Anda di halaman 1dari 12

November 27th, 2017 AK 39-PIC- B

TUGAS MANAJEMEN
PERPAJAKAN

Yusril Amri R 1402150065


Nanda Din Nurazizah 1402150147
Crys Gita Yoseva Silalahi 1402150150
Novryani Silvia Clianta P 1402150134
Ayu Lestari Ningsih 1402150139
Tax Planning Dalam Pemanfaatan Tax Incentive

Insentif Pajak?
adanya potongan, pembebasan, atau penundaan
pembayaran pajak
Apa saja contoh Tax Insentif?

Dalam tahun 2015 pemerintah telah mengeluarkan beberapa


insentif perpajakan dengan diterbitkannya beberapa peraturan
sebagai berikut:
PMK 29 Tahun 2015, perihal penghapusan sanksi bunga penagihan
PMK 91 Tahun 2015, perihal pengurangan atau penghapusan sanksi
terlambat setor maupun terlambat lapor atas semua SPT baik SPT
masa maupun SPT tahunan
PMK191 tahun 2015, perihal penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi)
yang dilakukan tahun 2015 dan 2016
PMK 197 tahun 2015, perihal pengurangan sanksi administrasi atas
SKP/STP tertentu.
PMK 29 Tahun 2015
Sehubungan dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
29/PMK.03/2015 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit
Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Sebagaimana Telah Beberapa
Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dengan ini kami
sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
Peraturan Menteri Keuangan pada pokoknya berisi pemberian
penghapusan sanksi administrasi Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang KUP (dikenal
dengan sanksi bunga penagihan) apabila:
Wajib Pajak melunasi Utang Pajak yang timbul sebelum tanggal 1 Januari 2015;
dan
Pelunasan dilakukan sebelum 1 Januari 2016.
Dengan insentif penghapusan sanksi bunga penagihan ini, diharapkan dapat
merangsang Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
PMK 91 Tahun 2015
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan,
Pembetulan Surat Pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran
atau Penyetoran Pajak.
Aturan ini mengacu pada pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), yang menyatakan
bahwa Direktorat Jenderal Pajak diberikan kewengan untuk
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan dalam hal sanksi
tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahnnya.
Dalam PMK-91/PMK.03/2015, yang dapat diajukan penghapusan sanksi
administrasi adalah atas:
1. Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) untuk
Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/ atau SPT Masa untuk Masa Pajak
Desember 2014 dan sebelumnya.
2. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2014
dan sebelumnya.
3. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang untuk
suatu saat atau Masa Pajak sebagaimana tercantum dalam SPT Masa untuk
Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya; dan/atau
4. Pembetulan yang dilakukan oleh WP dengan kemauan sendiri atas SPT
Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa
untuk Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya yang mengakibatkan
utang pajak menjadi lebih besar, yang dilakukan pada tahun 2015.
Sanksi Administrasi Yang Dihapuskan Bunga atau denda dalam
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP):

1. Pasal 7 (Keterlambatan penyampaian SPT) 3. Pasal 8 ayat (2) & (2a) (Pembetulan SPT)
a. 2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang
a) Rp. 500.000 untuk SPT Masa PPN dibayar.
b) Rp. 100. 000 untuk SPT Masa Lainnya, dan b. b. Dihitung sejak jatuh tempo pembayaran SPT
Tahunan PPh s/d tanggal pembayaran.
c) Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan PPh badan 4. Pasal 14 ayat (4) (Pengusaha Kena Pajak tidak
membuat Faktur Pajak) a. 2% dari dasar pengenaan
d) Rp. 100.000 untuk SPT Tahunan PPh orang pribadi
pajak.
2. Pasal 9 ayat (2a) & (2b) (Keterlambatan
pembayaran/penyetoran)

2% per bulan

Dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran SPT


Masa/ Penyampaian SPT Tahunan PPh s/d tanggal
pembayaran.
PMK 191 2015
Keuntungan bagi Wajib Pajak yang melakukan revaluasi
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.010/2015 ini adalah
Diskon tarif PPh menjadi lebih kecil yaitu, 3%, 4% atau 6% saja;
Sisi aktiva Neraca perusahaan akan naik sebesar nilai lebih dan dicatat dalam
akun "Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Wajib Pajak Tanggal .... ".
Akun ini disusutkan sesuai masa manfaat aktiva Tetap. Artinya, tahun-tahun
setelah revaluasi penghasilan neto fiskal akan tergerus oleh penyusutan
selish lebih revaluasi.
Sisi ekuitas Neraca akan muncul "saham baru" baik berupa saham bonus
atau saham baru tanpa penyetoran. Saham baru ini bukan objek PPh sesuai
Pasal 2 hurup b Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 2010. Secara umum,
penambahan saham tanpa setoran, apapun namanya, dianggap dividen. Bisa
dicek bagian penjelasan Pasal 4 (1) huruf g UU PPh.
PMK 197 2015
Dalam peraturan tersebut disebutkan Direktur
Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan sanksi Administrasi dalam hal sanksi
Administrasi tersebut di kenakan karena kekhilafan Wajib
Pajak atau bukan karena kesalahannya. Sanksi Administrasi
sebagaimana dimaksud terbatas pada sanksi Administrasi
dalam SKP,SKP PBB,dan/atau STP yang diterbitkan pada
tahun 2015 berdasarkan hasil pemeriksaan,verifikasi,atau
penelitian PBB.
Adapun tata cara untuk mendapatkan pengurangan sanksi Administrasi tersebut adalah
Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Permohonan dimaksud hanya dapat diajukan dalam hal Wajib Pajak memenuhi ketentuan
sebagai berikut :

Melunasi seluruh jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak dalam SKP pada tahun
2015,dalam hal SKP yang diajukan permohonan ,atau SKP yang berkaitan dengan SPT,adalah
SKPKB,atau SKPKBT;
Melunasi seluruh pokok PBB atau selisih pokok PBB dalam SKP PBB pada tahun 2015;
Tidak mengajukan upaya hukum perpajakan atas: 1) SKP,SKP PBB,atau SPT yang diajukan
permohonan pengurangan Sanksi Administrasi; 2) SKP Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa,dalam hal STP Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa yang memuat Sanksi
Administrasi Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP yang penerbitannya berkaitan dengan SKP
tersebut diajukan permohonan pengurangan Sanksi Administrasi;dan/atau 3) STP Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa yang memuat Sanksi Administrasi Pasal 14 ayat (4)
Undang-Undang KUP,dalam hal SKP Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa yang
penerbitannya berkaitan dengan STP tersebut diajukan permohonan pengurang Sanksi
Adminstrasi;
Tidak sedang mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi
selain yang diatur berdasarkan peraturan Menteri ini.
Daftar Pustaka
http://gemar-akuntansi.blogspot.co.id/2016/08/tax-planning-perencanaan-
pajak-dengan_54.html
https://www.slideshare.net/SuryaGetsemani/pmk91pmk032015
http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2015/10/3-keuntungan-revaluasi-aset-tahun-
2015.html
https://kpppratamamaros.com/2015/11/05/manfaatkan-pengurangan-sanksi-
administrasi-atas-hasil-pemeriksaanverivikasi-atau-penelitian-pajak-bumi-dan-
bangunan/
https://wirzaarifianto.wordpress.com/2013/02/11/metode-penentuan-harga-
transfer-transfer-pricing-2/

Anda mungkin juga menyukai