Anda di halaman 1dari 14

Mexico hidup di bawah kontrol Spanyol selama

11 tahun, kemerdekaan Mexico dirayakan pada


tanggal 15-16 September 1810 dimana Reforma
Agraria merupakan adaptasi dari Bahasa Spanyol
dan mulanya dipakai untuk kebijakan di Mexico
setelah kemerdekaan.
Di Mexico, pembabakannya mencakup
redistribusi tanah yang berasal dari para tuan
tanah yang memiliki tanah dalam skala besar
yang disebut latifundia, dan kemudian diarahkan
untuk pemilikan komunal rakyat desa (ejido).
Ketika Meksiko memproklamasikan kemerdekaannya , terdapat
permasalahan yang khas, masalah bermula saat spanyol
menggunakan tenaga kerja Indian, orang-orang Spanyol
memperkenalkan suatu sistem perkebunan besar-besaran yang
bernama hacienda.
Perkebunan-perkebunan besar atau hacienda ini memperoleh
pekerja Indian terutama dari dua sumber: satu, pasokan pekerja
yang menetap, diikat pada hacienda melalui kerja paksa karena
hutang, kedua, orang-orang Indian yang tak menetap yang terus
tinggal di komunitas-komunitas Indian yang mengelilingi hacienda-
hacienda, tetapi memperoleh pendapatan dari perkebunan.
Tujuan Hacienda adalah komersial, menghasilkan produksi
agrikultur atau produk-produk ternak yang akan dijual ke kamp-
kamp pertambangan atau kota-kota terdekat.
Meksiko muncul pada periode
kemerdekaannya dengan tanah-tanah
pedesaan serta pertentangan antara
perkebunan-perkebunan besar di satu sisi dan
komunitas-komunitas Indian di sisi lain,
dimana masing-masing hacienda memerintah
suatu negara di dalam negara; masing-masing
komunitas Indian menggambarkan suatu
republik Indian kecil di antara republik-
republik Indian yang lain.
Reformasi tanah dimulai di beberapa negara bagian
Meksiko segera setelah tahun 1910 dan memuncak
secara nasional pada akhir 1930an
Pada tahun 1910 jumlah penduduk negara adalah
sekitar 16 juta orang, lebih dari dua pertiganya terlibat
dalam pertanian. Pada tahun 1995 populasi Mexicos
mencapai 94 juta, dengan hanya seperempat yang
bekerja di bidang pertanian
Sebagian besar penduduk pedesaan Meksiko pada
tahun 1910 tidak memiliki tanah atau hampir tidak
memiliki tanah
Pemberontakan Tahun 1910-1920
Masa Kepemimpinan Porfirio Diaz
Porfirio Diaz telah memerintah selama 31 tahun, dan dalam tempo itu kuasa
tertumpu dalam tangan hanya beberapa orang sahaja. Rakyat Mexico tidak berhak
menyatakan pendapat mereka.
Ketimpangan :
Kekayaan juga tertumpu dalam tangan beberapa orang, dan ketidakadilan
merebak secara meluas.
lebih dari setengah lahan pertanian di negara tersebut dimiliki di sekitar 6.000
perkebunan besar seluas lebih dari 1.000 hektar; beberapa dari perkebunan ini
berukuran lebih dari satu juta hektar. Kepemilikan besar ini dikendalikan oleh
hanya sekitar 1.000 keluarga pemilik lahan dan perusahaan
Pemberontakan :
Pada bulan Mac 1911, Emiliano Zapata mengetuai pemberontakan petani Mexico
melawan kediktatoran Porfirio Daz untuk memperoleh persamaan dan hak atas
tanah.
Perang sipil tersebut bertahan 10 tahun dan membunuh lebih dari satu juta orang.
Pada tahun 1916, tentara petani yang dipimpin oleh Emeliano Zapata telah
menduduki sebagian besar perkebunan besar dan mendistribusikan kembali tanah
kepada masyarakat petani yang telah kehilangan mereka lebih awal.
Pemberontakan TAHUN 1920-AN
Masa Kepemimpinan Plutarco Elias

