Anda di halaman 1dari 51

KELOMPOK 1

Sistem Pengapian
Nama:
Ilyas Sofana
Khotibul Umam
Hendra Mustafa
SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dengan
meletikkan bunga api pada waktu yang tertentu. Pada motor bakar bensin menggunakan busi yang
meletikkan api pada kedua elektrodanya di saat akhir langkah kompresi.
PEMBAGIAN SISTEM PENGAPIAN

Konvensional: : Sistem pengapian konvensional merupakan sistem pengapian baterai pada motor
bensin yang masih menggunakan platina untuk memutus hubungkan arus primer koil, yang
nantinya bertujuan untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder yang
akan disalurkan ke masing masing busi.
Elektronik: Sistem pengapian elektronik merupakan sistem pengapian yang menggunakan
komponen elektronik seperti transistor, dioda, resistor dan kapasitor untuk memperbesar efisiensi
sistem penyalaan. Sistem pengapian elektronik juga dikenal dengan sistem pengapian transistor.
PERBEDAAN SYSTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
DENGAN SYSTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
KOMPONEN KOMPONEN SYSTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL
A. Baterai, menyediakan arus listrik tegangan rendah (biasanya 12 volt) untuk ignation coil.

B. Ignition coil, menaikan tegangan yang di terima dari baterai menjadi tegangan tinggi

C. Distributor, membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada ignation coil ke busi.

- Cam (nok), membuka kontak point platina (breaker point) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat untuk masing masing silinder

- Breaker point (platina), menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder ignition coil, yang diperlukan untuk pengapian di masing masing silinder.

- Capasitor (condensor), menyerap lompatan bunga api yang terjadi antara breaker point (pada platina) pada saat membuka dengan tujuan menaikan tegangan coil
skunder.

- Centrifugal governor advancer, memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan putaran mesin. Bagian ini terdiri dari governor weight dan governor sprin

- Vacuum advancer, memajukan atau mengundurkan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacuum intake manifold) yang bertambah atau berkurang.

- Rotor, membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignation coil ke tiap-tiap busi.

- Distributor cap, berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang telah dibangkitkan di kumparan skunder dari rotor ke kabel tegangan tinggi

D. Kabel tegangan tinggi, mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.

E. Busi, mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya.
PRINSIP KERJA SYSTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Arus listrik mengalir dari baterai menuju ke kunci kontak. Pada saat starter, arus listrik dari ignition switch (kunci
kontak) mengalir langsung menuju terminal pada ignition coil, sedangkan pada saat mesin hidup, arus dari kunci
kontak terlebih dahulu melalui external resistor dengan tujuan untuk mengurangi efek pemanasan pada ignition
coil.
Saat kontak point (platina) menutup, arus dari kunci kontak mengalir ke ignition coil melalui kumparan primer coil
dan mendapatkan massa pada platina. Pada inti besi coil ignition akan terjadi kemagnetan. Besarnya kemagnetan
bergantung pada besarnya arus listrik yang mengalir dan lamanya pengaliran arus listrik.
Saat kontak point membuka, arus listrik yang mengalir melalui rangkaian primer coil akan terputus akibat platina
tidak dapat memberikan masa. Hal ini akan menyebabkan kemagnetan pada inti besi koil akan menghilang.
Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya perubahan garis gaya magnet pada sekitar inti besi. Dampak yang
ditimbulkan adalah terjadinya induksi pada kumparan primer dan kumparan sekunder. Tegangan ini selanjutnya
dialirkan ke distributor untuk dibagikan ke masing-masing busi pada silinder mesin sesuai dengan urutan
pengapian.
SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

Terdapat beberapa macam sistem pengapian elektronik :


1) PEMBANGKIT PULSA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
2) SISTEM PEWAKTU PENGAPIAN ELEKTRONIK (EST)
3) SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPACITOR DISCHARGE IGNITION)
PEMBANGKIT PULSA SISTEM PENGAPIAN
ELEKTRONIK

PEMBANGKIT PULSA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK TERDAPAT 3 SISTEM YAITU


- SENSOR PENGHIMPUN MAGNET (MAGNETIC PICK-UP SENSOR)
- PEMBANGKIT EFEK HALL
- SENSOR POSISI POROS ENGKOL OPTIK
SENSOR PENGHIMPUN MAGNET (MAGNETIC PICK-
UP SENSOR)
Sensor penghimpun magnet (magnetic pick-up sensor) terdiri dari lilitan kawat dan inti magnet
permanen. Magnet permanen membentuk medan magnet di sekeliling lilitan kawat.
Ketika benda logam mengganggu keseimbangan medan magnet, tegangan listrik terbentuk pada
lilitan kawat. Tegangan ini dibangkitkan pada lilitan kawat. Sinyal tegangan ini diperkuat oleh
mikrokomputer.
Sensor posisi poros engkol (cp, crankshaft position) adalah salah satu contoh dari penghimpun magnet.
Sensor CP mempunyai perangkat penghimpun magnet. Sensor CP biasanya di tempatkan pada blok
engine. Cincin pulsa poros engkol ditempatkan pada poros engkol. Tonjolan logam ditempatkan di
bagian pinggiran cincin pulsa
Saat cincin pulsa berputar, tonjolan sejajar dengan ujung sensor posisi poros engkol. Tonjolan logam
tersebut memotong medan magnet. Gangguan terhadap medan magnet membangkitkan tegangan
sinyal tegangan pada lilitan kawat.
PEMBANGKIT EFEK HALL

Efek hall adalah nama yang diberikan berdasarkan E.H. Hall yang menemukan efek ini pada tahun 1879.
Bahan semi konduktor tipis yang berbentuk garis (pembangkit hall) mempunyai aliran arus konstan yang
mengalirinya. Ketika medan magnet didekatkan pada pembangkit hall sehingga medan magnet tegak lurus
terhadap bahan semi konduktor (pembangkit hall), akan muncul tegangan rendah pada sisi semi konduktor
yang berbentuk garis. Tegangan ini disebut tegangan hall. Saat magnet dijauhkan tegangan hall akan turun
pada titik nol. Kedua hal tersebut di atas, arus yang konstan dan medan magnet yang tegak lurus terhadap
bahan semi konduktor diperlukan untuk membangkitkan tegangan hall.
SENSOR POSISI POROS ENGKOL OPTIK
Sensor posisi poros engkol optik menggunakan piringan yang secara langsung dihubungkan dengan
poros pemutar. Sebagai pengganti sudu, piringan dilengkapi dengan lubang-lubang yang posisinya
berhubungan dengan derajat perputaran. Ditempatkan pada setiap sisi piringan sebuah LED (light
emitting diode) dan sebuah phototransistor. Lubang pada piringan memungkinkan cahaya dari LED
mencapai phototransistor, digunakan sebagai sensor. Output phototransistor diperkuat untuk
memberikan sinyal tegangan ke ECU
SISTEM PEWAKTU PENGAPIAN ELEKTRONIK (EST)

Sistem pewaktu pengapian elektronik menggantikan sistem pemaju saat pengapian konvensional
yaitu sistem sentrifugal dan vacuum. Ini memberikan saat pengapian yang optimum yang
diperlukan oleh engine yang dipengaruhi oleh kecepatan, beban, temperatur pendingin engine,
posisi throttle dan kondisi kerja motor starter dan kompresor sistem penyejuk udara.
Sensor-sensor memberikan informasi kerja engine kepada modul, yang akan menghitung saat
pengapian yang diperlukan dan merubah sinyal keluaran kepada coil pengapian untuk
memberikan pengendalian saat pengapian.
SISTEM PENGAPIAN CDI

CDI bekerja dengan prinsip kerja yang berbeda dengan sistem pengapian yang telah dijelaskan
sebelumnya. Ini dikembangkan untuk engine yang mempunyai unjuk kerja tinggi. Pernbedaan
utama dengan sistem pengapian elektronik adalah pada kapasitor penyimpan dan cara kerja
modul elektronik.
PRINSIP KERJA SISTEM CDI

Modul elektronik mengendalikan perubahan catudaya 12V ke 400V yang digunakan untuk
mengisi kapasitor penyimpanan yang besar tegangan. 400 V diperlukan untuk mencapai tingkat
energi yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem.
Pada titik pengapian theristor dipicu, muatan kapasitor dikosongkan melalui lilitan utama koil
pengapian. Kecepatan pertumbuhan medan magnet jauh lebih cepat daripada sistem pengapian
konvensional dengan efek tegangan yang cepat terjadi pada lilitan sekunder untuk
menghasilkanbung api pada busi. Begitu muatan kapasitor dikosongkan theristor mati untuk
kemudian memulai kembali siklus pengapian.
KEENAM BAGIAN UTAMA DARI SISTEM
PENGAPIAN CDI TERSEBUT DAPAT DIJELASKAN
SEBAGAI BERIKUT.

A. DC to DC converter. Bagian ini berfungsi untuk mensuplai tegangan untuk pengisian kapasitor.
Bagian ini pada prinsipnya terdiri dari rangkaian pengubah arus searah (DC) dari baterai menjadi
(seolah-olah) arus bolak- balik (AC) dengan rangkaian flip-flop. Arus AC yang dihasilkan kemudian
dinaikan tegangannya oleh transformator step up menjadi sekitar 300 sampai 500 volt dan kemudian
disearahkan kembali dengan dioda sistem jembatan. 33 tegangan tinggi inilah yang digunakan untuk
mengisi kapasitor. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa bagian ini berfungsi untuk mengubah
arus DC menjadi AC kemudian dinaikan tegangannya dan kemudian disearahkan kembali menjadi DC.
B. Kapasitor. Bagian ini berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang disuplai oleh DC to DC converter.
C. Contact point atau pick up coil. Bagian ini berfungsi sebagai pemicu (trigger) atau penghasil sinyal
untuk mengaktifkan thyristor.
D. Amplifier. Bagian ini berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh bagian pembangkit
sinyal sehingga sinyal tersebut cukup kuat untuk mengaktifkan thyristor.
E. Thyristor switch. Bagian ini berfungsi untuk mengalirkan energi dari kapasitor ke koil pengapian.
Thyristor ini merupakan komponen semikonduktor yang akan bekerja (ON) oleh adanya pulsa
tegangan pada kaki gate-nya. Pada saat distributor berputar, pulsa tegangan dihasilkan oleh pick up
coil. Pulsa ini dikuatkan oleh amplifier untuk kemudian meng-on-kan thyristor. Pada saat ON inilah
kapasitor mengeluarkan energinya ke kumparan primer koil. Kemudian thyristor kembali OFF dan
kapasitor terisi kembali.
F. Koil. Koil pengapian dalam hal ini berfungsi sebagai transformator yang menghasilkan tegangan
tinggi untuk disalurkan ke busi
DIAGNOSIS KERUSAKAN PADA SISTEM PENGAPIAN
GEJALA KEMUNGKINAN PENYEBAB CARA MENGATASI
Mesin tidak dapat hidup a. Busi mati atau busi kotor a. Ganti busi atau bersihkan
(tidak ada percikan api di b. Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan b. Ganti kabel tegangan tinggi
busi) c. Rotor tidak terpasang c. Pasang rotor
d. Urutan pengapian tidak benar d. Perbaiki urutan pengapian
e. Platina terganjal kotoran e. Bersihkan kotorannya
f. Platina menutup terus atau membuka terus f. Stel celah platina/ sudut dweel
g. Koil mati g. Ganti koil
h. Kondensor mati h. Ganti kondensori
i. Konektor kabel lepas i. Pasang konektor kabel yang lepas
j. Kabel putus j. Ganti / perbaiki kabel yang putus
k. Kontak rusak k. Ganti kontak
Mesin sulit hidup a. Deposit di busi berlebihan a. Bersihkan atau ganti busi
(percikan api di busi b. Kabel tegangan tinggi bocor b. Ganti kabel tegangan tinggi
kecil) c. Tutup distributor kotor c. Bersihkan terminal di tutup distributor
d. Karbon di tutup distributor hilang d. Pasang kaarbon ataau ganti tutup distributor
e. Tutup distributor retak e. Ganti tutup distributor
f. Urutan pengapian tidak benar f. Perbaiki urutan pengapian
g. Platina kotor g. Bersihkan kotoran
h. Stelan celah platina tidak tepat h. Stel celah platina/ sudut dweel
i. Saat pengapian tidak tepat i. Stel saat pengapian
j. Koil rusak j. Ganti koil
k. Kondensor rusak k. Ganti kondensori
l. Konektor kabel kotor l. Bersihkan terminal konektor kabel
m. Kontak kotor m. Bersihkan kontak atau ganti
Terjadi ledakan di knalpot a. Busi kotor a. Bersihkan busi atau ganti
b. Platina kotor b. Bersihkan platina atau ganti
c. Saat pengapian terlalu mundur c. Stel saat pengapian

Terjadi ledakan di knalpot Kerja vacuum advancer kurang sempurna Perbaiki mekanisme vacuum advancer
saat pedal gas dilepas

Terjadi ledakan di knalpot Kerja centrifugal advancer kurang Kerja centrifugal advancer kurang sempurna
saat pedal gas ditekan sempurna

Busi cepat kotor a. Pemakaian busi yang tidak tepat a. Ganti busi dengan tingkat panas yang tepat
b. Platina kotor b. Bersihkan atau ganti busi
c. Saat pengapian tidak tepat c. Stel saat pengapian

Elektrode busi meleleh Pemakaian tingkat busi yang terlalu Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih
panas dingin
A SISTEM PENGAPIAN

Fungsi :
Menyediakan percikan api pada saat yang
tepat untuk menyalakan campuran bensin
dan udara dalam ruang bakar.
Besarnya api busi pada saat yang tepat
sesuai kondisi mesin sangat menentukan
kesempurnaan pembakaran.

Jenis Sistem Pengapian :

1. Battery :
a. Konvensional (Platina)
b. CDI CDI-DC
2. Magneto :
a. Konvensional (Platina)
b. CDI CDI-AC
ASTREA SUPRA

Kunci Kontak

Alternator

CDI Unit

Pulse
Ignition Coil Generator
SPESIFIKASI SISTEM PENGAPIAN SUPRA
KARISMA
GL NEOTECH
B ALTERNATOR

Rotor

Stator

Fungsi Alternator :
Alat pembangkit arus listrik AC
Bekerja berdasarkan prinsip elektro magnetik.
Prinsip kerja :
Magnet yang melintasi kumparan, maka akan timbul garis gaya magnet di
sekitar kumparan.
Saat magnet melintasi kumparan, maka garis gaya medan magnet di sekitar
kumparan hilang.
Akibat berubah-ubahnya garis gaya medan magnet, maka akan dihasilkan
tegangan induksi pada kumparan.

Besarnya induksi tergantung :


Kecepatan gerakan magnet
Besarnya medan magnet
Jumlah gulungan
B GENERATOR PEMBANGKIT PULSA
Fungsi :
Menghasilkan tegangan pulsa untuk mengatur
kerja SCR.

Konstruksi :
Generator Pulsa terdiri dari sebuah magnet
permanen yang dililiti kumparan.

Cara Kerja :
Signal rotor mendekati atau meninggalkan
generator pulsa, akan terjadi perubahan garis-
garis gaya magnet.

Perubahan garis-garis gaya magnet akan


menghasilkan tegangan pulsa.

Signal rotor mendekati kumparan Tegangan


pulsa positif

Signal rotor meninggalkan kumparan


Tegangan pulsa negatif
PEMERIKSAAN KUMPARAN
PEMBANGKIT ALTERNATOR
Ukur tahanan kumparan pembangkit
alternator antara terminal
Hitam/Merah dan Massa.
STANDAR: 100 - 400 (NF100)

PEMERIKSAAN KUMPARAN PULSA


PENGAPIAN
Ukur tahanan generator pulsa
pengapian antara terminal
Biru/Kuning dan Hijau.

STANDAR: 50 - 170 (NF100)


PEMERIKSAAN TEGANGAN PUNCAK
KUMPARAN PENGAPIAN
Ukur tegangan puncak dengan Voltmeter AC
pada kabel Hitam/Merah dengan Hijau.
STANDAR: 100 V (NF100)

PEMERIKSAAN TEGANGAN PUNCAK


KUMPARAN PEMBANGKIT
Ukur tegangan puncak dengan Voltmeter AC
pada kabel Biru/Silver dengan Hijau.
STANDAR: 0,7 V (NF100)
PEMERIKSAAN STATOR

TYPE HITAM/MERAH BIRU/KUNING PUTIH


GL SERIES 150 - 600 500 - 600 0,2 - 2,0
WIN 150 - 700 120 - 160 0,3 - 0,6
TIGER 100- 300 290 - 360 0,1 - 1,0
NEOTECH - 290 - 360
NSR 50 - 200 150 - 300 0,1 - 1,0
STAR 100 - 400 50 - 170 0,1 - 1,0
GRAND 100 - 400 180 - 280 0,1 - 1,0
SUPRA 100 - 400 180 - 280 0,1 - 1,0
KARISMA - 50 - 170 0,3 - 1,1

* Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
C CDI

CDI = CAPASITIVE DISCHARGE IGNITION

Pengganti platina Mengontrol arus listrik ke Ignition Coil


Keunggulan CDI >< Platina :
Tidak memerlukan penyetelan.
Menghasilkan tegangan listrik lebih besar dan stabil.
Saat pengapian lebih tepat, sesuai putaran mesin.
Berdasarkan sumber arus CDI :
CDI AC : Astrea Series, GL Series, Tiger, NSR 150R
CDI DC : GL Neotech, Karisma, Kirana, NSR 150RR, Sonic
PRINSIP KERJA CDI - AC
Rangkaian Sederhana DC CDI
Kapasitor
Utama Ign. Coil

250V

Trafo
D1 D2
Busi
Kapasitor 2
Transistor

12 V
Battery SCR
D3
Rotor PC
Coil
Trigger Circuit

ACG Unit CDI Unit IGN. Unit


FUNGSI KOMPONEN : Kapasitor Utama : Menyimpan arus listrik
D1 : Menghilangkan Ripple ( Noise ) tegangan dari battery Kapasitor 2 : Menyimpan arus listrik
D2 : Menghilangkan Ripple dari Trafo SCR : Saklar otomatis Discharge Gate
D3 : Menghilangkan Ripple akibat terjadinya Induksi Trigger circuit : Pengubah dan pengatur sinyal ke SCR
Trafo : Menaikkan Tegangan 12 volt 350 volt Transistor : Electrical switch / Saklar elektronis
PENGAJUAN WAKTU PENGAPIAN

Saat pengapian diatur oleh SCR yang akan bekerja


berdasarkan tegangan pulsa pada kaki Gate
Pengajuan pengapian diatur oleh ignition timing circuit
dengan mengatur tegangan pulsa ke kaki Gate SCR.
PRINSIP PENGAJUAN SAAT PENGAPIAN

Putaran mesin naik tegangan kump pembangkit pulsa naik


ambang batas tegangan picu ke SCR dicapai lebih awal.
PEMERIKSAAN WAKTU PENGAPIAN

Pemeriksaan waktu pengapian


menggunakan timing light :
Idle Speed : garis F segaris tanda
penyesuai.
Putaran mesin ditambah, garis F
bergeser.
High Speed : garis F harus berada
tepat di tengah dua garis tanda
penyesuai.
PEMERIKSAAN CDI UNIT ASTREA GRAND

EXT SW
IGN
(Bl/R) (Bl/W)
(Bl/Y)

PC E
(Bu/Y) (G)

KETERANGAN :
TESTER : SANWA, SKALA : X 1K
Kabel SW EXT PC E IGN
Terminal Menuju
+ Bl/W Bl/R Bu/Y G Bl/Y
-

S S S S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W
EXT Exiter Kump Pengapian Bl/R 18 260 180

S S S
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 260 60
E Earth Massa G 18

S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y

*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT ASTREA PRIMA/ STAR/ WIN

EXT SW
IGN
(Bl/R) (Bl/W)
(Bl/Y)

PC E
(Bu/Y) (G)

KETERANGAN :
TESTER : SANWA, SKALA : X 1K
Kabel SW EXT PC E IGN
Terminal Menuju
+
- Bl/W Bl/R Bu/Y G Bl/Y

S S S S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W 100 100 100

S
EXT Exiter Kump Pengapian Bl/R 5
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 75 35 14
E Earth Massa G 16,5 5 60

S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y

*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT GL SERIES
EXT SW
IGN
(Bl/R) (Bl/W)
(Bl/Y)

PC E
(Bu/Y) (G)

KETERANGAN :
TESTER : SANWA, SKALA : X 1K
Kabel SW EXT PC E IGN
Terminal Menuju
+
- Bl/W Bl/R Bu/Y G Bl/Y

S S

S S

S S S S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W
EXT Exiter Kump Pengapian Bl/R 5
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 140 100 60
E Earth Massa G 16,5 5 60

S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y

*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT TIGER

SW EXT E
(Bl/W) (Bl/R) (G)

IGN
PC KOSONG
(Bl/Y)
(Bu/Y)

KETERANGAN : TESTER : SANWA, SKALA : X 1K

Kabel SW EXT PC E IGN


Terminal Menuju
+
- Bl/W Bl/R Bu/Y G Bl/Y

S S

S S

S S S S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W
EXT Exiter Kump Pengapian Bl/R 5,2
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 400 140 70
E Earth Massa G 19 5,3 30

S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y

*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT NEOTECH

SW
(R/Bl)
KOSONG KOSONG

IGN
PC E
(Bl/Y)
(Bu/Y) (G)

KETERANGAN :
TESTER : SANWA, SKALA : X 1K

Kabel SW PC E IGN
Terminal Menuju
+
- Bl/W Bu/Y G Bl/Y

S S S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W 500 26
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 300 120
E Earth Massa G 13,2 200

S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT NSR

EXT IGN CNL


Bl/R (Bl/Y) W/R

PC E
SW (G)
(Bu/Y)
(Bl/W)

KETERANGAN :
TESTER : SANWA, SKALA : X 1K
Kabel SW EXT PC E IGN CNL
Terminal Menuju
+ Bl/W Bl/R Bu/Y G Bl/Y W/R
-

S S S S

S
SW Switch Kunci Kontak Bl/W 18
EXT Exiter Kump Pengapian Bl/R 18 400 120 300

S S S S
PC Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa Bu/Y 250 65 140
E Earth Massa G 18 65 17

S S

S S

S S
IGN Ignition Ignition Coil Bl/Y

S
CNL Control Unit Control Unit W/R

*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
CDI, REGULATOR RECTIFIER, IGNITION COIL NF 125/D

Y
G
R

R/Bl Reg. Rec.


Ign.
Coil
Bu/Y CDI

Bl/Y
E
Bl R
D IGNITION COIL
Fungsi :
Meningkatkan tegangan listrik dari sumber arus baik dari accu maupun
dari alternator sampai mencapai tegangan lebih dari 10.000 V, sehingga
mampu membentuk loncatan api di busi.

Terdiri 2 Kumparan :
Kumparan Primer Diameter kawat lebih besar, lilitan lebih sedikit
Kumparan Sekunder Diameter kawat lebih kecil, lilitan lebih banyak.

Pemeriksaan Kump. Primer Pemeriksaan Kump. Sekunder


PEMERIKSAAN IGNITION COIL
Standard Pengukuran Ignition Coil dengan tanpa tutup busi.

KUMP PRIMER KUMP. SEKUNDER


TYPE MOTOR X 1 Ohm X 1 K Ohm
STAR 0,5 - 0,6 7-9K
GRAND/SUPRA 0,5 - 0,6 7-9K
GL SERIES 0,5 - 0,6 7-9K
WIN 0,2 - 0,8 8 - 10 K
NEOTECH 0,5 - 0,6 7-9K
TIGER 0,5 - 0,6 7-9K
NSR 0,1 - 1 2-6K
KARISMA 0,5 - 1 7-9K
KIRANA 0,5 - 1 7-9K
E BUSI

Fungsi :
Menghasilkan percikan bunga api listrik .

Tingkat panas (Heating Range) = Kemampuan busi melepaskan


panas
Busi Panas (Nomor Kecil)
Pelepasan panas lambat
Busi Dingin (Nomor Besar)
Pelepasan panas cepat, cocok untuk kecepatan tinggi.

Contoh :
BUSI NSR STD = W24 ES, Kecep Tinggi = W 27 ES

Pemakaian busi yang salah :


Busi tipe dingin susah start, pembakaran tidak sempurna,
timbul kerak
Busi tipe panas Over heating, pre ignition, electrode meleleh.
SPESIFIKASI BUSI DENSO
SPESIFIKASI BUSI NGK

D P 8 E A-9
Heating Thread
Thread Dia Remark Remark
Value Lenght
A: 18 mm P: Porcelain 4 (Hot type) E: 19 mm A, Z: Special type
B: 14 mm projected type 5 H: 12.7 mm S: With copper wick
C: 10 mm R: Resistor 6 V: Narrow center electrode
D: 12 mm spark 7 K: Side electrode
plug 8 Number Indicates the plug
9 (Cold type) gap. 9 : 0.9 mm.
PEMERIKSAAN LONCATAN API BUSI
THANKS

Anda mungkin juga menyukai