Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 7

Definisi

Pembesaran Prostat jinak (BPH) adalah
pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat,
yang menyebabkan prostat membesar.
Pembesaran prostat sering terjadi pada
pria diatas 50 tahun.
Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin akibat
adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena
proses penuaan.
Kelenjar prostat mengelilingi uretra, sehingga
pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap akan
mempersempit uretra. Pada akhirnya aliran air kemih
mengalami penyumbatan. Akibatnya, otot-otot pada
kandung kemih tumbuh menjadi lebih besar dan lebih
kuat untuk mendorong air kemih keluar.
Patofisiologi

Manifestasi Klinik

-Pembesaran mulai menyumbat saluran kencing
(uretra).
-Sulit berkemih
-Setiap kali merasa belum tuntas berkemih
-Nokturia
-harus mengedan lebih kuat untuk dapat berkemih
-Inkontinesia uri (beser)
-terdapat darah pada air kemih
-nyeri diabdomen bagian bawah
-rasa terbakar saat berkemih dan demam
Diagnostic

-colok dubur
-pem darah
-pem air kemih
-USG
-pem endoskopi
-pem rontgen IVP
Pembedahan

1. TURP (trans-urethral resection of the prostate)
2. TUIP (trans-urethral incision of the prostate)
3. Prostatektomi terbuka
Farmakologi

Alfa 1-blocker (Doxazosin, Prazosin, Tamsulosin dan
Terazosin)
Finasterid
Obat yang lainnya
Health Teaching

Mandi air panas
Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih
muncul
Melakukan aktivitas seksual seperti biasanya
Menghindari alkohol
Menghindari asupan cairan yang berlebihan (pada malam
hari)
Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan
cairan beberapa jam sebelum tidur
Menghindari pemakaian obat flu dan sinus yang dijual
bebas, yang mengandung dekongestan karena bisa
meningkatkan gejala BPH
Pencegahan

Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak
(BPH) dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya
akan serat dan protein, serta rendah lemak. Hindari juga
konsumsi daging merah. Berikut ini contoh-contoh makanan
dengan kadar serat tinggi:
Kacang hijau
Beras merah
Gandum
Brokoli
Kubis
Lobak
Bayam
Apel
Komplikasi BPH

Pembesaran prostat jinak (BPH) kadang-kadang dapat
mengarah pada komplikasi akibat ketidakmampuan
kandung kemih dalam mengosongkan urin. Beberapa
komplikasi yang mungkin dapat timbul antara lain:
Infeksi saluran kemih.
Penyakit batu kandung kemih.
Retensi urin akut atau ketidakmampuan berkemih.
Kerusakan kandung kemih dan ginjal.

Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan

Retensi Urine berhubungan dengan pembesaran prostat,
ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi
dengn adekuat.
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi
kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria, terapi
radiasi
Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap
pascaobstruksi diuresis dari drainase cepat kandung
kemih yang terlalu distensi secara kronis
Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
Retensi Urine berhubungan dengan pembesaran
prostat, ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengn adekuat.


Hasil yang di harapkan : Berkemih dengan jumlah yang cukup tak
teraba distensi kandung kemih.
Intervensi :
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Rasional : Meminimalkan retensi urine distensi
berlebihan pada kandung kemih
Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
Rasional : Berguna untuk mengevaluasi obstruksi
dan pilihan intervensi
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan
penurunan haluaran urine dan perubahan berat
Rasional : Retensi urine meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan atas, yang dapat mem-
pengaruhi fungsi ginjal
Intervensi
Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam
toleransi jantung, bila diindikasikan


Rasional : Peningkatan aliran cairan mempertahan-
kan perfusi ginjal dan membersihkan gin-
jal dan kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri
Berikan/dorong kateter lain dan perawatan perineal
Rasional : Menurunkan resiko infeksi asenden
Berikan rendam duduk sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot, penurunan
edema, dan dapat meningkatkan upaya
berkemih
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Menghilangkan spasme kandung kemih sehu-
bungan dengan iritasi oleh kateter
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa,
distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi
urinaria, terapi radiasi


Hasil yang di harapkan : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol,
tampak rileks, mampu untuk tidur dan istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) lamanya
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam
menentukan pilihan/keefektifan intervensi
Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen
(bila traksi tidak di perlukan)
Rasional : Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi
pertemuan penis-skrotal
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional : Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama
fase retensi akut. Namun, ambulasi dini dapat mem-
perbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan
nyeri kolik
Intervasi :
Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan pung-
gung, membantu pasien melakukan posisi yang nya-man,
mendorong penggunaan relaksasi/latihan napas dalam,
aktivitas terapeutik

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
Dorong menggunakan rendam duduk, sabun hangat
untuk perineum
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot
Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelencaran
drainase
Rasional : Pengaliran kandung kemih menurunkan
tegangan dan kepekaan belajar
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengiilangkan nyeri berat,
memberikan relaksasi mental dan fisik
Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap
pascaobstruksi diuresis dari drainase cepat kandung
kemih yang terlalu distensi secara kronis


Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba,
pengisian kapiler baik, dan membran mukosa lembab
Intervensi :
Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diin-
dikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam
Rasional : Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan
volume total cairan, karena ketidakcukupan
jumlah natrium diabsorpsidalam tubulus ginjal
Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan
kebutuhan individu
Rasional : Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya
mengontrol gejala urinaria, homeostatik
pengurangan cadangan dan peningkatan risiko
dehidrasi
Intervensi :
Awasi TD, nadi dengan sering. Evaluasi pengisian
kapilar dan membran mukosa oral


Rasional : Memampukan deteksi dini/intervensi hipo-
volemik sistemik
Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Rasional : Menurunkan kerja jantung, memudahkan
homeostatis sirkulasi
Awasi elektrolit, khususnya natrium
Rasional : Bila pengumpulan cairan terkumpul dari area
ekstraseluler, natrium dapat mengikuti per-
pindahan, menyebabkan hiponatremia
Berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai
kebutuhan
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan natrium
untuk mencegah/memperbaiki hipovolemia
Ketakutan/Ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan


Hasil yang diharapkan : Tampak rileks, Menunjukkan
rentang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut.
Intervensi :
Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan saling percaya
dengan pasien/orang terdekat
Rasional : Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
membantu
Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan
apa yang akan terjadi. Ketahui seberapa banyak informasi
yang diinginkan pasien
Rasional : Membantu pasien memahami tujuan dari apa
yang dilakukan, dan mengurangi masalah kare-
na ketidaktahuan, termasuk ketakutan akan
kanker.
Intervensi :
Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan
prosedur/menerima pasien. Lindungi privasi pasien


Rasional : Menyatakan penerimaan dan menghilang-
kan rasa malu pasien
Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan
masalah/perasaan
Rasional : Mendefinisikan masalah, memberikan ke-
sempatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah
Beri penguatan informasi pasien yang telah di-berikan
sebelumnya
Rasional : Memungkingkan pasien untuk menerima
kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan pemberian informasi
Health Teaching

Referensi

http://www.alodokter.com/BPH-benign-prostatic-
hyperplasia
Buku Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai