Anda di halaman 1dari 66

Kesehatan Kerja Usaha Tralis

Pembimbing: dr. Rudy Pou, MARS

Anggota:Dwi Aji Herdian 030.13.061


Christine Kurniawan 030.13.045
BAB I
1.1 Latar Belakang
Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut survai jumlah perusahaan di Indonesia skala
kecil sejumlah 141,894 (83.70%),industri skala
sedang 14,970 (8.83%) dan jumlah industri skala besar
sejumlah 12,660 (7.47%), sehingga jumlah total
industri di Indonesia adalah sejumlah 169,524
perusahaan.
Berdasarkan data International Labour Organization
(ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap
15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja.
Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka
kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.
Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26
Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus
penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766
kasus, dan jumlah kasus penyakit yang berkaitan
dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus.
Pemerintah Indonesia juga menjamin
kesehatan dan ketenaga kerjaan yang
tertuang pada Undang-Undang No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan dan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan.
Berdasarkan adanya permasalahan di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan
survei tentang kesehatan dan keselamatan
kerja pada sektor usaha informal tralis
milik bapak Rosyid
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengetahuan pekerja
tentang K3?
Apakah bahaya kondisi lingkungan kerja?
Bagaimanakah pengendalian kecelakaan
kerja?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mempelajari kesehatan kerja pada industri
informal.
Tujuan Khusus
Mengetahui profil perusahaan atau industry informal
tersebut.
Mengetahui proses produksi atau alur prosesnya.
Mengetahui pemantauan K3.
Mengidentifikasi resiko, menganalisa resiko dan
mengendalikan resiko.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi pekerja dan pemilik
Diharapkan dapat memberikan informasi serta saran untuk
memperbaiki sistem kesehatan dan keselamatan kerja di industri
informal

Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja pada industri informal

Bagi institusi pemerinah


Diharapkan agar pusat pelayanan kesehatan terdekat dapat melanjutkan
serta mengembangkan solusi untuk pencegahan kecelakaan kerja.

Bagi institusi pendidikan


Diharapkan dapat menambah bahan bacaan tentang ilmu kesehatan dan
keselamatan kerja pada industri informal
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di tempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi
sebab penyakit akibat kerja, antara lain:
a. Golongan fisik, seperti:
1) Suara/bunyi yang bisa menyebabkan tuli. Bunyi yang bisa
menyebabkan tuli. Bunyi yang melebihi batas toleransi
manusia dapat menggangu produktivitas atau kesehatan
karyawan. Tingkat kebisingan yang menggangu adalah di
atas 85 disebel selama 8 jam dan seterusnya
2) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke heat
cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu yang rendah
bisa menimbulkan froshhite.
3) Penerangan lampu yang kurang baik, misalnya
menyebabkan kelainan pada indra penghliatan atau
kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
b. Golongan kimiawi, yaitu:
1) Debu yang menyebabkan pnemokoniasi, diantaranya:
silikosis, bisinosis, asbetosis, dan lain-lain.
2) Uap yang di antaranya bisa menyebabkan metal
framefever, Dermatilis atau keracunan gas,misalnya
keracunan CO,H2S,dan lain-lain.
c. Golongan infeksi misalnya: virus, parasit, maupun
jamur.
d.Golongan fisiologis yang di sebabkan oleh kesalahan-
kesalahan kontruksi mesin,sikap badan yang kurang baik,
salah dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain yang
semuanya bisa menimbulkan fisik atau bahkan lambat
laun perubahan fisik pekerja.
e. Golongan psikologis, yaitu :
1) Proses kerja yang rutin dan membosankan
2) Hubungan kerja yang selalu menekan atau sangat
menuntut
3) Suasana kerja yang kurang aman.
Program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan
karena tiga alasan pokok, yaitu 5,6:
Moral.
Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan
dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar
kemanusiaan.
Hukum.
Terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman
terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat.
Ekonomi.
Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan
dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang
terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk
member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Apabila perusahaan dapat melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari


kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih
komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang
lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat
dari partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena
meningkatkan citra perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara
substansial.
2.2 Peraturan Tentang K3
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009
Bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan, dan setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Menjelaskan mengenai Ketenagakerjaan menetapkan pada
hakikatnya hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur
kepentingan saja tetapi termasuk kepentingan masyarakat
pemberi kerja.
dalam pasal 86 sampai dengan 87 undang-undang ini di tetapkan
bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral dan kesusilaan, serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama
1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja.
2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
3) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4) Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
2.3 Pengendalian Bahaya Kerja pada
Usaha Tralis
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha
teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan
kerja. Namun terkadang keadaan bahaya masih belum
dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan
alat pelindung diri (APD). Alat-alat demikian harus
memenuhi persayaratan:7,10,11
Enak dipakai
Tidak mengganggu kerja
Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis
bahaya.
Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata,
muka, tangan dan jari-jari, kaki, alat pernafasan, telinga
serta tubuh.
Pada bidang konveksi ini, APD yang
seharusnya digunakan yaitu:6
Kacamata
Kacamata Hitam
Sarung tangan.
Masker
Pakaian lengan panjang
Alat pelindung kaki
Kursi yang dilengkapi dengan sandaran
Pencegahan utama
Manajerial, meliputi unsur-unsur:
Manajemen perusahaan memiliki kebijakan yang tegas
dan jelas dalam upaya mencegah terjadinya gangguan
kepada kesehatan dan daya kerja; atas dasar tersebut
disusun program yang rinci tentang identifikasi,
evaluasi, dan pengendalian faktor-faktor yang menjadi
penyebab gangguan tersebut lengkap dengan rencana
kerja, sumber daya manusia, pembiayaan, dan
sebagainya.
Pekerja dan serikat pekerja tidak sekadar mendukung
melainkan berpartisipasi dalam pelaksanaan program
tersebut.
Banyak ketentuan perundang-undangan yang mengatur
standar minimal mengenai hygiene perusahaan sebagai
pintu masuk bagi program selanjutnya untuk
mewujudkan tingkat kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas kerja yang optimal.
Teknis operasional yang mencakup unsur-unsur:
Identifikasi faktor yang potensial dapat menimbulkan
gangguan kepada kesehatan tenaga kerja dan produktivitas
Pengendalian faktor penyebab gangguan kesehatan tenaga
kerja dan produtivitas kerja tergantung kepada faktor yang
menjadi penyebab; fisis, kimiawi, biologis, ergonomis, dan
mental psikologis.
Dilakukan penyuluhan, pendidikan, pelatihan tentang tujuan
dan cara mengendalikan faktor tersebut guna menangani
faktor penyebab gangguan kesehatan tenaga kerja.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, pengukuran, dan
evaluasi tingkat paparan serta monitoring biologis untuk
pengendalian faktor fisik, kimiawi, dan biologis. Konseling
dan psikotest untuk mengendalikan faktor mental-
psikologis. Evaluasi dan koreksi peralatan kerja, proses
produksi, dan kondisi ergonomis pekerjaan dan lingkungan
kerja.
Pengendalian faktor kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa
teknik;
Substitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan
yang kurang bahayanya atau tidak berbahaya sama sekali
Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan ke dalam ruang tempat kerja agar kadar zat kimia
berbahaya menjadi lebih rendah.
Ventilasi keluar setempat (local exhausters), yaitu instalasi yang
menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu melalui
kanopi, agar zat kimia berbahaya dihisap dan dialirkan keluar
ruang tempat kerja.
Isolasi, ialah mengisolasi proses dalam perusahaan yang
membahayakan.
Pakaian pelindung sesuai dengan keperluan, misalnya masker,
kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, pakaian kerja, dan lain-
lain.
Formal Informal

