Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA PADA SISWA


KELAS X.A SMA PLUS N 7 KOTA BENGKULU

Penelitian Tindakan Kelas


(Classroom Action Research)

Disusun :
Yulia Monika
A1E014030
BAB I
Latar Belakang
1. Masih kurangnya pemahaman dan penguasaan
konsep Fisika siswa terhadap materi yang
diajarkan.
2. Rendahnya respon siswa terhadap pembelajaran
fisika dan siswa yang kurang aktif saat kegiatan
pembelajaran.
3. Guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas
yang menjadi subjek penelitian cendrung hanya
menerapkan satu bentuk model pembelajaran,
yaitu model pembelajaran langsung.
BAB I
Rumusan Masalah
Bagaimana menerapkan pembelajaran kontekstual
(CTL) sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar
fisika siswa kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota
Bengkulu?
Bagaimana menerapkan pembelajaran kontekstual
(CTL) sehingga dapat meningkatkan respon siswa
terhadap pembelajaran fisika siswa kelas X.A SMA
PLUS N 7 Kota Bengkulu?
Bagaimana menerapkan pembelajaran kontekstual
(CTL) sehingga dapat meningkatkan pemahaman
konsep fisika siswa kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota
Bengkulu?
BAB I
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana menerapkan
pembelajaran kontekstual (CTL) sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa kelas X.A
SMA PLUS N 7 Kota Bengkulu.
Untuk mengetahui bagaimana menerapkan
pembelajaran kontekstual (CTL) sehingga dapat
meningkatkan respon terhadap pembelajaran fisika
siswa kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota Bengkulu.
Untuk mengetahui bagaimana menerapkan
pembelajaran kontekstual (CTL) sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa kelas
X.A SMA PLUS N 7 Kota Bengkulu.
BAB I
Manfaat
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam strategi
pembelajaran fisika yaitu meningkatkan pemahaman konsep fisika melalui
penerapan pembelajaran kontekstual

Manfaat praktis
Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam strategi
pembelajaran fisika dengan penerapan pembelajaran kontekstual.
Bagi guru, dapat digunakan sebagai masukan alternatif dalam penerapan
pembelajaran fisika.
Bagi siswa, diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih
efektif dalam menguasai konsep fisika melalui penerapan pembelajaran
kontekstual.
Bagi sekolah, diharapkan dapat menambah literatur dalam pengambilan
kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan proses belajar fisika.
BAB II
Kajian Pustaka
A.Hakikat Pembelajaran Fisika
Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan
dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah,melalui
keterampilan menemukan antara
lain,mengamati,mengklasifikasi,memprediksi,menduga ,mendefinisikan secara
operasional,merumuskan hipotesis,menginterprstasikan data,mengontrol
variabel,melakuan eksperimen.
Melalui pelajaran fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam
membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kunatitatif matematis berdasarkan
analitis kualitatif dengan menggunkan berbagai konsep dan prinsip fisika.Dari
uraian diatas dapat disimpulkan dalam pembelajaran fisika untuk meneliti
masalah-masalah harus melalui kerja ilmiah,yang disebut metode ilmiah yaitu :
merumuskan masalah,merumuskan hipotesis,merancang dan melaksanakan
eksperimen,menganalisis data pengamaan,serta menarik kesimpulan.
B.Hubungan Teori Belajar Konstruktivisme dan Pembelajaran Kontekstual
Teori belajar konstruktivisme merupakan salah satu dari psikologi belajar kognitif
yang menyatakan bahwa tingkah laku dari hasil belajar merupakan penstrukturan
kembali pengetahuan dari pengalaman masa lampau (Hudojo, 1990:34).
Kusnandar (2011:300) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual tugas
guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan
dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru.
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk
mengubah tingkah laku seseorang.Sardiman (2012:101) mengemukakan kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar meliputi :Visual activities, Oral activities,
Listening activities, Writing activities,Drawing activitie,Motor activities,Mental
activities,Emotional activities.
D. Respon Siswa
Dalam kegiatan belajar, suasana belajar yang baik merupakan satu hal yang
sangat penting untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Dengan suasana yang belajar
yang baik akan mendukung interaksi yang terjadi antara guru dan siswa sehingga
pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Dengan
demikian, siswa akan merasa nyaman dan lebih antusias dalam mengikuti kegiatan
belajar.
E.Pemahaman Konsep fisika
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari fisika. Menurut Wardhani (2008:9) konsep merupakan
ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan dan mengklasifikasikan sekumpulan
objek.
F. Penelitian yang Relevan
Syafari (2012) melakukan penelitian tindakan kelas dengan penerapan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa XI SMA Swasta
Katolik Cinta Kasih Tebingtinggi T.A 2011/2012. Dari penelitian diketahui aktivitas siswa
mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase 54,27% hingga 62,80% pada siklus I.
Kemudian setelah diberi tindakan meningkat mencapai 70,37% hingga 80,00%.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
Jika diterapkan pembelajaran kontekstual pada materi suhu dan kalor dengan baik, maka
akan dapat meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota
Bengkulu.
Jika diterapkan pembelajaran kontekstual pada materi suhu dan kalor dengan baik, maka
akan dapat meningkatkan respon siswa terhadap pembelajaran fisika siswa kelas X.A SMA
PLUS N 7 Kota Bengkulu.
Jika diterapkan pembelajaran kontekstual pada materi suhu dan kalor dengan baik, maka
akan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota
Bengkulu.
H.Kerangka Pemikiran Input( siswa)

