manuaia yang baru lahir mempunyai pembawaan yang
baik, tidak ada seorangpLin lahir dengn pembawaan yang buruk. Bagaimana hasil
perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya
atau yang mempengaruhinya.
Jika pengaruh/pendidikan itu baik. akan mnejadi baiklah ia, akan tetapi
jika pengaruh irujelek, akan jelek pula hasilnya. Berati pembawaan yang baik yang
dibawa sejak lahir tersebut menjadi rusak (buruk) oleh tangan manusia. Oleh sebab
itu, Rousseau, sebagai pendidik, mengajukan "pendidikan alam." Artinya. anak
hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya;
manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Jadi aliran
naturalisme memandang tidak perlu adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakat dan kemampuan anak. Aliran ini juga disebut
negativisme, karena berpendapat bahwa pendidikan hanya membiarkan
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan sendirinya sesuai dengan
bawaannya; serahkanlah anak ke pada alamnya.
3. Empirisme

Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan penganut aiiran nativisme, karena


mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa sama sekali
ditentukan oleh lingkungannya. Dalam hal ini pengalaman sangat menentukan perkembangan
anak. Kata empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini adalah
John Locke (1632 - 1704), seorang filsuf bangsa Inggris, yang berpendapat bahwa manusia
lahir kedunia ini sebagai kertas kosong, bersih, putih atau sebagai meja berlapis lilin (Tabula
Rasa) yang belum ada tulisan di atasnya. Jadi menurut John Locke manusia lahir ke dunia tanpa
pembawaan.
Teori ini disebut juga teori Tabula Rasa yang berarti bahwa jiwa manusia
diumpamakan sebagai suatu kertas putih atau meja lilin yang masih bersih, belum ada tulisan
apa-apa. Kertas putih atau meja lilin itu siap untuk ditulisi, tulisan apa yang ada di dalam akan
ditentukan oleh siapa penulisnya. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik
ataupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Penganut atiran
ini mengabaikan pengaruh faktor pembawaaan dan malah menurut panganut aliran ini tidak ada
faktor pembawaan. Karena itu, dalam pendidikan kaum empirisme terkenal dengan nama
Optimismepaedagogis.
Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris. Sebagai contoh Watson
berkata, sorang behavioris tulen dari Amerika "Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan
badannya dan situasi yang saya butuhkan; dan dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat
saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki,
menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri." Contoh di alas menunjukkan begitu
ekstrimnya pendapat kaum empirisme tentang pengaruh lingkungan. Karena begitu ekstrimnya
pendapat penganut aliran ini tentang pengaruh pendidikan dalam perkembangan manusia, maka
dikatakanlah bahwa pendidikan mahakuasa.
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena
ketuargalah yang pertama menyambut kedatangan atau kelahiran anak dan merupakan buah
kasih dari orang tua. Cinta kasih dan rasa kasih sayang pertama-tama diterima dan dirasakan
anak adalah di tengah keluarga. Orang tua disebut juga sebagai pendidik yang pertama dan
utama; kelahiran anak di tengah keluarga memberi tanggung jawab pada orang tua untuk
membimbing anak-anaknya dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua sekaligus
sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Secara kodrati orang tua adalah pendidik, karena
tugas dan tanggung jawabnya membimbing dan mendidik anak-anaknya. Pada hakekatnya
kedudukan orang tua sebagai pendidik terhadap anak-anaknya tidak dapat digantikan oleh
siapapun.
Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, keluarga sebagai lembaga pendidikan
yang pertama dan utama, maka tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah
merupakan kejujuran dan pembentukan sifat dan sikap yang baik lainnya. Uisampmg ,tu,
keluarga juga pcrlu meletakkan kerangka berpikir yang dinamis pada diri anak. ApapUn prinsip
dan bentuk keluarga yang dianut, namun dalam keluargalah pendidtkan yang sangat penting
yang perlu di pahami, yakni bahwa pendidikan keluarga memberikan warna (blue print) pada
pembentukan kepribadian anak sclanjutnya. Ayah dan Ibu perlu memberikan waktu,
betapapun sibuknya, untuk memberikan perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan
anak-anaknya. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga akan menentukan
pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekoiah maupun di masyarakat.
2. Perbedaan kedua adalah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan keluaga lebih terasa
kebebasannya, karena anak-anak dalam melakukan aktivitasnya tidak terikat asal
tetap dalam koTidor tatakrama dan sopan santun yang dipelihara di tengah-
tengah keluarga; seperti makan, minum, tidur, bekerja, bermain, tertawa,
belajar dan santai dapat dilakukan dengan bebas. Suasana dalam lingkungan
keluarga selalu dinuansai oleh rasa kasih sayang di antara anggota-anggotanya
dan selalu terbina saling percaya mempercayai, saling mengerti, saling bantu-
membantu, dan bersama-sama mengatasi masalah yang mungkin timbul
dalam lingkungan keluarga. Hubungan kekeluargaan yang bersifat alami itu tidak
akan putus dan berlangsung terns menerus sekalipun orangnya sudah berjauhan.
