Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh :
Aria Jaya, S.Ked
NIM. FAB 116 018

Pembimbing:
dr. Sutopo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38C) akibat suatu proses ekstra kranial.
Terkait dengan gejala demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial
ataupun kelainan lain di otak.
Pendapat para ahli, kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak berusia antara 6
bulan sampai dengan 5 tahun.
Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun.
Pendahuluan
Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-4%.
Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa
dan di Amerika.
Di Indonesia sendiri 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan.
Pendahuluan
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks.
Faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu, faktor demam, usia, dan
riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil), riwayat perinatal (asksia,
usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah).
LAPORAN KASUS
Vital Sign:
Denyut Nadi : 120 kali/menit (reguler, kuat angkat, dan isi cukup)
Frekuensi Napas : 35 kali/menit, torako-abdominal
Suhu : 37,60C
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing : Spontan, 35 kali/menit, pernapasan torako-abdominal
Circulation : Denyut nadi 120 kali/menit, reguler, kuat angkat. CRT
< 2 detik
LAPORAN KASUS
Disability : Gerakan aktif
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign karena
pasien berdasarkan trias emergency, pasien tidak masuk dalam trias
tersebut dan saat datang, pasien tidak dalam keadaan kejang. Pasien
kemudian ditempatkan di ruang non bedah dan diberi label warna
kuning.
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah memposisikan pasien,
oksigenasi 2 liter permenit dan memasang IV line.
Identitas Pasien

Nama : By.Ny.N
Usia : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Beruk Angis No.23
Anamnesis

Dilakukan Alloanamnesis kepada orang tua pasien di ruang IGD RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS Muhamadiyah dengan susp. Meningitis. Ibu pasien
mengatakan bahwa pasien kejang 1 jam SMRS. Ini adalah kejang pertama
pasien. Pasien kejang dengan mata ke arah atas, tangan dan kaki kaku.
Kejang berlangsung selama 3 menit. Setelah kejang pasien menangis.
Kejang didahului dengan demam. Pasien demam diakui oleh ibunya sejak 1
hari SMRS. Demam tinggi mendadak dan terus menerus meskipun sudah
diberikan obat penurun panas.
Keluhan muntah (-), batuk (-), pilek (-), mencret (-), suara serak saat
menangis (+) sejak 2 hari lalu. Nafsu makan menurun.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:
Kejang ini merupakan kejang pertama pasien. Pasien tidak
pernah mengalami kejang sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluhan serupa disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Gerakan aktif
Berat badan : 9,4 kg
Vital sign : Denyut Nadi :120 kali
/menit (reguler, kuat angkat)
Frekuensi Napas : 35 kali/menit, torako-abdominal
Suhu : 37,50C
Pemeriksaan fisik

Kepala
Normocephal, ubun-ubun datar, konjungtiva anemis (-
), sklera ikterik (-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-), sekret hidung (-), tonsil T2-T2
hiperemis (-), faring hiperemis (-),

Leher
Kaku kuduk (-), kelenjar getah bening tidak membesar
Pemeriksaan fisik
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
retraksi (-)
Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal, reguler,
murmur(-), gallop (-)
Pemeriksaan fisik
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
besar
Perkusi : Timpani (+)

Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edem tungkai (-), refleks Babinski (-), Refleks
Brudzinski 1 & 2 (-), Kernig & Laeque Test (-)
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Nilai rujukan

Hematologi
Hb 11,8 g/dl 11-16 g/dl
Hematokrit 33 % 37-48 %
Leukosit 16.200/ul 4.500-11.000/ul
Eritrosit 4,59 juta/ul 4-6 juta/ul
Trombosit 351.000/ul 150.000-400.000/ul

Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 155 mg/dl < 200 mg/dl
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Kejang Demam Sederhana
Diagnosis Etiologi : Laringitis Akut
Diagnosis Kerja : Kejang Demam Sederhana ec
Laringitis Akut.
Penatalaksanaan di IGD
Posisikan pasien berbaring terlentang
Oksigenasi 2 liter permenit
Pasang IV line dengan cairan D5 NS 10 tpm
Inj. Cefotaxime 3 x 250 mg IV (ST)
Inj. Gentamicin 2x25 mg IV
Inj. Metilprednisolon 3x6,26 mg IV
Po: Luminal 2x20 mg
Po: Paracetamol 3xI cth
Observasi kejang berulang, keadaan umum dan tanda vital
anak.
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN
Kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering terjadi pada
anak, kelompok usia kasus diketahui
sebagian besar adalah kurang dari 5 tahun.
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang
lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-
masing.
Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat
penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang
berlangsung lama dan berulang.
Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa
mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti
nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia
(berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak.
Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang
rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan
perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10%
dapat berkembang menjadi epilepsy.
Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan
tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian
yaitu :
Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu
dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan
bawah dengan bentuk dekortikasi.
Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral. Bentuk klinis kejang
klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.
Dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar
dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat yang menyerupai
reflek moro. Merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat.
Pada pasien, tidak diketahui termasuk dalam
klasifikasi kejang yang mana karena saat dirumah
sakit pasien sudah tidak kejang lagi.
Klasifikasi menurut IDAI
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kriteria Livingstone
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi
empat kali.
Pada pasien ini,pasien masuk kedalam kriteria ini
dimana usia pasien adalah 1 tahun, kejang pada
pasien menurut ibu pasien berlangsung sekitar 3
menit. Kejang didahului oleh demam, pemeriksaan
saraf sesudah kejang normal. Ini merupakan kejang
pertama pasien dalam 1 tahun.
PENGOBATAN FASE AKUT
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas
utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap
terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak
dimiringkan untuk mencegah aspirasi.
Pada saat di IGD, pasien datang dengan suhu 37,6oC, maka
dari itu, diperlukannya anitpiretik oral yaitu paracetamol.
Pasien juga harus diberikan cairan ( infus D5 NS) sesuai
dengan kebutuhan. Kebutuhan total cairan per hari seorang
anak menurut Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
2013 dihitung dengan formula berikut: 100 ml/kgBB untuk
10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya,
selanjutnya 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.
Pasien mempunyai berat 9,4 kg, sehingga kebutuhan cairan
perharinya adalah (9,4 x 100) = 940 ml per hari.3
Pemberian inj. Fenobarbital 75 mg IM tidak diberikan di IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus dikarenakan sudah diberikan di IGD
RS Muhamadiyah. Injeksi fenobarbital sudah cukup tepat
sebagai pengobatan kejang demam fase akut, sesuai dengan
literatur, pemberian suntikan intramuskular fenobarbital
diberikan dengan dosis awal 30 mg untuk neonatus, 50 mg
untuk usia 1 bulan 1 tahun, dan 75 mg untuk usia lebih
dari 1 tahun.
Pada pasien diberikan antibiotic dimana terdapat tanda-
tanda infeksi pada pasien yaitu demam, jumlah leukosit
yang meningkat yaitu 16.200 dimana kemungkinan sumber
infeksi pada pasien berasal dari laring pasien yang ketika
dianamnesi didapatkan pasien mengalami suara parau sejak
2 hari ini.
Pasien kemudian dikonsulkan ke bagian anak dan dirawat
inap.
Kesimpulan
Telah dilaporkan By.Ny. N usia 1 tahun 1 bulan datang dengan keluhan
kejang yang didahului dengan demam. Berdasarkan ananamnesis
menurut kriteria Livingston, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, didapatkan diagnosis pasien mengarah ke kejang demam
sederhana dengan etilogi sumber infeksi laringitis akut.
Penatalaksanaan yang diberikan pada anak adalah dengan
memposisikan pasien, oksigenasi 2 lpm dan pemasangan IV line. Anak
kemudian diberikan antibiotic, antipiretik dan anti konvulsan.
Penatalaksanaan kejang demam pada anak harus dilakukan dengan
tepat dan cepat karena keterlambatan prosedur penanganan kejang
dapat menyebabkan gejala sisa pada anak dan mengganggu tumbuh
kembang anak dikemudian hari.
Daftar Pustaka
Fuadi. Bahtera T. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang. Vol. 12, No. 3, Oktober 2010
Melda D. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang. Vol. 12, No. 3,
Oktober 2010
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. IDAI: Jakarta. 2006. Hal. 1 12.
World Health organization. Accessed
athttp://www.who.int/childgrowth/standards/chart_catalogue/en/. Accessed at 12 Sep 2016

Anda mungkin juga menyukai