Calles
Pada Pemerintahan Calles masih mempertahankan penindasannya
terhadap rakyat Mexico
Menunjukkan jatidiri sebagai anti-agama dengan melakukan penindasan
besar-besaran kepada para pemimpin agama berupa penangkapan,
penyiksaan, pembunuhan dan penghancuran tempat-tempat ibadah
Mexico yang merupakan ladang yang subur digunakan sebagai eksploitasi
ekonomi besar-besaran para bankir dan kapitalis
Pada tahun 1928 keadaan menjadi sangat mengerikan. Tentara mendapat
perintah untuk memindah paksakan penduduk desa ke lokasi-lokasi
konsentrasi dimana kelaparan dan wabah penyakit siap menyambut
mereka. Pada saat yang sama tentara merampas hasil-hasil pertanian dan
membakar ladang-ladang petani dan rumah-rumah petani.
Rakyat Mexico dengan dipimpin para pemuka agama, melawan dengan
mengobarkan pemberontakan bersenjata besar-besaran hingga menelan
korban puluhan ribu pasukan pemerintah dan rakyat Mexico.
Pemerintahan Lazaro Cardenas 1934
Cardenas berhasil mengurangi kekuatan dan pengaruh
militer dalam pemerintahannya, serta semakin
memperkuat ikatan dengan buruh, petani dan berbagai
elemen dalam negara
Sekitar 8 juta hektar yang telah didistribusikan secara
sah pada awal pada tahun 1934.
Pada tahun 1940 land reform telah mencakup sekitar
setengah lahan pertanian negara tersebut dan telah
mendapat manfaat dari separuh penduduk miskin
pedesaannya. Tanah itu didistribusikan kembali ke
penyewa, pekerja dan petani di ejidos.
Biasanya penerima manfaat reformasi tanah di
Meksiko tidak diharuskan membayar tanah yang
mereka terima, dan mantan pemilik besar tidak
mendapat kompensasi. Negara berasumsi
kewajiban untuk memberikan bantuan kredit,
bantuan teknis, pemasaran dan sosial kepada
petani. Tujuan dari komunitas pemberontak dan
juga reformis progresif dalam koalisi Cardenas
adalah agar para ejidos dapat dikelola secara
demokratis oleh anggotanya dan seefektif
mungkin.
Pasca Pemerintahan Cardenas (PRI)
melanjutkan pengambilalihan dan redistribusi
lahan, namun terutama dari tanah berkualitas
rendah.
kontrol negara pada penyaluran kredit,
pemasaran dan bantuan teknis sering digunakan
untuk mengendalikan kaum tani.
negara mengalami empat dasawarsa
pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
perdamaian internal yang relatif, namun sebagian
besar kaum tani kembali menjadi semakin
terpinggirkan
Gerakan Zapatista
Kekecewaan mendalam petani Chiapas
terhadap pemerintah yang didominasi partai
penguasa (Partai Revolusi Terlembagakan/PRI)
yang mengeluarkan berbagai kebijakan dan
manipulasi yang memberatkan petani,
terutama dalam dua soal: tanah dan politik.
Tentang tanah, para petani miskin antara lain
mengeluhkan kesulitan mengakses tanah dan
kebijakan pertanian yang diskriminatif
Masalah mulai muncul ketika terjadi komersialisasi
pertanian dalam kadar tinggi. Produksi menjadi lebih
banyak untuk dijual. Petani menjadi rentan terpapar
fluktuasi harga. Di saat yang sama terjadi inflasi besar-
besaran (83% antara 1989-1993) yang melambungkan
ongkos produksi pertanian.
Tahun 1992 sebuah aturan pertanahan baru diberlakukan.
Tujuannya, menarik minat swasta untuk lebih banyak
berinvestasi di sektor pertanian. Bagi petani kecil, ujung
dari aturan ini adalah terhimpunnya kembali tanah di
tangan segelintir tuan tanah.
Lahan-lahan komunal yang tadinya masih bisa mereka
garap akan menjadi milik pribadi para penguasa tanah.
Pada 1970an-1980an para petani tunakisma, para buruh
perkebunan kopi dan tebu melakukan aksi menuntut para tuan
tanah untuk menaikkan upah, perbaikan kondisi kerja dan hak-hak
pekerja lainnya. Ketika tidak digubris mereka melakukan
pendudukan tanah perkebunan dan meminta redistribusi tanah.
Respon pemerintah ada tiga.
Satu, meredistribusi tanah setelah membayar kompensasi kepada
pemilik tanah. Namun kecenderungan umum yang tampak,
pemerintah menyelesaikan persolan tanah bagi organisasi petani
yang berafiliasi dengan partai berkuasa (PRI) ketimbang organisasi
petani yang independen.
Dua, membiarkan masalah tak terselesaikan.
Tiga, represi. Polisi dan paramiliter milik tuan tanah menyerang
demonstran, menangkap dan membunuh pemimpin petani dan
mengusir paksa pelaku pendudukan.
Pada 1 Januari 1994, gerakan Zapatista
mengumumkan perang terhadap pemerinah
Meksiko, menuntut turunnya presiden Salinas
de Gortari dan menawarkan program-program
perbaikan. Mulai dari reforma agraria, pusat-
pusat kesehatan, fasilitas publik (jalan, listrik,
air bersih), sekolah, dll.
Rujukan Reforma Agraria di Mexico
Bagi Indonesia
penerima manfaat reformasi tanah di Meksiko
tidak diharuskan membayar tanah yang
mereka terima
mantan pemilik tanah besar tidak mendapat
kompensasi.
Negara berkewajiban untuk memberikan
bantuan kredit, bantuan teknis, pemasaran
dan sosial kepada petani.

Anda mungkin juga menyukai