Anda di halaman 1dari 17

Psikologi Lintas Budaya

KAMPUNG AMBON
CENGKARENG JAKARTA
BARAT

Oleh:
Ertina Yuliani 502014004
Jessica Valencia 502014006
Alfani Yulia 502014021
Gomgom H 502014033
Novi Sarah Pratiwi 502014056
Ivan Liman 502140048
Minda Fillia L 502014050
Sejarah Kampung Ambon
Bermula dari kakek atau orangtua mereka yang menjadi
tentara Belanda. Sekitar tahun 1940-an Belanda kalah dengan
Jepang, sehingga para tentara Belanda ini di tempatkan di
gedung Stovia.
Di masa pemerintahan gubernur Ali Sadikin gedung-
gedung peninggalan Belanda ingin dijadikan bangunan
bersejarah. Tetapi mereka menolak karena sudah merasa
nyaman tinggal di sana. Timbul lah bentrok dengan para
tentara dan polisi, hingga akhirnya merekapun mau
pindah ke tempat yang sekarang (Cengkareng) karena
sudah lelah berkonflik, dan dibuatkan perumahan
seperti sekarang.
AMBON
Pernikahan Adat Ambon
Lamaran sebelum acara pernikahan.
Pihak pria mempersiapkan semua keperluan pengantin wanita
dan menjemput pengantin wanita saat acara pernikahan.
Pernikahan dilaksanakan di Gereja dan tercatat di catatan sipil.
Jika wanita yang ingin dinikahkan bukan berasal dari suku
Ambon, maka akan didiskusikan akan menikah dimana. Jika
menikah di ambon maka pengantin wanita harus menginap di
rumah saudara pihak pria, tidak boleh menginap di hotel.
Upacara Kelahiran & Kematian
Adat Ambon
Kelahiran : Tidak ada ritual khusus

Kematian : Tidak ada ritual khusus, namun perlu menunggu


keluarga jauh untuk datang, baru bisa dikebumikan. Serta
pelaksanaan ibadah ucapan syukur bahwa orang yang
meninggal telah diterima di Surga, yang dilaksanakan sebelum
dan sesudah pemakaman.
Bahasa Adat Ambon
Secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia, namun
ada beberapa yang menggunakan bahasa Maluku dan juga
campuran beberapa bahasa Belanda.

Contoh:
Dankje = Terima Kasih
Beta = Saya, Aku
Ale/Ose = Kamu, Kau
Boslak = Kasur
Forok = Garpu
Makanan Khas Ambon
1. Sagu
2. Papeda

3. Patita
Pakaian Adat Ambon
1. Cele 2. Pakaian Pernikahan & Kematian
saumlaki
Pernikahan Adat Saumlaki
Masu Minang atau seserahan
Pihak lelaki (Duan) membawa seserahan seperti gading gajah
atau belusuh, lelbutir atau anting emas asli yang ditengahnya ada
benang merah sirih pinang, arak atau kopi semuanya diletakan
diatas anyaman nampan.
Pada acara masu minang, yang mempunyai kuasa untuk
berbicara adalah om / paman atau saudara pria dari kedua pihak.
Mempelai pria harus mempersiapkan pengganti untuk mengganti
posisi mempelai wanita di dalam keluarganya karena wanita yang
dinikahi harus tinggal bersama suami sehingga perlu mengganti
kepada keluarga mempelai wanita seperti emas asli atau uang
pengganti. Jika tidak mampu mempersiapkan pengganti, maka
suami harus menjaga istrinya dengan baik.
Upacara Kelahiran & Kematian
Adat Saumlaki
Kelahiran : Tidak ada ritual khusus

Kematian : Pihak pria membawa sesajen seperti arak (Sopi)


dan kain tenun untuk diberikan kepada keluarga yang
meninggal. Arak akan dibagikan dan diminum bersama-sama
sedangkan kain tenun disimpan untuk mengenang orang yang
sudah meninggal.
Bahasa Adat Saumlaki
Bahasa Saumlaki beragam sesuai tempat tinggal masing-
masing.
Contoh : - Ubu = Tuhan
- Usi = Kakak Perempuan
- Bung = Kakak Laki-laki
- Katong = Kita

Makanan Khas Saumlaki


Sama seperti Ambon, yaitu Sagu dan Patita...
Pakaian Adat Saumlaki
Wanita
Menggunakan burung cendrawasih di bagian kepala, emas
bulan di bagian dahi, dan anting (Lelbutir), kalung emas, ikat
pinggang emas, belusu (Gading gajah) digunakan di bagian
lengan.
Atasan = Cole & Bawahan = Rok tenun

Pria
Menggunakan ikat kepala dan ikat pinggang dari kain
tenun. Bisa juga dipakai seperti selendang.
Atasan = kaos polos & Bawahan = Celana pendek hitam
Pakaian Adat Saumlaki
Analisa 4 Perspektif

1. Pendekatan Etik : Sagu dan bahasa


2. Pendekatan Emik : Lelbutir dan duan

3. Pendekatan Integratif : Seserahan yang bisa diganti


dengan uang
4. Pendekatan Absolutisme : Upacara kematian dengan
melakukan ibadah ucapan syukur
5. Pendekatan Relativisme : Diskusi sebelum memutuskan
menikah dengan suku lain
6. Pendekatan Universal : Pakaian adat dahulunya hanya
kain tenun namun sekarang bisa memakai baju putih untuk
atasannya

7. Pendekatan Individualisme : Seserahan gading gajah


atau belusu
8. Pendekatan Kolektivisme: Makan patita dan upacara
kematian
Dankje Banya...

Anda mungkin juga menyukai