Anda di halaman 1dari 28

ASKEP PADA

PASIEN DENGAN
MORBUS HANSEN

Oleh kel. 4
Definisi Morbus Hansen

Morbus Hansen (Lepra atau Kusta) adalah penyakit infeksi


kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang
menyerang saraf tepi (primer), kulit dan jaringan tubuh lainnya,
kecuali saraf pusat (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
Lanjutan

Lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium leprae dan acid-fast bacillus, mempunyai
sebagian ciri Mycobacterium tuberculosis, karena kegiatan yang
panjang dari pengasingan sosial berhubungan dengan lepra, hal
ini terus berlajut menjadi simbol emosional tentang resiko
penularan (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001).
Klasifikasi
Klasifikasi Madrid (1953)
berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan
bakteriologis, dan pemeriksaan histopatologi, sesuai
rekomendasi dari International Leprosy Association di
Madrid tahun 1953.

Indeterminate (I),
Tuberculoid (T),
Borderline-Dimorphous (B),
Lepromatous (L).
Lanjutan...
Klasifikasi Ridley-Jopling (1966)
Pada klasifikasi ini penyakit kusta adalah suatu
spektrum klinis mulai dari daya kekebalan
tubuhnya rendah pada suatu sisi sampai
mereka yang memiliki kekebalan yang tinggi
terhadap M. Leprae di sisi yang lainnya.
Kekebalan seluler (cell mediated imunity = CMI)
seseorang yang akan menentukan apakah dia
akan menderita kusta apabila individu tersebut
mendapat infeksi M. Leprae dan tipe kusta
yang akan dideritanya pada spektrum penyakit
kusta
Lanjutan...
Kelima tipe kusta menurut Ridley-Jopling
adalah
tipe Lepromatous (LL),
tipe Borderline Lepromatous (BL),
tipe Mid-Borderline (BB),
tipe Borderline Tuberculoid (BT), dan
tipe Tuberculoid (T).
Lanjutan...
Klasfikasi menurut WHO Pada tahun 1982,
klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya
dibagi menjadi 2 tipe yaitu
tipe Pausibasiler (PB), dan
tipe Multibasiler (MB).
Pedoman utama dalam menentukan klasifikasi/ tipe
penyakit kusta menurut WHO (1982)
Tanda Utama Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)

Bercak kusta Jumlah 1 sampai dengan 5 Jumlah lebih dari 5

Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
disertai dengan gangguan fungsi
(gangguan fungsi bisa berupa
kurang/mati rasa atau
kelemahan otot yang dipersarafi
oleh saraf yang bersangkutan.

Pemeriksaan bakteriologi. Tidak dijumpai basil tahan asam Dijumpai basil tahan asam (BTA
(BTA negatif) positif)
Tanda lain yang dapat dipertimbangan dalam penentuan klasifikasi
menurut WHO (1982) pada penderita kusta
Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)

1. Bercak (Makula) mati rasa

a. ukuran Kecil dan besar Kecil - kecil

a. distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral simetris

a. konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

a. batas Tegas Kurang tegas

a. kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan tegas Biasanya kurang jelas, jika ada, terjadi pada usia yang sudah lanjut

a. kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada Selalu ada dan jelas Biasanya kurang jelas, jika ada, terjadi pada usia yang sudah lanjut
bercak

1. Infiltrat

1. Kulit Tidak ada Ada, kadang kadang tidak ada

1. Membran mukosa Tidak pernah ada Ada, kadang kadang tidak ada

1. Ciri - ciri Central healing Punched out lession


Madarosis
Ginekomasti
Hidung Pelana
Suara Sengau

1. Nodulus Tidak ada Kadang kadang ada

1. Deformitas Terjadi dini Biasanya asimetris


Manifestasi Klinis

Menurut Arif Muttaqin & Kumala Sari pada tahun 2011,


seseorang yang menderita penyakit hansen :
Kehilangan sensibilitas pada area lesi
Biasanya akan terjadi pembesaran dan nyeri pada N.
Ulnaris, N. Aurikularis magnus, N. Poplitea lateralis, N.
Tibialis posterior, N. Medianus, N. Radialis, N. Fasialis.
Respons kerusakan pada N. Ulnaris memberikan
manifestasi anestesia pada ujung jari bagian anterior
kelingking dan jari manis, clawing kelingking dan jari
manis, atrofi, hipotenar, dan otot interoseus dorsalis
pertama
Next...

