Anda di halaman 1dari 10

GRACE KURNIADI 717171002

ERIC SUCITRA
717171008
ANASTASIA NADYA C. 717171010
VALERY MUHAMMAD GIBRAN 717171012
KRESNA SURYA WIJAYA
- Apakah Positivisme dapat menjelaskan cara kerja
ilmu pengetahuan?
- Kulminasi positivisme
- Dibutuhkan falsifikasi
Psikologi dan Epistemologi

model penelitian psikologi, mengarahkan filsafat ilmu


pengetahuan pada dua tradisi yang selalu bertentangan satu
sama lainnya : Rasionalisme dan Empirisme.
Quid Luris & Quid Facti
- Quid Luris : Persoalan mengenai keabsahan
pengetahuan dan persoalannnya

- Quid facti : Masalah mengenai apa yang diketahui dan


tidak diketahui
3.1 Ilmu Pengetahuan: Suatu Sistem Teori
2 pemikiran dasar yang membedakan dengan positivisme :
1. Pengetahuan dimulai dengan teori
2. Pengujian teori tidak dapat dilakukan dengan verifikasi, melainkan falsifikasi
Ilmu pengetahuan berfungsi lebih dari sekedar mengumpulkan data

Tugas ilmu pengetahuan memberikan penjelasan sebab-akibat atas suatu


peristiwa dengan menggunakan premis-premis yang terdiri dari proporsi
universal dan proporsi singular yang sekaligus menjelaskan peristiwa dan
fakta.
Ilmu pengetahuan dengan kata lain merupakan suatu sistem teoritis yang
bertugas menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa terjadi.
3.2 Kemungkinan Untuk Salah
Kemungkinan untuk salah syarat yang harus dipenuhi oleh sistem teori
sebelum dinilai sebagai teori ilmiah

Pernyataan ini dikritik oleh konvensionalisme filosofis yang menganggap teori


merupakan prinsip yang benar

Setiap teori empiris menurunkan 2 proporsi basis yang bertentangan:

1. Kelas proporsi basis yang inkonsisten dengan teori (potential falsifier)

2. Kelas proporsi basis yang konsisten dengan teori

Setiap hipotesis dan sistem teoritis pada umumnya Ada kemungkinan


3.3 Prinsip Falsifikasi
Popper membedakan kemungkinan untuk salah dan prinsip falsifikasi.
Kemungkinan untuk salah: suatu kriteria dari sistem teori empiris artinya setiap pernyataan empiris
mengandung kelas kemungkinan untuk salah.
Falsifikasi : suatu langkah metodologis untuk menguji sebuah sistem teori. Langkah metodologis tersebut
dilakukan dengan cara deduktif.
Popper menegaskan bahwa setiap sistem ilmiah dapat dikatakan salah jika proposisi basis atau kalimat
yang menyatakan fakta tertentu menyangkal sistem ilmiah tersebut.
Dengan kata lain, suatu hipotesis dengan sendirinya gugur jika kalimat basis menyangkalnya. Penerimaan
suatu teori hanya dapat dipertanggungjawabkan melalui aturan falsifikasi.
Penerimaan suatu teori atau istilah lainnya yaitu koroborasi hanya terjadi jika teori tersebut lulus dari
pengujian kritis. Popper mengatakan bahwa pengujian semacam ini tidak boleh berhenti karena setiap
kandungan empiris dari sebuah hipotesis selalu mengandung risiko untuk dikatakan salah.
Maka pengujian hipotesis empiris menuntut sederetan panjang pengujian kritis yang dilakukan secara
ketat.
Popper secara tidak langsung menolak verifikasi sebagai metode pengujian hipotesis
atau teori. Begitu juga dengn teori probabilitas Carnap. Jika Carnap mengandaikan bahwa
penerimaan sebuah hipotesis ditentukan oleh probabilitas, dengan pengandaian bahwa
semakin besar isi empiris sebuah hipotesis semakin benar hipotesis tersebut.
Popper mengatakan : suatu penerimaan terhadap sebuah hipotesis selalu bersifat
sementara, karena setiap langkah penegasan terhadap hipotesis harus selalu diikuti oleh
pengujian kritis baru, semakin tahan uji sebuah teori semakin baik hipotesis tersebut.
Popper mengakui adanya kebenaran ilmiah memang ada namun kebenaran ilmiah harus
selalu disikapi dengan kritis. Orang dapat mengatakan bahwa kita tidak perlu begitu yakin
sebelum diuji secara kritis.
Kritik atas kalimat-kalimat basis
Relevansi dari teori Popper terletak dalam kritiknya terhadap pemikiran positivisme logis, terutama tesis-
tesisnya mengenai kalimat basis, kesederhanaan konsep, dan probabilitas.
1.Masalah yang paling mendasar dan mengganggu Popper : peran kalimat basis atau kalimat protokol atau
kalimat atomis.
2.Teori lain mengatakan bahwa kalimat basis perlu suatu premis tertentu. Posisi ini mengakui bahwa setiap
kalimat basis memiliki hubungan logis dengan premis lain yang bersifat partikular. Pandangan ini secara
tegas dianut oleh Carnap dan Bridgman dalam adagium teoretis: pengalaman diuji dengan pengalaman.
terlalu induktivistis dan tidak logis karena bisa mengakibatkan regresi tanpa batas, setiap posisi
partikular tidak cukup kuat menjadi dasar bagi hubungan logis dengan preposisi lain.
3.Posisi kaum positivis yang menegaskan bahwa kalimat basis/protokol harus secara
mendasar mengungkapkan persepsi, perasaan, dan pemikiran seorang ilmuwan yang
terlibat dalam penelitian ilmiah menjadi inti pendukung teori psikologi Gestalt yang
mencoba berbicara tentang scientific discovery. Hal ini dinilai oleh Popper sebagai
psikologisme. Popper berargumen dengan dasar pengalaman langsung, pandangan ini
membangun suatu teori psikologi pengetahuan, bukan logika pengetahuan. Menurut
Popper, setiap kalimat tidak harus didasarkan pada pengalaman langsung, namun pada
kenyataannya berkaitan dengan pengertian umum atau pengertian universal yang pada
gilirannya justru mengatasi pengalaman langsung.

Anda mungkin juga menyukai