Diambil sebanyak 3 ekor benih ikan nilem dari akuarium stok, lalu dimasukkan
kedalam salah satu wadah plastik yang telah diisi media air.
Diisi beaker glass dengan air secukupnya (400 ml), lalu diukur suhunya dengan
thermometer dan dicatat hasilnya.
Dimasukkan satu persatu ikan uji kedalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya
(perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya gerakan membuka dan menutupnya
operkulum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan
stopwatch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak 3 kali untuk masing
masing ikan. Data yang telah diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah
tersedia.
Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai
ketiga ikan tersebut. Ikan yang telah diamati dimasukkan kedalam wadah plastik lain
yang telah disediakan.
Frekuensi Bukaan
Kelom Ikan Frekuen
Operkulum Ikan
pok Ke- si Rata - Rata
1 2 3
1 1
1 98 104,7
03 07
1 1
24 2 115 119,3
25 18
1 1
3 108 111,7
15 12
Bukaan Operkulum Pada Suhu Kamar
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Bukaan Operkulum Diatas Suhu Kamar
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Bukaan Operkulum Dibawah Suhu Kamar
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Dapat dilihat bahwa suhu air sangat berpengaruh pada proses
buka tutupnya operkulum atau pada laju konsumsi oksigen benih
ikan tersebut. Pada tabel satu yang suhu airnya sekitar suhu
kamar (27oC) rata-rata ikan bernapas 141 kali dalam 1 menit,
kebutuhan oksigen pada suhu tersebut lebih optimal, sehingga
gerakan membuka dan menutupnya operkulum ikan cukup stabil.
Sedangkan setelah air ditambahkan suhunya menjadi 30oC, ikan
bernapas lebih cepat menjadi 156 kali, kemudian ada saat suhu
dikurangi lagi menjadi 24oC proses pernapasan ikan menjadi
berkurang kembali, yaitu menjadi 111 kali.
Suhu mempengaruhi kandungan oksigen terlarut
dalam air. Pada suhu panas, oksigen yang berwujud gas
akan terlebih dahulu menguap, sehingga kandungan
oksigen terlarut dalam air sedikit dan gerakan
operkulum ikan semakin cepat guna mempertahankan
laju pernapasannya. Sebaliknya pada suhu dingin,
oksigen cenderung lebih banyak karena tidak terjadi
penguapan, sehingga gerakan operkulum ikan lebih
lambat.
Untuk mendapatkan keakuratan data, disarankan
dalam menghitung gerakan membuka dan menutup
operkulum ikan, pastikan ikan dalam keadaan rileks.
Selain itu, selalu dilakukan pengukuran suhu berkala
pada setiap pengulangan perlakuan agar perlakuan
selalu terkontrol dan data lebih akurat.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur
banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan
waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan
makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga.
Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan
dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas
Tujuan dari praktikum ini Manfaat dari praktikum ini kita
adalah untuk mengetahui, dapat menghitung jumlah
memahami, dan menghitung kadar oksigen yang dikonsumsi
dan membedakan konsumsi ikan nila dalam selang waktu
oksigen ikan Lele, bandeng, tertentu, dengan alat bantu DO
dan nilem yang sensitive meter sebagai pengukur
terhadap kadar oksigen kandungan oksigen terlarutnya
terlarut di media hidupnya.
Wadah plastik berupa ember Air
untuk tempat sampel
percobaan Ikan Lele, Ikan Bandeng dan
DO meter atau seperangkat Ikan Nilem
alat titrasi dengan metode
Winkler
Jam tangan sebagai penunjuk
waktu
Timbangan analitik untuk
mengukur bobot ikan
Kertas aluminium foil untuk
bahan pelapis atau penutuP
Konsumsi oksigen pada jenis ikan berbeda-beda. Adapun faktor
yang mempengaruhi konsumsi oksigen adalah temperatur, ukuran
tubuh, aktivitas yang dilakukannya, jenis kelamin, nutrisi dan usia.
Konsumsi oksigen pada percobaan ini diperoleh dengan
pengukuran langsung menggunakan alat yang disebut DO meter.
Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula konsumsi
oksigennya, begitu juga sebaliknya.
Ketika melakukan praktikum ini, disarankan untuk melakukan
penutupan toples menggunakan kertas aluminium foil atau plastik
denga rapat sampai tidak ada udara yang masuh ke dalam air
untuk menghindari larutnya udara ke air, sehingga DO yang ada
dalam toples adalah DO awal yang tidak bertamah dengan
adanya udara dialam toples.