Kalaupun ada masalah atau perselisihan yang terjadi diantara angota-anggota
keluarga itu, namun perselisihan itu tidak akan memutuskan hubungan
kekeluargaan mereka dan akan segera berakhir dalam susana kasih sayang.
Sedangkan kehidupan dan pergaulan di sekolah sifatnya lebih forma).
Di sekolah sudah ada aturan dan ketertiban dan setiap aktivitas tidak akan
menerima sanksi. Pergaulan guru sebagai pendidik dengan anak-anak sebagai
peserta didik bcrsifat formal atau resmi dan obyektif, demikian juga antara
sesama anak-anak tetap terikat pada aturan dan ketertiban yang sudah digariskan
di sckolah. Sehingga suasana di lingkungan keluarga jelas berbeda dengan
suasana di lmgkungan sekolah, di rumah atau keluarga lebih banyak suasana
bermain dan santainya dibandingkan dengan di sekolah.
3. Perbedaan ketiga adalah perbedaan tanggung jawab.

Pada hakekatnya pendidikan anak adalah sepenuhnya tanggung jawab orang tua, karena tangggung
jawab yang ada pada orang tua adalah kodrati, pemberian Tuhan, dan kasih sayang orang tua juga kodrati,
pemberian Tuhan, tidak dapat digantikan oleh siapapun. Unsur utama dalam praktek pelaksanaan pendidikan
terhadap anak adalah kasih sayang. Dengan kasih sayang akan timbul dedikasi yang didalamnya akan terwiijud
kerelaan berkorban demi kemajuan dan kebahagiaan anak atau peserta didik. Hal seperti ini, yang pada
sebenarnya hanya dimiliki para orang tua terhadap anak-anaknya.
Pendidikan kepribadian yang berhubungan dengan sikap dan sifat lebih besar tanggung jawabnya di pundak para
orang tua. Teladan dan pendidikan yang dilakukan di tengah-tengah keluarga memainkan peran yang sangat
besar tehadap pembentukan sikap dan sifat anak, anak akan banyak beiajar dan meniru sikap dan sifal yang
timbul di tengah keluarganya, seperti kejujuran, kesabaran, suka menolong, keramah tamahan, kesopanan,
kelembutan, keimanan, kerajinan, rasa hormat dan sebagainya. Sekolah lebih menitik beratkan tanggung
jawabnya pada pengembangan aspek intelektiial dan keterampilan,yang waiaupun tidak boleh mengabaikan
aspek kepribadian atau aferktif. Sudah barang tentu tanggung jawab sekolah disesuaikan dengan fungsi
keberadaannya di tengah masyrakat, seperti dijelaskan di atas, bahwa sekolah dimaksudkan untuk
membantu lembaga pendidikan keluarga untuk membimbing dan mendidik anak-anak menjadi manusia yang
berguna ditengah-tengah masyarakat dan Negara sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks.
Jelaslah bahwa sebenarnya tugas orangtua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan; keduanya melaksanakan
pendidikan keseluruhan dari anak. Perbedaannya hanyalah yang satu lebih menilik beratkan kepada salah satu
segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan bukan mengambil alih peranan dan fungsi orang tua sebagai
pendidik yang pertama dan utama, melainkan membantu keluarga mendidik anak-anak terutama dalam segi
pengembangan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan. Segala aktivitas yang dilakukan di
sekolah dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketertiban, dapat dikatakan telah terjadwal, sehingga disebut
formal.
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan
kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan masyarakat akan
memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam pendidikan anak, apabila diwujudkan
dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua dari ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dapat dikembangkan dalam keluarga maupun oleh sekolah dalam diri anak, karena
keterbatasan dana dan kelengkapan lembaga tresebut. Kekurangan yang dirasakan dapat
diisi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi peserta didik
secara utuh dan terpadu. Pendidikan dalam lingkungan masyaiakat akan berfungsi
sebagai pelengkap (complement), pengganti (substitute) dan tambahan (supplement)
terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan lain (Dewantara. 1987: 120).
Dalam lembaga pendidikan ini akan dapat dikembangkan bermacam-macam aktivitas
yang bersifat pendidikan oleh bermacam-macam instansi maupun jawatan dan lembaga
pendidikan maupun non pendidikan. Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai
pelengkap perkembangan kepribadian sccara individual maupun kelompok ialah
pendidikan keterampilan, sebagai akibat belum mantapnya apa yang telah mereka terima
pada sekolah atau dalam keluarga. Kegiatan ini mencakup antara lain;
a. Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain
b. Pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota masyarakat
c. Pembinaan keterampilan dan kecakapan khusus yang belum didapat di
sekolah
PENDIDIKAN KARAKTER

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3,


menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis, serta bertanggungjawab.
Mengacu pada fongsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Bila ditelusuri
pelaksanaan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah dapat dikatakan
sangat menekankan penguasaan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang bericaitan
dengan kecerdasan intelektual. Sebagai ilustrasi pendidikan anak usia dini atau taman kanak-
kanak misalnya, pada umumnya memiliki target bahwa anak setelah menyelesaikan tingkat
pendidikan di taman kanak-kanak sudah harus dapat rnembaca dan mengenal angka dan
dapat melakukan operasi hitung sederhana, seperti menjumlah dan mengurang. Pendidikan
lebih dititik beratkan pada pengembangan kognitif anak, kurang memperhatikan
pengembangan kemampuan lainnya, yaitu ' pengembangan emosi dan spiritual.
Aqib dan Sujak (2011:2), menjelaskan bahwa berdasarkan beberapa penelitian di luar
negeri bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hardskill) saja, tetapi lebib ditentukan oleh kemampuan mengeiola diri dan
orang lain (soft skill). Selanjutnya dinyatakan bahwa keberhasilan hanya ditentukan sekitar 20
% oleh hard skill dan sisanya 80 % oleh soft skill.
Umumnya warga negara Indonesia memiliki soft skill yang rendah. Sering berita tertulis di surat kabar dan siaran di
televisi kemiskinan menimbulkan penderitaan. Bekerja keras, belajar keras agar berhasil sukses jauh dan
kemiskinan dan penderitaan
Pakkat hotang tusi hamu mangalangka tusi ma dapotan, maknanya adalah kemana kamu pergi disitulah
hendaknya kamu mendapat rezeki. Optimistis terhadap Kasih dan kebesaran Tuhan, berkat dapat diperoleh di
mana saja.
Manatap tu jolo manaili tu pudi, berarti memandang kedepan tapi jangan lupa masa lalu. Jangan lupa kacang
akan kulitnya, selalu rendah hati, low profile tidak sombong/angkuh.
Ijuk di para-para hotang di parlabian. nabisuk nampuna hata na oto dapotan parulian.
Orang cerdas, bijaksana memiliki ilmu pengetahuan dan setiap orang termasuk yang bodoh memperoleh atau
mendapat berkah, hikmat dan pengetahuan.
Marbahul-bahul nabolon, aninya penyabar, dapat mcngendalikan atau mengelola emosi, bukan pemarah dan
bukan pendendam.
Marsilijur tu langit madabu tu ampuan, artinya ucapan atau perbuatan yang tidak baik akan diterima
sendiri akibatnya.
Berusahalah selalu bcrbual baik dan berpikir positif.
Ndang dao tubis sian bonana, artinya perilaku atau sifat anak tidak jauh dari perilaku atau sifat dari ayah dan
ibunya atau orang tuanya. Ada peniruan atau keteladanan.
Pendidikan karakter sangat perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan di tengan keiuarga, sekolah
dan masyarakat. Karakter sangat penting dan menentukan dalam mencapai tujuan hidup, baik sebagai pribadi,
kelompok masyarakat atau golongan dan bangsa. Karakter merupakan dorongan yang kuat unluk menentukan
pilihan yang terbaik dalam hidup, Pembentukan karakter dipengaruhi oleh faktor heredity atau warisan dan
lingkungan. Keteladanan sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan pembentukan karakter. Karakter
seseorang merupakan hasil dari pembinaan secara terpadu dari olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
keempat bidang tersebut yang diwujudkun dalam berpikir dan bertindak dalam hidup dan kehidupan.
Pendidikan Karakter
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan menentukan dalam
mencapai tujuan hidup, baik sebagai pribadi, kelompok masyarakat
atau golongan dan bangsa. Karakter merupakan dorongan yang kuat
untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam hidup. Negara Indonesia
teiah dibentuk dan dibangun di atas landasan yang perbedaan latar
belakang status sosial ekonomi, pendidikan, kedudukan dan lainnya,
sehingga timbul suasana kewargaan yang sahng bertanggung jawab.
Karaktcr kemanusiaan yang adil dan beradab tercennin dalam
pengakuan dan perlakuan atas kesamaan derajad, liak dan
kewajiban, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, saling mengasihi,
tenggang rasa, peduli, terpanggil melakukan kegiatan kemanusiaan,
mcmbela kebenaran dan keadilan, dan tidak semena-mena terhadap
orang lain. Membina dan mengembangkan perasaan ikut membantu
untuk meringankan penderitaan orang lain sebagai perwujudan sikap
simpati dan empati.

Pengertian Karakter
Pendidikan karakter mempunyai arti yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral,
pendidikan moral berkailan dengan baik dan buruk atau benar dan salah, sedangkan
pendidikan karakter berhubungan jauh lebih dari pada itu yakni, bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki
kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk mewujudkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dapai dikatakan bahwa karakter merupakan sifat hakiki
atau alami yang dimiliki seseorang dalam bertindak untuk meojawab situasi secara bermoral
yang diwujudkan melalui perbtiatan baik, jujur, bertanggung jawab, hormal terhadap orang lain,
rajin, kerja keras, pamang mcnyerah, cerdas, kreatif, berdisiplin, dan pandai raelihai peluang.
Habit ataii kebiasaan mengandung makna mengetahui sesualu dan diwujudkan dalam pcrbuatan
dilakukan berulang-ulang sehingga icrbiasa dan akhimya menjadi kebiasaan dalam
hidupnya.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak.
Berkarakter berarti memiliki labial; memiliki kepribadian; memiliki watak. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh 2008 (dalam Sofan Amri dkk, 2011: 3), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(altitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal
dari bahasa Yunani "to mark" yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Bila seseorang
bertingkah laku atau berbuat tidak jujur, kejam, rakus atau tamak, dan perilaku jelek lainnya
akan dikatakan orang tersebut berkarakter jeiek. Sebaliknya, orang yang bertingkah laku sesuai
dengan kaidah moral atau norma disebut berkarakter bagus atau mulia.
Karakter berkaitan dengan kekuatan moral yang positif. Orang yang berkarakter
adalah orang yang mempunyai kuaSitas moral positif (Muslich, 2011:71)Orang yang
berkarakter akan menunjukkan dalam hidupnya perbuatan yang bermakna dan
bermanfaat pada sesamanya, lingkungannya, keluarganya, dan dirinya sendiri yang
didasari oleh kekuatan spiritualnya. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan
bertindak yang membedakan seseorang dengan yang lain dalam hidupanya sebagai
individu dan kerja sama dengan orang lain baik di dalam keluarga, masyarakat
bangsa dan Negara (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2012: 41). Karakter dapat
dipandang sebagai nilai-nilai perbuatan manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Allah, diri sendiri, manusia sesamanya, lingkungan, dan kebangsaan yang
diwujud nyatakan melalui pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, budaya, adat istiadat, dan tata krama.
Berarti karakter adalah perilaku yang tampak aalam interaksi kehidupan sehari-hari
oleh diri sendiri, orang lam dan lingkungannya. Jack Corle dan Thomas Philip (2000)
dalam Warsono dkk. (2010) menjelaskan bahwa: "Karakter merupakan sikap dan
kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral".
Bersikap, berpikir, bertindak atau perbuatan merupakan perwujudan dari
karakter seseorang. Dengan demikian . karakter dapat di golongkan dalam empat
hal, Aa Gym (2006:66) dalam Zainal Aqib (2011:79), yakni; pertama, ada karakter
lemah seperti penakut. tidak berani mengambil risiko, pemalu, cepat kalah atau
menyerah, dan kurang berani manghadapi lantangan atau hambatan. Kedua,
karakter kuat misalnya tangguh, ulet, mempunyai daya juang yang tinggi, panning
menyerah, dan berani menghadapi tantangan~atau hambatan. Ketiga, karakter jelek
seperti licik, egois, serakah, sombong, pamer gila hormat, dan suka merendahkan
orang lain. Dan keempat adalah karakter baik, misalnya jujur, terpercaya, terbuka,
rendah hati, dan senang membantu orang lain atau empati.
Sesuai dengan berbagai pengertian dan defenisi karakter yang
dijelaskan di atas, serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi, maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
sebagai niiai dasar yang membangun pribadi seseorang, yang
terbentuk melalui pengaruh hereditas atau turunan dan
lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain yang
sifatnya khas atau unik dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri karakter dapat diidentifikasi
pada perilaku individu dan bersifat khas atau unik, sehingga
karakter sangat erat dengan keperibadian seseorang.
Walaupun karakter setiap orang/individu bersifat unik,
karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok
orang atau masyarakat dapat diidentifikasi sebagai karakter
suatu kelompok masyarakat tertentu atau bahkan dapat
pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Misalnya
orang Batak atau suku batak dipandang memiliki karakter
yang paling menonjol adalah gigih, dan berani !
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai