Bismillah 100
Bismillah 100
DI SUSUN OLEH :
Yogi Abdul Aziz
Yahyanti
Martin Agusta
I. Nyoman Agung Dwi S
Putri Rizki Amalia
Kadek Maha D
Amirul Prasetio
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe II
Diabetes Gestasional
2.1.6 Gejala Klinis Diabetes Melitus
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik.
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus
Gejala penyakit diabetes dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan mungkin tidak menunjukkan apapun sampai saat tertentu. Pada
permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak ( Poli)
Banyak makan
Banyak minum
Banyak kencing
2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timubul gejala :
Banyak minum
Banyak kencing
Nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat
Mudah lelah
Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
ke koma yang disebut koma diabetic
2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaannya berupa :
Penyuluhan
Diet
Latihan Jasmani
farmakoterapi
2.2.1 Definisi TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya
Prevalensi TB Paru
WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TB paru setiap tahun
dan diperkirakan 5000 orang setiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta
penderita TB paru baru dari 25% kasus kematian dan kesakitan.
Masyarakat yang menderita TB paru adalah orang-orang pada usia
produktif yaitu dari 15 sampai 54 tahun (Depkes RI,2008). Prevalensi
TB paru 20% lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga
kali lebih tinggi dipedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali
lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi.
Di Sulawesi utara, penderita TB paru pada tahun 2009 yaitu 423 dan
meningkat pada tahun 2010 yaitu 466 penderita. Case Detection Rate
TB paru di Indonesia per juni 2012 terdapat sekitar 60,81% kasus TB
paru di Sulawesi Utara dan angka ini menunjukkan kasus paling
tertinggi di seluruh provinsi di Indonesia menurut Kemenkes RI 2012
2.2.3 Patofisiologi TB Paru
2.2.4 Klasifikasi TB Paru
1. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
Tuberkulosis paru
Tuberkulosis ekstra
paru
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis
Gejala khusus
2.2.6 Diagnosa TB Paru
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah:
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
2.2.7 Penatalaksanaan TB Paru
fase intensif
fase lanjutan
2.3 Kajian Literatur Terkait Hubungan Kejadian DM
dengan Tb Paru
Pada tahun 2009, para pakar menemukan bukti yang
menunjukkan hubungan antara pasien diabetes melitus (DM) dan
tuberkulosis (TB), dan sejak tahun 2011 diluncurkan kerangka
kerja untuk pengobatan kolaborasi TB dan DM salah satunya
adalah deteksi dini dan pengelolaan TB pada pasien dengan
penyakit DM.9 WHO juga menunjukkan bahwa pasien DM dapat
meningkatkan risiko 3 kali lebih besar terinfeksi TB daripada
masyarakat umum9-10, penelitian lain menyatakan bahwa DM
adalah salah satu faktor risiko yang dapat memperburuk kejadian
TB.15 Pasien DM meningkatkan risiko TB Pasien DM
menyumbang sebanyak 14,8% kasus TB baru, dan sebanyak
20,2% ditemukan kasus TB dengan BTA positif.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melihat
hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian tuberkulosis paru secara
retrospektif melalui kartu catatan rekam medik yang berisi data pasien diabete
mellitus yang terinfeksi tuberculosis paru di Puskesmas Tanjung Rejo
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara tahun 2017.
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah observasi analitik dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional). Setelah penulis mengenali variabel-variabel
penelitian berdasarkan masalah diatas, maka variabel yang pertama adalah
Diabetes Melitus yang diberi notasi huruf (X), sebagai variabel bebas.
Sedangkan variabel yang kedua adalah Tuberkulosis Paru yang diposisikan
sebagai variabel terikat atau dependen variabel yang konvensionalnya diberi
notasi huruf (Y).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Waktu Penelitian
Alat Skala
Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur
ukur ukur
DM DM adalah pasien yang telah Melihat Rekam 1. Tidak, jika pada data rekam medik Ordinal
terdiagnosa DM berdasarkan rekam medis medis tertulis bahwa responden bukan
guideline PERKENI pasien DM
2. Ya, jika pada data rekam medik
tertulis bahwa responden
merupakan pasien DM
TB Paru Tb paru adalah Melihat Rekam medis 1. Tidak, jika pada pemeriksaan Ordinal
pasien DM yang rekam medis Sputum pada pasien DM hasilnya
meakukan negative
pemeriksaan sputum 2. Ya, jika pada pemeriksaan
dan dinyatakan Sputum hasilnya positif.
positif terinfeksi TB
Paru
Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan Data
PENABULASIAN
CLEANING
CODING
EDITING
3.8.2 Analisa Data
Analisa Univariat
Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu
mempelajari hubungan antar variabel dengan menggunakan Uji Chi Square.
2.4 Kerangka Teori
Intoleransi Glukosa
Terpapar Bakteri
M.Tuberk ulosis
Terinfeksi TB Paru
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
DM DM adalah pasien Melihat rekam Rekam 0. Tidak, jika pada data Ordinal
yang telah medis medis rekam medik tertulis
terdiagnosa DM bahwa responden
berdasarkan bukan pasien DM
guideline 1. Ya, jika pada data
PERKENI rekam medik tertulis
bahwa responden
merupakan pasien DM
TB Paru Tb paru adalah Melihat rekam Rekam 0. Tidak, jika pada Ordinal
pasien DM yang medis medis pemeriksaan Sputum
melakukan pada pasien DM
pemeriksaan hasilnya negative
sputum dan 1. Ya, jika pada
dinyatakan positif pemeriksaan Sputum
terinfeksi TB Paru hasilnya positif.
Usia Melihat rekam Rekam 0. dewasa awal Ordinal
medis medis 1. dewasa akhir
2. lansia awal
3. lansia akhir
4. masa manula
5. Tidak teridentifikasi
Jenis Jenis kelamin Melihat rekam Rekam 0. laki-laki Ordinal
Kelamin pasien DM dengan medis medis 1. perempuan
TB Positif
3.3 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara Diabetes Melitus dengan kejadian TB
Paru di Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara tahun 2016.
Ha : Ada hubungan antara Diabetes Melitus dengan kejadian TB Paru di
Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara tahun
2016.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Hasil Penelitian
Selama kurun waktu penelitian dari Juli 2017 sampai Agustus 2017,
didapatkan data dari rekam medik yang telah memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 59 data rekam medik. Karena telah memenuhi kriteria inklusi, maka
seluruh data dijadikan sebagai sampel penelitian.
4.2 Hasil Analisis Univariat
Analisis dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian, baik variabel dependent
maupun variabel independent. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini.
4.2.1 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 41 69.1 %
Perempuan 18 30.9 %
Total 59 100 %
4.2.2 Usia
jumlah p-value
Tb Paru Ya Tidak OR
n % n % n % (CI 90%)
7,300
0,026 (1,652-
136,172)
Hasil data bivariat dapat disimpulkan bahwa hasil analisis terdapat hubungan
variabel diabetes melitus terhadap variabel tuberkulosis paru diperoleh nilai
Chi-Square hitung dengan (p=0,029 < p=0,1), hal ini menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara diabetes melitus terhadap tuberkulosis paru di
Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. Data OR (Odd
Ratio) didapatkan 7,300 dengan confidence interval (CI) 90% sebesar (1,652-
136,172), artinya responden dengan diabetes melitus beresiko 7 kali lebih
besar terkena tuberkulosis paru. Dimana nilai OR diantara dari nilai CI dengan
selisih OR dan upper 136,172 dan selisih OR dan lower 1,652. Hal ini
menunjukan bahwa rentan tingkat kepercayaan pada aspek diabetes melitus,
karena terdapatnya selisih yang signifikan antara upper dan lower terhadap
OR.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil data univariat yaitu distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin, laki-
laki berjumlah 41 responden (69.1%), dan perempuan berjumlah 18 responden
(30.9%).
Hasil data univariat yaitu distribusi responden berdasarkan usia, didapatkan
dewasa awal berjumlah 3 responden (5.1%), dewasa akhir berjumlah 8
responden (13.6%), lansia awal berjumlah 10 responden (16.9%), lansia akhir
berjumlah 12 responden (20.4%), masa manula bejumlah 15 responden
(25.4%), dan tidak teridentifikasi berjumlah 11 responden (18.6%).