Guru menjelaskan peran siswa dalam proses belajar mengajar.


Guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa dan jenis jawaban yang
diharapkan.
Guru menciptakan pendahuluan yang menantang untuk membangkitkan minat belajar
siswa. (konstruktivisme)
Guru mempersilahkan siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah terbentuk.
(masyarakat belajar)
Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS)
Guru membimbing siswa pada saat pengerjaan LKS. (konstruktivisme, inkuiri dan
masyarakat belajar)
Guru memfasilitasi kegiatan penemuan. (inkuiri)
Guru bertanya untuk menggali informasi dari siswa. (bertanya)
Guru mengarahkan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok. (masyarakat
belajar)

Output:
Pemahaman konsep, aktivitas
dan respon meningkat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
action research). Arikunto (2010:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan
dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Arikunto (2010:108-109) menyebutkan beberapa prinsip PTK antara lain:
(1) problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru
kelas; (2) pendidik sejak awal menyadari adanya persoalan yang terkait
dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas; (3) dapat
dilakukan secara kolaboratif; (4) adanya tindakan (aksi) tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas; (5) adanya perubahan
kearah perbaikan dan peningkatan secara positif; (6) inkuiri reflektif,
bahwa kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice
driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (action driven); dan (7) reflektif yang berkelanjutan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Kelas X.A SMA PLUS N 7 Kota Bengkulu
Kota Bengkulu tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari
14 siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Siswa pada kelas ini memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
C. Faktor yang Diteliti
Aktivitas belajar siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual (CTL).
Profil respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual.
Pemahaman konsep fisika siswa melalui penerapan pembelajaran kontekstual (CTL).
D. Rancangan Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas (classroom action research), Penelitian tindakan kelas
terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Prosedur
pelaksanaan PTK meliputi: Penetapan fokus masalah penelitian,Merasakan adanya
masalah,Analisis masalah,Perumusan masalah,Perencanaan tindakan,Membuat
skenario pembelajaran,Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung,Mempersiapkan
instrumen penelitian,Melaksanakan simulasi dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang
bertujuan menguji keterlaksanaan rancangan,Pelaksanaan tindakan,Model penerapan
pelaksanaan pada penelitian menggunakan model penerapan gabungan pelaksanaan
tindakan dari model Sanford dan Kemmis. Proses pelaksanaan tindakan dapat diamati
sebagai berikut:
E. Instrumen Penilaian
Arikunto (2010:101) mengemukakan bahwa instrumen penilaian merupakan alat
bantu atau sarana bagi peneliti yang diwujudkan dalam bentuk benda, misalnya
angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar pengamatan dan soal tes yang
digunakan dalam metode pengumpulan data.
Penelitian ini menggunakan tiga instrumen penilaian yaitu lembar observasi
