PASIEN DENGAN
MORBUS HANSEN
Oleh kel. 4
Definisi Morbus Hansen
Indeterminate (I),
Tuberculoid (T),
Borderline-Dimorphous (B),
Lepromatous (L).
Lanjutan...
Klasifikasi Ridley-Jopling (1966)
Pada klasifikasi ini penyakit kusta adalah suatu
spektrum klinis mulai dari daya kekebalan
tubuhnya rendah pada suatu sisi sampai
mereka yang memiliki kekebalan yang tinggi
terhadap M. Leprae di sisi yang lainnya.
Kekebalan seluler (cell mediated imunity = CMI)
seseorang yang akan menentukan apakah dia
akan menderita kusta apabila individu tersebut
mendapat infeksi M. Leprae dan tipe kusta
yang akan dideritanya pada spektrum penyakit
kusta
Lanjutan...
Kelima tipe kusta menurut Ridley-Jopling
adalah
tipe Lepromatous (LL),
tipe Borderline Lepromatous (BL),
tipe Mid-Borderline (BB),
tipe Borderline Tuberculoid (BT), dan
tipe Tuberculoid (T).
Lanjutan...
Klasfikasi menurut WHO Pada tahun 1982,
klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya
dibagi menjadi 2 tipe yaitu
tipe Pausibasiler (PB), dan
tipe Multibasiler (MB).
Pedoman utama dalam menentukan klasifikasi/ tipe
penyakit kusta menurut WHO (1982)
Tanda Utama Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
disertai dengan gangguan fungsi
(gangguan fungsi bisa berupa
kurang/mati rasa atau
kelemahan otot yang dipersarafi
oleh saraf yang bersangkutan.
Pemeriksaan bakteriologi. Tidak dijumpai basil tahan asam Dijumpai basil tahan asam (BTA
(BTA negatif) positif)
Tanda lain yang dapat dipertimbangan dalam penentuan klasifikasi
menurut WHO (1982) pada penderita kusta
Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
a. kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan tegas Biasanya kurang jelas, jika ada, terjadi pada usia yang sudah lanjut
a. kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada Selalu ada dan jelas Biasanya kurang jelas, jika ada, terjadi pada usia yang sudah lanjut
bercak
1. Infiltrat
1. Membran mukosa Tidak pernah ada Ada, kadang kadang tidak ada
Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode akut dalam
perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan reaksi
kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antibodi (respon
humoral) dengan akibat merugikan pasien.
Reaksi ini dapat terjadi pada pasien sebelum mendapat
pengobatan, selama pengobatan dan sesudah pengobatan.
Namun sering terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah
mulai pengobatan
JENIS REAKSI KUSTA
Reaksi tipe I (reaksi reversal, reaksi upgrading, reaksi boederline)
Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Serologi
Beberapa jenis pemeriksaan serologi kusta yang banyak
digunakan, antara lain :
Uji FLA-ABS (Fluorescent leprosy Antibodi-Absorption test)
Radio Immunoassay (RIA)
Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination)
Antibodi monoklonal (Mab)
Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Assay)
Pemeriksaan Bakterioskopik
Pemeriksaan Histopatologi
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah
menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta
memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama
tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insidens
penyakit.
Program multy drug therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO
(1998), pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 (satu) cukup
diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasin 400 mg, dan
minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan
untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan.
Untuk tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan di anjurkan
digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 bulan
Menurut Wiwik Handayati & Andi Sulistyo Haribowo (2008),
Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebai berikut :
Terapi suportif
Terapi untuk defisiensi vitamin B12
diberikan vitamin B12 100 1000 Ug intramuskular sehari
selama dua minggu,selanjutnya 100 1000 Ug IM setia
bulan
Transfuse darah sebaiknya di hindari
Terapi untuk defisiensi asam folat
Diberikan asam folat 1 5 mgatauhari per oral selama
empat bulan, asal tidak terdapat gangguan absopsi.
Terapi penyakit dasar
Menghentikan obat obatan penyebab anemia
megaloblastik.
A. Analisa Jurnal
Judul :Intraneural injection of corticosteroids to treat nerve damage in leprosy: a case
report and review of literature
Isi :Kerusakan saraf pada penderita kusta menyebabkan kelainan dan cacat fisik.
Pemberian awal Kortikosteroid secara oral digunakan untuk mencegah cedera
permanen. Kami menyajikan sebuah pendekatan baru untuk mengobati kerusakan
saraf dengan injeksi kortikosteroid lokal.
Seorang pasien kusta 60 tahun dengan kuku jari tangan kanan deformitas
sekunder dan neuropati median pada ulnaris kanan. Injeksi intraneural Bulanan
kortikosteroid mengakibatkan peningkatan fungsi sensorik dan motorik tangan
kanannya selama periode 6 bulan. Konduksi saraf pengujian kecepatan
mendokumentasikan keberhasilan terapi kami.
Kesimpulan : Setelah injeksi lokal kortikosteroid saraf berhasil melakukan regenerasil pada
kasus neuropati sekunder pada penyakit kusta. Injeksi Intraneural ekstra fasciculus
kortikosteroid meningkatkan fungsi saraf sensorik dan motorik pada pasien kami
dengan kusta borderline terlepas dari durasi hilangnya fungsi saraf.
Penatalaksanan pada klasifikasi penyakit
kusta apakah sama atau tidak.?
penyebab morbus hansen.?
Apakah peran perawat ?
Bagaimana bisa terjadi deformitas dapat
terjadi pada morbus hansen ?