Anda di halaman 1dari 40

Penurunan Kesadaran

et causa Ensefalopati Tifoid

EFRI HANDRIANSYAH
712016071
PEMBIMBING:
DR. HADY ASYIK, SP. A
Pendahuluan
Latar Belakang

Ensefalopati merupakan komplikasi tifoid dengan


gejala: kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah,
demam tinggi dan pemeriksaan cairan otak masih
dalam batas-batas normal.

Insidensi ensefalopati tifoid yang dilaporkan


bervariasi antara 10-30%. Dalam ketiadaan
terapi yang tepat, case fatality ensefalopati
tifoid tinggi, dimana dilaporkan sebanyak 56%.

Ensefalopati tifoid mengakibatkan morbiditas


dan mortalitas yang tinggi. Namun, terapi
antibiotik dengan deksametason IV dapat
menurunkan angka mortalitas dari 35-55%
menjadi 10%.
Laporan Kasus
Identifikasi

Nama : An. A
Umur : 9 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Ki Mas Rindo, RT 28, RW 07
Agama : Islam
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 19 Juni 2017
No RM : 53.94.04
Anamnesis

Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dibawa ke RSUD Palembang Bari dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak 7 hari yang lalu.
7 hari SMRS orang tua os mengatakan bahwa anak nya
mengalami penurunan kesadaran, os hanya mengerang dan
mengigau. 8 hari SMRS os demam terus menerus sudah diberi
obat penurun panas panas turun tetapi tidak sampai normal. Os
tidak nafsu makan sejak 7 hari yang lalu, mual (-), muntah (-), nyeri
perut (-), bab cair (-), menggigil (-), kejang (-). Os tidak dari
berpergian ke luar kota, mimisan (-), gusi berdarah (-), dan bintik-
bintik merah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu os menyangkal bahwa di keluarga ada yang mengalami keluhan
yang sama. Dan mengatakan bahwa di keluarga juga tidak ada
penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes dan asma bronkhial.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Anak
Hamil cukup bulan, riwayat demam (-),KPSW (-),ketuban
hijau (-), berbau (-), kental (-).
Riwayat persalinan: ditolong bidan, lahir spontan, langsung
menangis.

Riwayat Makanan
- ASI Eksklusif: 0 - 6 bulan - Susu formula: 6 - 12 bulan
- Bubur tim: 7 12 bulan - Nasi biasa: 1 tahun sekarang
Riwayat Imunisasi Riwayat Perkembangan
BCG: 1 kali Tengkurap : 4 bulan
DPT : 4 kali Duduk : 5 bulan
Polio : 4 kali Merangkak : 6 bulan
Hepatitis B : 3 kali Berdiri : 10 bulan
Campak : 1 kali Berjalan : 11 bulan
Kesan: Imunisasi dasar Bicara : 13 Bulan
lengkap Kesan : Perkembangan dalam
batas normal
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum Status Gizi


Kesadaran : Delirium, BB/U : 86% BB kurang
E4V2M5 PB/U : 97% Normal
HR : 128 /menit BB/TB: 92% Gizi baik
RR : 30 /menit BBI : 27 kg
Suhu: 38,1oC
Berat Badan : 25 kg
Tinggi badan: 130 cm
Pemeriksaan Khusus
Kulit : Sawo matang, kulit tidak tampak pucat.
Kepala : Muka sembab (-), konjungtiva anemis (-/-),sklera
ikterik (-), edema palpebra (-/-).
Telinga : Deformitas (-), sekret (-).
Hidung : Deformitas (-), NCH (-), sekret (-).
Tenggorokan: Faring hiperemis (-) T1/T1.

Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar.