aktivitas, wawancara berbasis tugas dan lembar tes pemahaman konsep fisika.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan tes
pemahaman konsep.
G. Teknik analisis data
Lembar observasi
Wawancara berbasis tugas
Lembar tes
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Kegiatan observasi awal terhadap kelas yang menjadi subjek penelitian yaitu pada kelas
X.A SMA PLUS N 7 Kota Bengkulu.Observasi ini bertujuan untuk mengetahui
kendala-kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran dan mengenal karakteristik
siswa saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti
menemukan kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, antara
lain:
Suasana kelas kurang kondusif
Siswa yang duduk dibagian belakang mengalami kesulitan dalam memperhatikan
pembelajaran karena suara dan informasi yang diterima siswa kurang begitu jelas
Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan
Kegiatan belajar didominasi siswa-siswa tertentu yang memiliki kemampuan
akademik tinggi.
Pada pertemuan ini akan di adakan Pemberian tes awal dimaksudkan untuk mengetahui
pemahaman konsep awal siswa sebelum diterapkan tindakan. Tes awal yang diberikan
berbentuk 7 soal uraian (essay) yang masing-masing soal mewakili masing-masing
indikator pemahaman konsep fisika siswa.
Tabel Perkiran Hasil Tes Pemahaman
Pada Refleksi Awal
Hasil yang Indikator
diperoleh keberhasilan
Indikator pemahaman
Kategori
konsep

Menyatakan ulang sebuah


79,13% 66,67% Tinggi
konsep
Mengklasifikasi objek-
objek menurut sifat- 91,03% 66,67% Tinggi
sifat tertentu
Memberi contoh dan
bukan contoh dari 71,03% 66,67% Tinggi
konsep
Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk 35% 66,67% Sedang
representative
Mengembangkan syarat
11,2%
perlu dan syarat 66,67% Rendah
cukup suatu konsep
Menggunakan dan
memilih prosedur atau 61,72% 66,67% Sedang
operasi tertentu
Mengaplikasi konsep atau
algorima dalam 17,24% 66,67% Rendah
pemecahan masalah
Rata-rata persentase
52,33% 66,67% Sedang
B. Pembahasan
Peneliti mengarahkan kepada pengukuran 3 aspek penting pembelajaran, yaitu
aktivitas belajar, profil respon siswa dan pemahaman konsep fisika siswa.
Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dan profil respon siswa, maka akan
mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang
disampaikan.Penerapan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning) diawali dengan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa yang telah
berlangsung di kelas. Observasi yang dilakukan bertujuan mengetahui gambaran
awal tentang kelas yang akan diteliti, sehingga dapat mempersiapkan langkah
penelitian dengan lebih baik. Pelaksanaan tindakan selanjutnya dilakukan
dengan memberikan tes awal untuk melihat pemahaman awal siswa tentang
materi yang akan disampaikan sebelum dilakukan penerapan tindakan. Tes awal
juga diberikan sebagai pedoman pembentukan kelompok belajar yang heterogen.
Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual, peneliti menyusun
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tujuh komponen
pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum dan literatur yang menjadi
referensi terhadap materi yang diajarkan. Materi yang diterapkan pada penelitian
ini yaitu suhu dan kalor. Untuk memudahkan penerapan tindakan yang
dilakukan, peneliti menggunakan instrumen pembelajaran yang berbentuk
lembar kerja siswa (LKS).

Anda mungkin juga menyukai