Respons kerusakan pada N. Medianus memberikan


manifestasi anestesia pada ujung jari bagian anterior,
ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, tidak mampu aduksi
ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan ibu
jari kontraktur.
Respins kerusakan pada N. Radialis memberikan
manifestasi anestesia dorsum manus tangan gantung
(Wrist drop), tidak mampu ekstensi jari jari atau
pergelangan tangan.
Reaksi Kusta

Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode akut dalam
perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan reaksi
kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antibodi (respon
humoral) dengan akibat merugikan pasien.
Reaksi ini dapat terjadi pada pasien sebelum mendapat
pengobatan, selama pengobatan dan sesudah pengobatan.
Namun sering terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah
mulai pengobatan
JENIS REAKSI KUSTA
Reaksi tipe I (reaksi reversal, reaksi upgrading, reaksi boederline)
Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Serologi
Beberapa jenis pemeriksaan serologi kusta yang banyak
digunakan, antara lain :
Uji FLA-ABS (Fluorescent leprosy Antibodi-Absorption test)
Radio Immunoassay (RIA)
Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination)
Antibodi monoklonal (Mab)
Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Assay)
Pemeriksaan Bakterioskopik
Pemeriksaan Histopatologi
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah
menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta
memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama
tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insidens
penyakit.
Program multy drug therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO
(1998), pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 (satu) cukup
diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasin 400 mg, dan
minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan
untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan.
Untuk tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan di anjurkan
digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 bulan
Menurut Wiwik Handayati & Andi Sulistyo Haribowo (2008),
Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebai berikut :
Terapi suportif
Terapi untuk defisiensi vitamin B12
diberikan vitamin B12 100 1000 Ug intramuskular sehari
selama dua minggu,selanjutnya 100 1000 Ug IM setia
bulan
Transfuse darah sebaiknya di hindari
Terapi untuk defisiensi asam folat
Diberikan asam folat 1 5 mgatauhari per oral selama
empat bulan, asal tidak terdapat gangguan absopsi.
Terapi penyakit dasar
Menghentikan obat obatan penyebab anemia
megaloblastik.
A. Analisa Jurnal
Judul :Intraneural injection of corticosteroids to treat nerve damage in leprosy: a case
report and review of literature
Isi :Kerusakan saraf pada penderita kusta menyebabkan kelainan dan cacat fisik.
Pemberian awal Kortikosteroid secara oral digunakan untuk mencegah cedera
permanen. Kami menyajikan sebuah pendekatan baru untuk mengobati kerusakan
saraf dengan injeksi kortikosteroid lokal.
Seorang pasien kusta 60 tahun dengan kuku jari tangan kanan deformitas
sekunder dan neuropati median pada ulnaris kanan. Injeksi intraneural Bulanan
kortikosteroid mengakibatkan peningkatan fungsi sensorik dan motorik tangan
kanannya selama periode 6 bulan. Konduksi saraf pengujian kecepatan
mendokumentasikan keberhasilan terapi kami.
Kesimpulan : Setelah injeksi lokal kortikosteroid saraf berhasil melakukan regenerasil pada
kasus neuropati sekunder pada penyakit kusta. Injeksi Intraneural ekstra fasciculus
kortikosteroid meningkatkan fungsi saraf sensorik dan motorik pada pasien kami
dengan kusta borderline terlepas dari durasi hilangnya fungsi saraf.
Penatalaksanan pada klasifikasi penyakit
kusta apakah sama atau tidak.?
penyebab morbus hansen.?
Apakah peran perawat ?
Bagaimana bisa terjadi deformitas dapat
terjadi pada morbus hansen ?

Anda mungkin juga menyukai