Dada:

Paru Jantung
Inspeksi: Simetris, retraksi Inspeksi: Simetrsi (+/+),
(-) iktus tidak terlihat
Palpasi: dalam batas normal Palpasi: dalam batas normal

Perkusi: dalam batas normal Perkusi: dalam batas normal

Auskultasi: Vesikuler (+/+) Auskultasi: Bunyi jantung I


normal, rhonki (-), wheezing dan II normal, tunggal.
(-)
Abdomen
Inspeksi: Cembung, venektasi (-)
Palpasi: Lemas, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
undulasi (-)
Perkusi: Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi: Bising usus (+) Normal
Genital: Laki - laki, bdn
Anggota gerak

Ekstremitas superior : Ekstremitas inferior:


Gerakan bebas, edema (-/-), Gerakan bebas, akral
jaringan parut (-/-), hangat, pitting edema (-/-),
pigmentasi normal, telapak jaringan parut (-/-),
tangan pucat (-)/(-), jari pigmentasi normal, telapak
tabuh (-/-), turgor normal, kaki pucat (-/-), jari tabuh (-
sianosis (-/-) /-), turgor normal, sianosis
(-/-)
Pemeriksaan Neurologi

Tungkai Lengan
Pemeriksaan Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Belum Belum Belum dapat Belum dapat
dapat dapat diperiksa diperiksa
diperiksa diperiksa

Kekuatan Belum Belum Belum dapat Belum dapat


dapat dapat diperiksa diperiksa
diperiksa diperiksa

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Refleks fisiologis (+) (+) normal (+) (+)


normal normal Normal

Refleks patologis (-) (-) (-) (-)


Fungsi sensorik : dalam batas normal
Nn. Cranialis : dalam batas normal
GRM : tidak ada
Pemeriksaan hematologi 19 Juni 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,8 g/dl P : 14 16 g/dl Menurun
Leukosit 8.700 / ul 5.000 10.000 /ul Normal
Trombosit 30.000 / ul 150.000 400.000 /ul Menurun
Hematokrit 34% P : 37 43 % Menurun
Hitung jenis
- Basofil 0% 01%
- Eosinofil 1% 13%
- Batang 0% 26% Shift to the left
- Segmen 83 % 50 70 %
- Limfosit 12 % 20 40 %
BSS 83 mg/dl <180mg/dl
Widal Test O H
Typhus 1/320 1/320
Paratyphus A 1/80 1/160
Paratyphus B 1/80 1/160
Paratyphus C 1/320 1/320
Hasil pada pemeriksaan Liquor cerebro spinalis (20 Juni 2017)
Penilaian Hasil

Warna tidak berwarna

Kejernihan jernih

Nonne Negatif

Pandy Negatif

Jumlah Sel 3

Hitung jenis PMN 60%

Protein 0,1

Glukosa 59
Diagnosis Banding Tata Laksana
Penurunan Kesadaran ec IVFD D 5% 1/2 NS gtt 17
Ensefalopati Tifoid x/menit
Penurunan Kesadaran ec Injeksi ceftriaxone 1 x2 gr
Meningitis drip D5% 100 cc
Injeksi dexamethasone 3x8
Diagnosis Kerja mg
Penurunan Kesadaran ec PCT inf. 4 x 250 mg
Ensefalopati Tifoid
Tinjauan Pustaka
Ensefalopati Tifoid

Definisi
Ensefalopati tifoid adalah gejala demam tifoid diikuti oleh
suatu klinis berupa gangguan atau penurunan kesadaran akut
(kesadaran berkabut, apatis, delirium, somnolen, stupor atau koma)
dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal.
Epidemiologi
Insidensi ensefalopati tifoid yang dilaporkan bervariasi
antara 10-30%. Dalam ketiadaan terapi yang tepat, case
fatality ensefalopati tifoid tinggi, dimana dilaporkan
sebanyak 56%.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan ensefalopati metabolik tergantung
penyebabnya, usia dan keadaan neural ( misalnya kapasitas
untuk kompensasi pada suatu disfungsi), biasanya klinisnya
mirip, berupa penurunan kesadaran, kehilangan intelek
progres (dementia), hypereksitasi seperti dementia agitasi
(dilirium) atau kejang (myoclonus general dan multifokal,
kejang tonik-klonik).
Patogenesis
Patogenesis yang jelas mengenai komplikasi ini belum
diketahui. Gangguan metabolik, toksemia, hiperpireksia dan
perubahan otak non spesifik seperti edema dan perdarahan telah
menjadi hipotesis sebagai mekanisme yang kemungkinan terjadi.
Tatalaksana
Pengobatan utamanya adalah antibiotik:
Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama, dosis yang
diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian
selama 10 14 hari atau sampai 5 7 hari setelah demam turun.
Ampisilin (namun memberikan respons klinis yang kurang bila
dibandingkan dengan kloramfenikol) dosis yang dianjurkan
adalah 200mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian
intravena.
Namun, di beberapa negara sudah dilaporkan kasus demam tifoid
yang resisten terhadap kloramfenikol. Strain yang resisten
umumnya rentan terhadap sefalosporin generasi ketiga:
Seftriakson 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis
(maksimal 4 gr/hari) selama 5-7 hari Sefotaksim 150-
200mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
Sefiksim oral 10-15mg/kgBB/hari selama 10 hari dapat diberikan
sebagai alternatif.
Untuk kasus tifoid toksik, pengobatan antibiotik ini ditambahkan
dengan pemberian deksametason intravena (3mg/kgBB diberikan
dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan dengan 1mg/kgBB
tiap 6 48 jam).
Prognosis
Ensefalopati tifoid mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Namun, terapi antibiotik dengan deksametason
IV dapat menurunkan angka mortalitas dari 35-55% menjadi
10%.
Analisis Masalah
Seorang anak laki - laki, 9 tahun 2 bulan, dibawa ke
poliklinik anak RSUD Palembang Bari dengan keluhan utama
penurunan kesadaran .
Dari alloanamnesis didapatkan bahwa os mengalami
penurunan kesadaran yang disertai demam sejak 7 minggu yang
lalu dan demam terus menerus, diberi obat penurun panas turun tapi
tidak sampai suhu normal. Os tidak nafsu makan sejak 7 hari yang
lalu.
Pada pemeriksaan fisik SMRS didapatkan os tampak lemah,
kesadaran E4V2M5, suhu 38,1oC. Pada saat masuk rumah sakit os
didiagnosa mengalami penurunan kesadaran et causa ensefalopati
tifoid suspect meningitis karena keluhan penurunan kesadaran yang
dialami oleh os disertai adanya peningkatan suhu tubuh. Sedangkan
meningitis tidak dapat ditegakkan karena hasil pemeriksaan pungsi
lumbal tidak ditemukan adanya kelainan.
Ensefalopati merujuk pada setiap penyakit degeneratif pada
otak. Terkadang, gejala demam tifoid diikuti oleh suatu sindrom
klinis berupa gangguan atau penurunan kesadaran akut (kesadaran
berkabut, apatis, delirium, somnolen, stupor atau koma) dengan
atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal.
Maka dari itu os diterapi antibiotik berupa injeksi
ceftriaxone 1 x2 gr drip D5% 100 cc, injeksi dexamethasone 3x8
mg, IVFD D 5% 1/2 NS gtt 17 x/menit. parasetamol inf. 4 x 250 mg
apabila ada demam. Dan os juga disarankan untuk memeriksa
pemeriksaan penunjang berupa darah rutin dan lumbal pungsi.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil
hemoglobin yang rendah, penurunan jumlah trombosit, peningkatan
jumlah netrofil segmen, serta hasil tes widal positif. Yang mana
menunjukkan terdapatnya proses inflamasi bakteri yang mendukung
diagnosis demam tifoid.
Pada pemeriksaan lumbal pungsi didapatkan tidak ada
kelainan. Dilakukan lumbal pungsi karena os didiagnosa
kemungkinan menderita meningitis tetapi pada hasil pemeriksaan
LCS tidak didapatkan kelainan, dan lebih mendukung diagnosis
ensefalopati karena pada ensefalopati cairan LCS masih dalam
batas normal.
Maka berdasarkan teori dan hasil anamnesis serta
pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa os mengalami
penurunan kesadaran ec ensefalopati tifoid.
Tatalaksana pada kasus ini adalah pemberian antibiotik dan
kortikosteroid, pemberian kortikosteroid bertujuan untuk
menurunkan efek fisiologis yang ditimbulkan dari produk makrofag
dan bertindak sebagai antioksidan sehingga menurunkan fatalitas.
Edema serebelar dan kongesti vena otak sering ditemukan pada
ensefalopati tifoid, dan deksametason diperkirakan berperan dalam
menurunkan kondisi ini, tatalaksana pada kasus ini telah sesuai
dengan teori.
Prognosa pada kasus ini dubia ad bonam, karena os akan sembuh
total apabila rutin mengkonsumsi obat yaitu antibiotik dan
pemberian steroid.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai