Anda di halaman 1dari 43

CHAPTER 11

BUDAYA
KESELAMATAN
3A-MANAJEMEN ASET 2014

Disusun Oleh:
Dayitadesi Wimala Isti (145244011)
Hilmiy Alwan Azzami (145244014)
OUTLINE
PERUBAHAN
MENUJU
TEORI BUDAYA
BUDAYA
1 KESELAMATAN KESELAMATAN
3 POSITIF
DEFINISI 2 5
PENDEKATAN
BUDAYA
PENGEMBANGAN &
4
KESELAMATAN BUDAYA
MENGUKUR BUDAYA KESELAMATA
KESELAMATAN N&
MANAJAEMEN
RISIKO

The Power of PowerPoint - thepopp.com


DEFINISI BUDAYA KESELAMATAN
Menurut The International Atomic Energy Agency atau IAEA (1988)
definisi budaya keselamatan adalah gabungan dari karakteristik dan
sikap
dalam organisasi dan individu yang menetapkan bahwa, dengan
memperhatikan prioritas, isu keselamatan memperoleh
perhatian yang sepadan dengan kepentingannya.
Cooper (2000) mendefinisikan budaya keselamatan sebagai, "produk
dari beberapa interaksi yang diarahkan pada tujuan antara orang
(psikologis), pekerjaan (perilaku) dan organisasi ( situasional)

The Power of PowerPoint - thepopp.com


BUDAYA KESELAMATAN
SEBAGAI SIKAP
Mearns et al. (2003) berpendapat bahwa budaya keselamatan
membentuk konteks dimana sikap keselamatan individu
berkembang dan perilaku keselamatan muncul. sikap keselamtan
individu dalam konteks budaya keselamatan merupakan sikap
individu dalam memandang keselamatan yang dijadikan indikator
(melalui pegawai) budaya keselamatan sebuah organisasi (Cox &
Cox, 1991; Cheyne et.al., 1998; Lee, 1998).
Mearns et al. (2001) berpendapat bahwa iklim keselamatan
merupakan manifestasi dari budaya keselamatan yang berasal dari
kebiasaan (perangai, behavior) dan sikap (attitudes) pegawai
(employees) yang berkaitan dengan keselamatan (safety).
Iklim dalam konteks budaya keselamatan merupakan
penggambaran aspek budaya organisasi yang dapat diukur
(measurable) (Guldenmund, 200). Dimensi yang diukur terdiri
dari otonomi (autonomy), keterpaduan (cohesion), kepercayaan
(trust), dorongan (support), tekanan (pressure), pengakuan
(recognition), keadilan (fairness), dan inovasi (innovation) (Taylor
& Francis, 2006).

Safety culture : safety attitudes >> safety behaviors >> safety climate
Dimensi Iklim Keselamatan
1. komitmen manajemen sikap manajer terkait keselamatan yang
dipersepsikan karyawan.
2. sistem manajemen keselamatan persepsi atas kepuasan
organisasi akan kebijakan dan prosedur keselamatan.
3. risiko bagaimana pekerja memandang risiko di lingkungan kerja
BUDAYA KESELAMATAN
SEBAGAI PERILAKU
Budaya keselamatan sebagai perilaku memiliki arti bahwa
budaya keselamatan berperan sebagai arah (guidance),
referensi dan kerangka dalam berperilaku. Penerapan sudut
pandang ini tercerminkan dari pemberian reward bagi
anggota organisasi yang berperilaku sesuai dengan aturan
yang ada di organisasi, begitu pula sebaliknya.
CONTOH TEORI BUDAYA KESELAMATAN

1 Pendekatan Budaya Organisasi

2 Budaya Keselamatan Total

Budaya Keselamatan: Budaya


3 Informasi

4 Budaya Keselamatan Timbal Balik

5 Pendekatan dari Subkultur


CONTOH TEORI BUDAYA KESELAMATAN

6 Model Iklim Kerja

Teori Modal Sosial Budaya


7 Keselamatan

8 Peran Iklim Keselamatan

9 Peran Stres Kerja

1 Organisasi Keandalan Tinggi dan


0 Budaya Keselamatan
PENDEKATAN BUDAYA ORGANISASI
Glendon dan Stanton (2000) menggambarkan gagasan budaya keselamatan telah
muncul dari sebagian besar ide-ide tentang budaya organisasi, sehingga budaya
keselamatan dianggap sebagai aspek-aspek budaya yang mempengaruhi keselamatan
(Waring & Glendon, 1998). Guldenmund (2000) mengusulkan bahwa budaya
keselamatan terdiri dari tiga tingkat yaitu
1. Inti : terdiri dari 'asumsi dasar, tetapi asumsi ini tidak spesifik untuk keselamatan,
tetapi lebih umum.
2. Nilai-nilai yang dianut : yang dalam prakteknya mengacu pada sikap anggota
organisasi. Sikap-sikap yang spesifik untuk keselamatan, sebagai lawan faktor
organisasi umum. Ada empat kelompok luas dari sikap, yaitu sikap terhadap perangkat
keras (misalnya: desain pabrik), sistem manajemen (misalnya: sistem keselamatan),
orang (misalnya: manajemen senior) dan perilaku (misalnya: mengambil resiko).
3. Lapisan luar : terdiri dari artefak atau ekspresi yang keluar dari budaya keselamatan.
Ini akan mencakup peralatan (misalnya: alat pelindung diri), perilaku, (misalnya:
menggunakan peralatan keselamatan yang sesuai atau manajer melakukan wisata
keselamatan), tanda-tanda fisik (misalnya: jumlah posting hari sejak kecelakaan
terakhir publik), dan kinerja keselamatan (jumlah insiden).
Geller (2001) mengemukan konsep
BUDAYA KESELAMATAN Total Safety Culture atau Budaya
TOTAL Keselamatan Total yang dipengaruhi
oleh tiga faktor yang dikenal dengan
The Safety Triad yaitu:
1. Faktor personal yaitu cenderung dari
orang/ manusia yang bekerja dalam
suatu organisasi Faktor personal ini
terdiri dari pengetahuan, sikap,
motivasi, kompetensi dan kepribadian.
2. Faktor perilaku organisasi yaitu
kondisi lingkungan kerja yang diukur
dari segi pelayanan organisasi secara
umum.
3. Faktor lingkungan merupakan
pendukung proses pelayanan dalam
organisasi
BUDAYA KESELAMATAN: BUDAYA
INFORMASI
Budaya informasi, ditandai dengan mengumpulkan data yang
terkait dengan keselamatan dan melakukan pemeriksaan proaktif,
terdiri dari empat komponen berikut:
1. Reporting : Mendorong umpan balik dan partisipasi angkatan
kerja
2. Just : Di mana orang dihargai untuk memberikan informasi yang
terkait dengan keselamatan
3. Flexible : Beradaptasi dalam menghadapi bahaya, Fleksibilitas
dapat dicapai dengan desentralisasi kontrol dan dengan
menggunakan tim yang beragam yang dapat beroperasi secara
mandiri
4. Learning : Sebuah kemauan untuk belajar dan menerapkan
BUDAYA KESELAMATAN TIMBAL BALIK
Cooper (2000) mendefinisikan budaya keselamatan sebagai, "produk
dari beberapa interaksi yang diarahkan pada tujuan antara orang
(psikologis), pekerjaan (perilaku) dan organisasi ( situasional).
Keselamatan adalah produk dari interaksi antara tiga komponen
dibawah :
Safety climate : Internal, faktor psikologis yang berkaitan dengan
orang, termasuk sikap dan persepsi. Dapat dinilai menggunakan
kuesioner iklim keselamatan
Safety related behavior : perilaku yang sedang berlangsug dan
dapat diamati, diukur melalui pengambilan sampel atau observasi
Safety management sistem : kebijakan organisasi, prosedur, gaya
manajemen. Dapat diukur dengan tingkat kecelakaan.
PENDEKATAN DARI
SUBKULTUR
Hopkins (2005) menganggap bahwa budaya yang tepat
diperlukan untuk membuat sistem keselamatan dan karena
budaya berkaitan dengan kelompok, organisasi mungkin memiliki
beberapa budaya atau subkultur.
Bahwa kelompok melihat keselamatan dari perspektif subkultur
mereka sendiri, daripada berbagi pandangan keseluruhan
keselamatan.
Setiap program perubahan budaya harus memperhatikan
subkultur yang ada, bagaimana mereka berinteraksi, dan
hubungan kekuasaan di antara mereka.
MODEL IKLIM KERJA
Persepsi komitmen manajemen untuk keselamatan : berasal dari
persepsi pekerja, persepsi manajer dan supervisor.
Persepsi dari system: berkaitan dengan manajemen keselamatan
untuk aspek seperti pelatihan, kebijakan dan prosedur, sistem
pelaporan, dan penyediaan peralatan keselamatan.
Persepsi mencerminkan risiko: sikap keselamatan pekerja dan
persepsi dari bahaya di tempat kerja dan risiko relatif yang
ditimbulkan terhadap keselamatan pribadi mereka dan perasaan
aman.
Teori Modal Sosial Budaya Keselamatan
Teori yang mengidentifikasi dimensi-dimensi sosial dari lingkungan
organisasional yang mempengaruhi kebiasaan bekerja dan
mempengaruhi sudut pandang mengenai lingkungan pekerjaan
(Coleman, 1988).
Pendekatan yang dilakukan dalam teori ini merupakan pendekatan
yang memuat norma-norma perilaku bersama, komitmen
manajemen terhadap keselamatan dan aspek kepercayaan (trust)
sebagai aspek interpesonal yang penting dalam keselamatan.
Menurut Zohar (2002) pentingnya komunikasi antara tenaga kerja
dan supervisor; lebih banyak interaksi yang terkait dengan
keselamatan antara pengawas dan pekerja menghasilkan
peningkatan iklim keselamatan serta berkurangnya kecelakaan
PERAN IKLIM KESELAMATAN
Pengaruh Organisasional ditengahi oleh safety climate dalam
wujud komunikasi yang mempengaruhi secara langsung
unsafe/safe behaviour.
Variabel-variabel yang mempengaruhi keselamatan bekerja yang
dibahas dalam safety climate terdiri dari tekanan kerja, risiko
kerja, hingga tingkat stress yang ada di dalam suatu lingkungan
kerja.
PERAN STRESS KERJA
Menurut Clarke dan Cooper, 2005, hubungan
empiris antara budaya keselamatan (safety
culture) dengan tingkat stres di lingkungan kerja
(experiencing workplace stress) dapat
menjelaskan bagaimana sebuah cidera dapat
terjadi.
Gambar diatas menggambarkan bahwa suatu budaya keselamatan
(safety culture) dapat memprediksi tingkat stress yang dapat
muncul di dalam suatu lingkungan kerja.
Organisasi Keandalan Tinggi dan
Budaya Keselamatan
High-reliability organizations (HROs) menurut Reason
(2000) merupakan organisasi yang memiliki safety
culture yang baik meski organisasi tersebut beroperasi
di dalam bidang yang memiliki tingkat stres tinggi. Hal
ini dicapai dengan mempertahankan jumlah insiden
yang terjadi dalam suatu lingkungan kerja.
Komponen dari HROs menurut La Porte (1996) terdiri
dari:
Intention atau tujuan yang terdefinisi dengan baik
dalam sebuah organisasi yang menunjukan realibility
(kehandalan) dan seriousness dari suatu bahaya.
Kehandalan yang memperkuat operasi seperti
fleksibilitas struktural dan pengembangan
berkelanjutan
Nilai fundamental dari suatu kelompok, personal
responsibility dan sebagainya
Pendekatan Untuk
Pengembangan Dan
Mengukur Budaya
Keselamatan
PENDEKATAN INTERPRETATIF
Pendekatan Interpretatif atau simbolik mengasumsikan bahwa budaya
organisasional merupakan fenomena yang kompleks yang muncul dari
kelompok. Menurut Gherardi dan Nicolini (2000) mengamati bahwa budaya
keselamatan muncul dari praktek operasional dalam organisasi, sudut
pandang interpretatif di asumsikan sebagai berikut :
1. Budaya merupakan hasil yang kompleks dari semua orang dalam
organisasi
2. Strategi pendukung budaya
3. Budaya tidak dapat di latih
4. Perubahan budaya tidak bisa di rekayasa dengan cepat, akan tetapi
dengan secara perlahan mempelajarinya.
Implikasi dari pendekatan intrerpretatif adalah bahwa budaya tidak dapat
dikategorikasi sebagai sesuatu yang sederhana yang dapat diaplikasikan
secara langsung di dalam sebuah organisasi (Turner et al. 1989).
PENDEKATAN FUNGSIONAL
Asumsi dari pendekatan fungsional adalah bahwa budaya
organisasional merupakan sesuatu yang ideal yang
organisasi dapat manipulasi untuk mencapai tujuan
perusahaan.Sudut pandang dalam pendekatan fungsional
lebih memandang bahwa organisasi dapat merubah
budaya, termasuk safety culture yang dapat menghasilkan
peningkatan kinerja. Konsep ini berlainan dengan
pendekatan simbolik. Namun, dalam praktiknya,
pengelolaan organisasi menunjukan kedua elemen yang
ada di masing-masing pendekatan.
MENGUKUR BUDAYA KESELAMATAN
Dalam mengukur budaya keselamatan pendekatan yang di pakai suatu
organisasi dalam mengelola safety culture menentukan model
pengukuran yang dipakai.
Organisasi yang memiliki sudut pandang fungsional mengukur safety
culture dengan mengidentifikasi, menilai, mengawasi aspek budaya yang
dapat diukur (contoh: risk management).
Organisasi yang memiliki sudut pandang interpretatif mengukur safety
culture melalui berbagai sumber dengan tujuan untuk meningkatkan
pemahaman di dalam organisasi.
Cara paling potensial untuk mengukur safety culture adalah dengan
mempertimbangkan kedua pendekatan.
Metode untuk mengukur safety culture secara potensial terdiri dari
pengukuran terhadap safety systems, safety attitude and perceptions,
safety behavior, atau kombinasi dari seluruh aspek tersebut.
SISTEM KESELAMATAN

1 2 3

Analisis Dokumenter Audit Keamanan Sistem Metodologi

Sistem keselamatan memiliki tiga metode termasuk di antara mereka yang dapat di gunakan
untuk menilai sistem keamanan di organisasi dan sejauh mana mereka berfungsi secara efektif
SIKAP KESELAMATAN DAN
PERSEPSI
pada sikap keselamatan dan persepsi, terutama terkait
dengan iklim keamanan, penyelesaian kuisioner yang secara
efektif di gunakan untuk mengumpulkan data untuk sample
analisis. Dalam mengukur iklim keselamatan dapat
menggunakan :
1.Kuisioner dan Survei
2.Wawancara kelompok
3.Teknik Proyeksi
4.Analisis perbendaharaan
PERILAKU KESELAMATAN
Pendekatan yang menggunakan attitudes sebagai
sumber data lebih mempertimbangkan aspek personal
dari narasumber, sedangkan pendekatan behavior lebih
menitikberatkan pengukuran safety climate melalui
observasi hingga pencatatan perilaku sehari-hari.
TRIANGULASI
Triangulasi adalah prinsip penelitian penting yang mempertahankan
bahwa beberapa sumber harus di gunakan untuk mengatasi suatu
masalah tertentu, aspek-aspek tersebut dipadukan dan dibandingkan,
Asas yang digunakan dalam pengukuran safety climate dengan
menggunakan Bentuk Triangulasi di asumsikan sebagai berikut :
Data
Metode
Penelitian
Sampling
Waktu
Analisis
Budaya Keselamatan dan Cidera