Adanya izin usaha dari Pemerintah Tidak memiliki izin usaha

Adanya Akta Notaris Tidak adanya Akta Notaris

Memiliki laporan keuangan yang jelas Tidak memiliki Laporan Keuangan yang jelas

Rutin melaporkan keuangan ke Kantor Pajak setiap bulan dan


Tidak terkena pungutan pajak
setiap tahun

Ter-organisir Kurang Ter-organisir

Teknologi yang digunakan canggih dan modern Teknologi yang digunakan sangat sederhana

Jam usaha teratur Jam usaha kurang teratur

Jumlah pekerja cukup banyak Jumlah pekerja tidak terlalu banyak

Modal cukup besar Modal tidak terlalu besar

Hasil produksi cenderung untuk segmen menengah ke atas Hasil produksi cenderung untuk segmen menengah ke bawah
2.4 Gambaran Umum Wilayah
Batas Jakarta Barat Daerah Perbatasan

Utara Kabupaten/kodya Tangerang dan Kodya Jakarta Utara

Timur Kotamadya Jakarta Utara dan Koyamadya Jakarta Pusat

Selatan Kotamadya Jakarta Selatan & Kabupaten/kodya Tangerang

Barat Kabupaten dan Kotamadya Tangerang


Jakarta Barat memiliki 8 kecamatan, yaitu Kebon
Jeruk, Kembangan, Cengkareng, Kalideres, Grogol
Petamburan, Pal Merah, Tambora, dan Taman Sari.
Dimana Cengkareng merupakan kecamatan dengan
luas terbesar, yaitu 27,93 km2. 12
Pada daerah ini tercatat terdapat sebanyak 265
bermacam industri yang tercatat pada data industri
provinsi DKI Jakarta pada tahun 2014.12
BAB III
Hasil Kunjungan
3.1 Profil Perusahaan
Nama pemilik : Rosyid
Badan usaha : Tralis Bapak Rosyid
Jenis usaha : Industri Informal
Bidang : Pembuatan Tralis
Tahun berdiri : 2016
Alamat : Rusunawa Komplek Seruni 4, Lantai
dasar 12. Cengkareng Timur. Kec. Cengkareng,
Jakarta Barat 11730
Jumlah pekerja : 2 orang
Tata ruang : (dilampirkan)
Jam kerja : 08.00 16.00 WIB
Jam istirahat : Jam 12.00 - 13.00 WIB
Denah
3.2 Data Demografi Tenaga Kerja
Pada usaha tralis Bapak Rosyid memiliki 2 orang
tenaga kerja laki-laki, yaitu Bapak Umar dan Bapak
teguh. Bapak Teguh berusia 41 tahun dengan
pendidikan terakhir SMA, dan Bapak Umar berusia 35
tahun dengan pendidikan terakhir SMP.
Para pekerja di usaha tralis milik bapak Rosyid
mengerjakan setiap tahap pengerjaan secara acak dan
bersamaan, terkadang Bapak Rosyid juga ikut serta
turun tangan dalam proses pembuatan tralis.
Para pekerja memiliki jam kerja aktif maksimal
sampai dengan 7 jam setiap harinya, dan istirahat
selama 1 jam. Para pekerja juga mendapatkan
konsumsi langsung dari bapak Rosyid jika ada untuk
sarapan dan makan siang.
3.3 Sanitasi Tempat Kerja
Proses Lokasi Sanitasi Ventilasi Pencahayaan Suhu Kelembaba Bising Ket
n
(C) (dB)
(rh%)

Pembuat Tempat Kerja Debu dan Baik Relatif karena 32,2 71 58


menggunakan
an Pola serpihan
pencahayaan matahari
besi
langsung

Pemoton Tempat Kerja Debu dan Baik Baik 32,2 77 98


gan serpihan
besi
LAS Tempat Kerja Debu dan Baik Baik 32,2 77 98
serpihan
besi
Pendingin Halaman Baik Baik Baik 32,2 71 58
an Besi
Peminda Tempat kerja Debu dan Baik Baik 32,2 77 85
han serpihan
besi
Pemasan Tempat Kerja Debu dan Baik Baik 32,7 71 68
gan mur serpihan
3.3.2 Faktor biologi
Karena sanitasi atau lingkungan ditempat kerja
yang kurang bersih, para pekerja berisiko terjadinya
infeksi. Ditambah dengan adanya kandang ayam dan
pemeliharaan tempat yang kurang, kotoran ayam di lantai,
mengundang datangnya lalat dan dapat menambah resiko
infeksi pada pekerja.

