Nama : Ny. L
No. RM : 163394
JK : Perempuan
Usia : 58 Tahun
TB/BB :-/-
Ruang : B1
Status :ASKES
MRS : 18 Februari 2016
TD (mmHG) 130/90
Nadi (x/menit) 80
T (C) 36
Pemeriksaan Laboratorium
Batu empedu ukuran 1,5 cm, (+)CBD CBD: commont bile duct (batu
empedu
pada kantung empedukolelitiasis).
BUN 10-24 53
SOAP
Subjektive Objektive Assesment Plan
Mual, perut perih disertai 1) Hasil Urea Breath Test Gastritis akut et causa H.pylori 1) Lansoprazole
Mekanisme:
Setelah diabsorpsi amoksisilin didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh. Kadar terapi dalam jaringan-jaringan seperti cairan sendi,
pleural, pericardium dan empedu. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam sekresi prostate, jaringan otak, dan cairan intraokuler.
Amoksisilin adalah derivat-hidroksi (1972) dengan aktivitas sama dengan ampisilin. Tetapi resorbsinya lebih lengkap dan pesat dengan
kadar darah dua kali lipat. Waktu paruhya 1-2 jam. Persentasi pengikatan pada protein jauh lebih ringan daripada pen-G dan pen-V.
Difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik, antara lain ke dalam air liur pasien bronchitis kronis. Kadar bentuk aktifnya dalam kemih
jauh lebih tinggi daripada ampisilin (ca 70%) hingga lebih banyak digunakan pada infeksi saluran kemih. Efek samping. Gangguan
lambung usus dan rash lebih jarang terjadi (Tjay dan Kirana, 2002). Amoksisilin merupakan antibiotika dari penisilin semisintetik yang
stabil dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti ampisilin.
Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan dalam lambung dan setelah 1 jam
konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehingga efektivitasnya tinggi. Amoksisilin diekskresikan atau dibuang terutama melalui ginjal,
dalam air kemih terdapat dalam bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap organisme gram positif dan gram negatif. Penggunaan
amoksisilin seringkali dikombinasikan dengan asam klavulanat untuk meningkatkan potensi dalam membunuh bakteri.
Dosis :
Oral 3 dd 375-1000mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, 3-10 tahun 3 dd 250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125 mg, 0-1 tahun 3 dd 100 mg. juga
diberikan secara i.m./i/v.
Indikasi:
Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akutdan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak
terkomplikasi,infeksi kulit dan jaringan lunak.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya. Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau
turunannya.-Jangan digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena Amoxicillin oral tidak menembus ke
Interaksi obat : Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau ampicillin
diberikan bersama allupurinol
Antikoagulan INR dapat terganggu dengan pemberian penisilin spectrum luas seperti
ampicillin, meskipun studi gagal menunjukkan interaksi dengan coumarin
atau phenindione
Farmakokinetik
Absorbsi
Kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung di
lambung dan usus halus bagian atas. Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung (kecuali doksisiklin
dan monosiklin), pH tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat
dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.
Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorbsinya dari sediaan tetrasiklin biasa
Distribusi
Dalam plasma serum jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan
Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar
golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dalam
jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di dentin dan email gigi yang
belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin
Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya
anti biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem
transport aktif. Setelah masuk anti biotik berikatan secara revarsible dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA amino
asil pada kompleks mRNA ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat
terhentinya sintesis protein (1)
Interaksi
Golongan tetrasiklin dengan antasida, tetrasiklin dengan garam bismuth, tetrasiklin dengan
cholestyramine atau colestipol, tetrasiklin dengan pengalkali urin, tetrasiklin dengan anti
koagulan oral, tetrasiklin dengan kontrasepsi oral, tetrasiklin denga digoxin
Dosis
Corsamycin 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari
Penggunaan obat
Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontraindikasi
Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.
4. Ursodeoxycholoc acid
Mekanisme:
Menghambat sekresi kolesterol oleh empedu dan mengurangi absorpsi kolesterol oleh usus halus, serta di gunakan untuk
menghancurkan batu kolesterol pada pasien yang memiliki kandung empedu yang berfugsi normal . juga akan
meningkantakan sekresi empedu oleh hati dan memperbaiki pengosongan kandung empedu . UDCA dapat di gunakan
hingga 2 tahundan selanjutnya 3-4bulan sesudah batu empedu menghilang.
Namun deikian batu empedu tidak semuanya hancur sehingga dapat menimbulkan kekambuhan 1-1,5 tahun berikutnya.
UDCA dapat memiliki efek samping minimal, kurang menyebabkan diare dan tidak meningkatkan kolesterol serta tidak
menyebabkan toksisitas pada hepar.
Indikasi:
Pelarutan batu empedu, sirosis empedu primer.
Peringatan:
Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui disarankan untuk tidak mengonsumsi asam ursodeoksikolat kecuali
disarankan oleh dokter sebagai tindakan yang perlu dilakukan. Asam ursodeoksilat tidak direkomendasikan untuk
diberikan kepada anak-anak.
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan hati, penyakit yang berhubungan dengan usus (misalnya penyakit Crohns dan
kolitis ullseratif), dan penyakit yang berhubungan dengan kandung empedu selain penyakit batu empedu.
Harap berhati-hati juga bagi orang yang pernah menjalani prosedur operasi pada usus.
Konsultasikan kepada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat apa pun, terutama obat-obataan golongan pengganti
hormon dan kontrasepsi. Jangan menggunakan asam ursodeoksikolat bersamaan dengan obat-obatan lainnya tanpa
petunjuk dari dokter. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Jika terjadi reaksi alergi
atau overdosis, segera temui dokter.
Interaksi:
Kolestiramin atau Al(OH)3 memblok absorpsi asam ursodeoksikolat.
Kontraindikasi:
Batu radio-opak, batu kolesterol yang mengalami kalsifikasi, batu radiolusen, pigmen empedu; kolesistitis akut yang tidak
mengalami remisi, kolangitis, obstruksi biliar batu pankreas atau fistula biliar gastrointestinal; kehamilankandung empedu
tidak berfungsi; penyakit radang dan kondisi lain dari usus halus; kolon yang menganggu sirkulasi enterohepatik garam-
garam empedu; penderita dengan kalsifikasi batu empedu
Efek Samping:
Mual, muntah, diare, kalsifikasi batu empedu; pruritus, ruam kulit, kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, gangguan
pencernaan makanan, rasa logam, nyeri abdominal, kolesistitis, konstipasi, stomatitis, flatulen, pusing, lelah, ansietas,
depresi, gangguan tidur, atralgia, mialgia, nyeri punggung, batuk, rinitis.
Dosis:
Pelarutan batu empedu, 8-12 mg/kg bb sehari dalam dosis tunggal menjelang tidur atau dalam 2 dosis terbagi sampai
selama 2 tahun, obat diminum bersama dengan susu atau makanan; pengobatan dilanjutkan selama 3-4 bulan setelah
batunya melarut.Sirosis empedu primer: 10-15 mg/kg bb sehari dalam 2-4 dosis terbagi. Pemutusan pemberian asam
ursodeoksikolat selama 4 minggu berarti pengobatan harus dimulai lagi dari awal.
GUIDLINE TERAPI
..\Downloads\Helicobacter_guidance_update_post_Maastricht_IV_24_10.pdf
..\Downloads\Kolesistisis.pdf
..\Downloads\661.pdf
TERIMA KASIH