Tingkat cidera dalam suatu organisasi dapat


dijadikan ukuran untuk mengukur safety climate
sebuah organisasi. Semakin banyak jumlah cidera,
semakin buruk budaya keselamatan, begitu pula
sebaliknuya.
PERUBAHAN MENUJU BUDAYA
KESELAMATAN YANG POSITIF
INDIKATOR
Menurut Glendon (2006), ia mengidentifikasi sejumlah daftar yang
mewakili karakteristik budaya keamanan yang baik, pada umumnya
mereka menekankan pentingnya keselamatan dan komunikasi yang
efektif. HSC (1993) menyimpulkan bahwa penyediaan kesehatan
dan keselamatan yang efektif tergantung seberapa pentingnya
budaya organisasi seperti perhatian khusus untuk kesehatan dan
keselamatan. Pidgeon(1991) berpendapat bahwa tiga elemen
penting dari budaya keamanan yang baik di antaranya :
1. Norma dan aturan dalam menangani bahaya
2. Sikap terhadap keselamatan
3. Kesigapan pada praktek keselamatan
Pemicu Perubahan
Pemicu perubahan di dalam organisasi ada 3
jenis :
Perubahan budaya secara langsung
Perubahan budaya secara tiidak langsung
Perubahan iklim
Budaya
Keselamatan dan
Manajemen Risiko
Pendekatan Manajemen Risiko
untuk Keselamatan

Pendekatan manajemen risiko untuk keselamatan


merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan
sebuah penekanan pada rencana Penggabungan
keamanan dengan tujuan agar organisasi dapat
beroperasi dengan aman. Ini merupakan langkah-
langkah penting dalam mencapapai budaya keselamatan
yang positif :
KOMITMEN MANAJEMEN UNTUK
KESELAMATAN

Komitmen perusahaan atas hal ini dapat di lihat dari adanya


sumber daya yang memadai, seperti ketersediaan anggaran,
tenaga kerja yang berkualitas, serta sarana-sarana lain yang di
butuhkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu
juga perusahaan menetapkan personal yang mempunyai
tanggung jawab, wewenag dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
KETERLIBATAN PEKERJA

Menurut Lodahl dan Kejner (Cohen,2003) mendefinisikan keterlibatan


kerja sebagai internalisasi nilai-nilai tentang kebaikan pekerjaan atau
pentingnya pekerjaan bagi seseorang. Keterlibatan kerja sebagai
tingkat sampai sejauh mana performansi kerja seseorang
mempengaruhi harga dirinya dan tingkat sampai sejauh mana
seseorang secara psikologis mengidentifikasikan diri terhadap
pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan dalam gambaran diri
keseluruhannya.
KARAKTERISTIK KETERLIBATAN
PEKERJA
Ada beberapa karakteristik dari karyawan yang memiliki
keterlibatan kerja (Job Involvement) yang tinggi dan yang rendah
(Cohen, 2003), antara lain:
a)Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang
tinggi :
Menghabiskan waktu untuk bekerja
Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan dan
perusahaan
Puas dengan pekerjaannya
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap karier, profesi dan
organisasi
b) Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja
yang rendah
Tidak mau berusaha keras untuk kemajuan perusahaan
Tidak peduli dengan pekerjaan maupun perusahaan
Tidak puas dengan pekerjaan
Tidak memiliki komitmen terhadap pekrjaan maupun
perusahaan
Tingkat absen dan intensi turnover tinggi
HAMBATAN KERJA
Hambatan Kerja adalah halangan atau rintangan dalam setiap
melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau
pekrjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang
mengganggu pekerjaan tersebut. hambatan cenderung negatif,
yaitu memperlambat laju suatu hal yang di kerjakan oleh
seseorang, seperti hal nya kondisi fisik yang sedang tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Job involvement http://cpratanto.blogspot.co.id/2015/01/keterlibatan-kerja-job-
involvement.html di akses pada 28 maret 2017 pukul 09.30 wib

Komitmen manajemen http://belajar-


management.blogspot.co.id/2010/05/keamanan-dan-keselamatan-kerja.html di
akses pada 28 maret 2017 pukul 10.10 wib

Hambatan pekrjaan http://www.landasanteori.com/2015/11/pengertian-hambatan-


dan-faktor.html di akses pada 28 maret 2017 pukul 10.50 wib

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=120642&val=1263&title=

Anda mungkin juga menyukai