3.3.3. Faktor kimia


Adanya debu dan serpihan besi dari hasil
pemotongan dan gurinda yang mungkin terhirup atau
menempel pada kulit dan mata, serta bahan kimia yang
dihasilkan pada saat Las, pemotongan dan pendinginan
besi. Di tengah-tengah tempat kerja terdapat Sumber
gas bumi yang disalurkan ke rusun, suatu waktu gas
tersebut memiliki resiko untuk meledak ataupun bocor.
3.3.4. Faktor ergonomi
Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri
Sarana dan peralatan kerja kurang menunjang pekerjaan
Pembuatan Pola dilakukan di sembarang tempat, dapat sambil
berjongkok tanpa adanya alas tulis.
Pemotongan dan proses LAS dilakukan dengan posisi
berjongkok,tanpa meja menyebabkan pekerja menunduk dalam
waktu lama.
Pendinginan Besi dilakukan membungkuk.
Pemindahan barang dilakukan secara manual tanpa alat bantu.
Pemasangan mur baut dilakukan secara manual tanpa alat dan
pekerja dalam posisi berjongkok.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa para pekerja dapat


mengalami gangguan kesehatan kerja seperti kelelahan, cedera, dan
gangguan muskuloskeletal.

3.3.5 Faktor Psikologi


Tidak adanya kejelasan pembagian bagian kerja dan waktu lama
kerja.
Gambar 4 Alur Kerja

3.4 Alur Kerja


Pembuatan
Pola

Pemotongan

LAS

Pendinginan
Besi

Pemindahan

Pemasangan
Mur Baut
Urutan Bahaya potensial Gangguan Risiko
Kegiatan kesehatan yang kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomic Psikologi
mungkin terjadi kerja
Pembuatan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - tidak ada meja - - Gangguan - Trauma tajam
Pola - Kelembaban -serpihan besi - Jamur kursi pernapasan
71 rh% - Kotoran ayam - Strain
- Kebisingan - kelelahan
58 dB - infeksi
- Pencahayaan -low back pain
cukup baik
Pemotongan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Selalu jongkok - - Gangguan - Trauma tajam
- Kelembaban - Serpihan - Jamur - Gerakan pernapasan - MSD -trauma bakar
77 rh% Besi - Karat berulang - kelelahan -Trauma tumpul
- Kebisingan -Asap blender - Kotoran ayam - Alat-alat tajam -Infeksi
98 dB - Waktu kerja
- Pencahayaan yang lama
cukup baik -bising kerja

LAS - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Selalu Jongkok - - Gangguan - Trauma tajam
- Kelembaban - Asap las - Jamur - Gerakan pernapasan - MSD -Trauma Bakar
77 rh% -Srpihan besi - Kotoran ayam Berulang - Infeksi -Trauma tumpul
- Kebisingan -karat - Cahaya LAS - kelelahan
98 dB -Bising
- Pencahayaan
Pendinginan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Gerakan - - Gangguan -Trauma
Besi - -Air - Jamur berulang pernapasan - bakar
Kelembaban rendama - Kotoran - Waktu MSD -Trauma
71 rh% n ayam kerja yang - Infeksi tajam
- Kebisingan -Uap gas -Karat lama - kelelahan -Trauma
58 dB beracun tumpul
-
Pencahayaan
cukup baik
Pemindahan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Beban berat - Gangguan -Trauma tajam
- Kelembaban -serpihan - Jamur - Karat pernapasan - -Trauma
77 rh% besi - Kotoran MSD tumpul
- Kebisingan ayam - Infeksi
85 dB -Karat - kelelahan
- Pencahayaan
cukup baik
Pemasangan - Suhu 32,7C - Debu - Bakteri - Selalu - Gangguan -Trauma tajam
mur baut - Kelembaban -serpihan - Jamur Jongkok pernapasan - -Trauma
71 rh% besi - Kotoran - Gerakan MSD tumpul
- Kebisingan ayam Berulang - Infeksi
68 dB -Karat -Karat - kelelahan
Penilaian Tingkat Risiko
Bahaya Akibat Bahaya E P R Mengurangi Risiko Risiko
sisa

Debu Gangguan saluran napas L L L Menggunakan masker dan sering NIL


membersihkan ruangan

Mengangkat bahan Strain L L L Melakukan pereganggan otot L


sebelum bekerja

Trauma tajam Perdarahan dan luka robek M L M Teliti dalam proses pemotongan L
bahan dan alat pelindung diri

Lama jongkok Low back pain L L L Istirahat dan melakukan NIL


pereganggan otot

Lama Pekerjaan Stress L L L Istirahat dan rekreasi

Trauma tumpul Lebam, cedera M L M Berhati-hati saat memindahkan NIL


barang.

Cahaya Berlebih M M M Kacamata hitam L


3.6 Aplikasi K3 di tempat Kerja
Tidak adanya kebijakan K3
Tidak adanya penyuluhan tentang kesehatan
Tidak adanya pelatihan contoh kebakaran
ditempat kerja
Tidak adanya program untuk kesehatan
maupun keselamatan kerja dapat
mengakibatkan adanya atau tingginya risiko
pada pekerja baik di bidang kesehatan
maupun keselamatan kerja itu sendiri.
3.7 Temuan Kasus Penyakit Akibat
Kerja
Cepalgia, sesak napas, gangguan saluran
pernapasan seperti batuk, gangguan
muskuloskeletal yaitu mialgia dan nyeri
pinggang. Pada pekerja terdapat keluhan
masuknya serpihan besi yang masuk ke
dalam mata dengan frekuensi yang cukup
sering.
3.8 Temuan Hasil Pemeriksaan
Kesehatan Karyawan
No Nama Berat Suhu (oC) Nadi Takan darah
Badan (Kg) (x/menit) (mmHg)

1 Rosyid (48 tahun) 58,5 35,5 86 110/60

2 Teguh (41 tahun) 69,9 35,9 90 140/110

3 Umar (35 tahun) 54,4 36,9 68 90/60


BAB IV
Pembahasan
4.1 Pengetahuan Tentang K3
Setelah dilakukanan survey lapangan pada pekerja
tralia di di Rusunawa Komplek Seruni 4, Lantai
dasar 12. Cengkareng Timur. Kec. Cengkareng,
Jakarta Barat mendapatkan informasi dari pekerja
bahwa pekerja lumayan mengetahui tentang
kesehatan dan keselamatan kerja. Pekerja tidak
memakai kacamata hitam disebabkan karna
kurang bisa memakai perasaan dalam pekarjaanya
karna kacamata terlalu gelap, tidak memakai
masker dikarnakan tidak disediakan oleh pemilik,
tidak memakai sarung tangan di karnakan kuraang
nyman.
4.2 Sanitasi Tempat Kerja
Sanitasi tempat kerja kurang baik di
karnakan ada kandang ayamyang mana
ayamnya di lepas bebas sehingga kotoran
ayam ada dimana-mana, tempat cuci
tangan kurang memadai ventilasi bagus
namun tercemar bau kotoran dari
kandang ayam, kondisi lantai tidak
memakai kramik namun stiap pagi salu di
bersihkan.
4.3 Kondisi Lingkungan Kerja
Urutan Bahaya potensial Gangguan Risiko
Kegiatan kesehatan yang kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomic Psikologi
mungkin terjadi kerja
Pembuatan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - tidak ada meja - - Gangguan - Trauma tajam
Pola - Kelembaban -serpihan besi - Jamur kursi pernapasan
71 rh% - Kotoran ayam - Strain
- Kebisingan - kelelahan
58 dB - infeksi
- Pencahayaan -low back pain
cukup baik
Pemotongan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Selalu jongkok - - Gangguan - Trauma tajam
- Kelembaban - Serpihan - Jamur - Gerakan pernapasan - MSD -trauma bakar
77 rh% Besi - Karat berulang - kelelahan -Trauma tumpul
- Kebisingan -Asap blender - Kotoran ayam - Alat-alat tajam -Infeksi
98 dB - Waktu kerja
- Pencahayaan yang lama
cukup baik -bising kerja

LAS - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Selalu Jongkok - - Gangguan - Trauma tajam
- Kelembaban - Asap las - Jamur - Gerakan pernapasan - MSD -Trauma Bakar
77 rh% -Srpihan besi - Kotoran ayam Berulang - Infeksi -Trauma tumpul
- Kebisingan -karat - Cahaya LAS - kelelahan
98 dB -Bising
- Pencahayaan
Pendinginan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Gerakan - - Gangguan -Trauma
Besi - -Air - Jamur berulang pernapasan - bakar
Kelembaban rendama - Kotoran - Waktu MSD -Trauma
71 rh% n ayam kerja yang - Infeksi tajam
- Kebisingan -Uap gas -Karat lama - kelelahan -Trauma
58 dB beracun tumpul
-
Pencahayaan
cukup baik
Pemindahan - Suhu 32,2C - Debu - Bakteri - Beban berat - Gangguan -Trauma tajam
- Kelembaban -serpihan - Jamur - Karat pernapasan - -Trauma
77 rh% besi - Kotoran MSD tumpul
- Kebisingan ayam - Infeksi
85 dB -Karat - kelelahan
- Pencahayaan
cukup baik
Pemasangan - Suhu 32,7C - Debu - Bakteri - Selalu - Gangguan -Trauma tajam
mur baut - Kelembaban -serpihan - Jamur Jongkok pernapasan - -Trauma
71 rh% besi - Kotoran - Gerakan MSD tumpul
- Kebisingan ayam Berulang - Infeksi
68 dB -Karat -Karat - kelelahan
Temuan Hasil Pemeriksaan
Kesehatan Karyawan
Dari data yang didapatkan terdapat dua
orang pekerja yang bekerja sama tanpa ada
pembagian tugas. Didapatkan hasil
pemeriksaan kesehatan tidak ada pekerja
yang memiliki keluhan kesehatan. Pada
pemilik usaha yaitu bapak Rosyid ditemukan
adanya hipotensi, yaitu 110/60 mmHg dan
pernapasan takipneu 40x/menit. Didapatkan
hipertensi pada bapak teguh (140/110
mmHg) dan takipneu 60xmenit, dan
hipotensi pada bapak Umar (90/60 mmHg).
BAB V
Kesimpulan dan Saran
Faktor bahaya yang dialami pekerja tralis adalah
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dari masing-
masing alur pekerjaan seperti ;
Penggunaan alat untuk mengelas seperti cahaya
yang berlebihan,
Grindra untuk menghaluskan yang menghasilkan
serpihan besi yang terbang,
Besi yang berkarat, berserakan dan menumpuk,
Suara bising yang di timbulkan dari pukulan besi
Posisi jongkok yang terus menerus serta
lingkungan yang berseblahan dengan peternakan
ayam
Semua itu dapat menjadi masalah kesehatan yang mungkin terjadi yaitu
;
Serpihan besi masuk ke saluran nafas, dan menacap di kornea
dengan penanganan pertama dengan mengeluarkan serpihan
menggunakan ujung uang kertas bisa menyebabkan erosi pada
kornea,
Cahaya yang di timbulkan alat las menyebabkan pandangan kabur,
Suara bising yang dapat menyeababkan tuli,
Luka bakar karna pengelasan
Tetanus jika tertusuk besi yang berkarat serta adanya kotoran ayam
Diare karna banyaknya lalat yang hinggap di makanan dan minuman
sesak napas, sampai gangguan saluran pernapasan seperti batuk,
gangguan muskuloskeletal yaitu mialgia dan nyeri pinggang.
Hal ini diperburuk dengan pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri serta tidak mengtahui prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).
Alat pelindung diri yang kami ingin terapkan
adalah
1. menggunakan masker supaya serpihan besi tidak
terhirup
2. kacamata hitam melindungi mata dari serpihan
besi dan cahaya yang berlebih
3. sarung tangan supaya tangan terhindar dari luka
bakar dan lecet karna goresan besi
4. sepatu kusus supaya melindungi dari benda tajam
yang mungkin terinjak dan
5. kursi yang terdapat sandarannya agar tidak terus
menerus jongkok.
Oleh karena itu, kami telah membuat beberapa perencanaan
untuk menerapkan cara pengendalian bahaya kerja yang
terdapat pada industri tralis tersebut yaitu kegiatan yang
dimaksudkan adalah untuk meminimalisir, atau bahkan
menghilangkan faktor risiko bahaya kecelakaan kerja, sehingga
dapat mengurangi angka kejadian kecelakaan kerja.
Dapat menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar
Penyuluhan tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri
seperti masker, kacamata, sarung tangan, sepatu kusus dan
penerapan keselamatan kesehatan kerja di lingkungan kerja
oleh pemilik industri tralis tersebut.
Dengan demikian diharapkan dari hal ini, produktivitas kerja
dapat meningkat dan memberikan keuntungan bagi industri.
Saran
Bagi pekerja
Disarankan para pekerja menggunakan alat pelindung diri seperti
masker, kacamata hitam, sarung tangan, sepatu kusus.
Disarankan mempunyi SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam
seluruh tahap produksi.
Diharapkan pekerja lebih waspada terhadap bahaya dan risiko
kecelakaan kerja.
Menjaga kebersihan lingkungan tempat kerja.

Bagi pemilik perusahaan


Pemilik diharapkan lebih memperhatikan kesehatan, keselamatan,
dan kebersihan pada seluruh tahap proses produksi.
Pemilik diharapkan menerapkan SOP yang telah ditetapkan dalam
seluruh tahap produksi.
Mewajibkan kepada pegawainya untuk mengenakan alat pelindung
diri.
Bagi institusi pemerintah/puskesmas
Diharapkan institusi pemerintah memberikan
edukasi K3
Pemerintah mampu mememberian teguran atau
sanski pada industri yang tidak menerapkan SOP.
Pemerintah mampu mengadakan simulasi
kebakaran.

Bagi institusi pendidikan dan mahasiswa


Mampu bekerjasama dengan pemerintah maupun
pelayanan kesehatan mengenai penyuluhan,
simulasi kepada pekerja mengeni K3.
Referensi
Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th
edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011
Mangkunegara, A. P. A. A. Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya ofseet. 2009.
Maulana R., Djamhur H. A., Djudi M.M. Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Malang: Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. 2015.
Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Upaya Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007
Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di
Industri Informal (Konveksi). http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-
rifah-sakinah.html, diakses pada 2 November 2016
Ibrahim Jati Kusuma.Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 2 November
2013.
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia.. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia (PERMENAKER), 2016
Husni, L. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2006; 138
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. GrahaIlmu.
Yogyakarta. 2009
Sabdoadi. Pencegahan Kecelakaan Kerja di Industri. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya, 1999
Badan Pusat Statistik. diakses pada 26 April 2017.
http://www.bps.go.id/
Kementrian kesehatan republik indonesia. Diakses 27 April 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-
di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai