Ordinat
- garis tengah melalui sternum
- garis tengah melalui vertebrae
INSISI PADA TUBUH
Insisi bentuk I :
Dimulai sedikit dibawah Cart.
Thyroidea Proc. Xiphoideus 2 cm
paramedian kiri Symphysis
Pada peristiwa cekikan, gantung diri
Insisi bentuk Y
Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion
Ka-Ki Proc. Xiphoideus
Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari
Acromion Ka Ki lurus kebawah melingkari
mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian Ki
Symphysis
Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam
sampai menembus perintoneum diteruskan
sampai Symphysis
Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada
dengan cara menarik kulit dengan keras ke
samping memotong otot-otot dengan pisau. Otot
perut dilepas dari Arcus costa.
Inspeksi Rongga Perut
Apakah ada cairan
Keadaan peritoneum
Keadaan omentum
Sekat rongga dada
Tes Pneumothorax
Kulit dada dibuat kantong berisi air, ditusuk
dgn pisau di ICS
Spuit diisi air, kemudian ditusukkan+ bila ada
gelembung udara
JANTUNG
Pericardium dibuka dgn insisi Y terbalik
Apex jantung diangkat untuk melihat jumlah cairan
Memotong vena cava inferior, vena pulmonalis,
aorta, arteri pulmonalis dan vena cava superior
Diukur , ditimbang, warna, konsistensi.
Membuka jantung menurut aliran darah.
Memeriksa arteri coronaria
Memeriksa adanya thrombus.
Tractus Respiratorius
Trachea, bronchus dan paru dikeluarkan satu unit
Trachea dan bronchus dibuka dgn gunting pada bagian
belakang ( yg tdk mengandung tulang rawan )
Cabang bronchus digunting sejauh2nya ke dalam paru
Pisahkan trachea dgn paru dgn memotong bronchus di
hilus
Paru kanan dan kiri di periksa ( ukuran, warna,
konsistensi, berat, di insisi )
Tes getah paru ( lonsap proef )
Pada jenazah yg ditemukan dalam air
Syarat paru belum membusuk
Permukaan paru diiris 2-3 mm
Diambil cairan / getah paru, teteskan di obyek glass
Periksa di mikroskop, adanya butir pasir, telur cacing,
diatome
Positif korban meninggal karena tenggelam dalam air
Negatif korban meninggal dalam air jernih, meninggal
karena vagal reflex, korban sdh meninggal kemudian di buang
dalam air
Tes Apung Paru
Pada kasus infanticide
Kedua paru diapungkan
Berturut turut diapungkan paru kanan & kiri
Masing masing lobus diapungkan
Bagian kecil paru diapungkan
Bagian kecil paru tadi ditekan dgn ujung jari lalu
diapungkan
Bila masih mengapung tes apung paru positif
Visum et Repertum
Definisi:
VeR adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia, hidup ataupun mati, ataupun bagian/diduga
bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dibawah
sumpah untuk kepentingan peradilan
Dasar hukum:
KUHAP 184 ay1: ttg alat bukti yg sah
KUHAP 186: ttg pernyataan ahli
KUHAP 187c: pendapat resmi dr ahli
Jenis visum et repertum:
a. Visum et repertum perlukaan ( termasuk
keracunan)
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenasah
d. Visum et repertum psikiatrik
Jenis Visum
Visum Jenasah :
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar & dalam
Peranan Visum et Repertum
1. Visum et repertum adalah salah satu bukti yg sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP.
2. Turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia
3. Menguraikan segala sesuatu tntg hasil pemeriksaan
medik yg tertuang di dalam pemberitaan, yg
karenanya dpat dianggap sebagai pengganti benda
bukti
4. Memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai
hasil pemeriksaan medik tsb yg tertuang di dalam
bagian kesimpulan
Fungsi visum et repertum
1. Menentukan ada atau tidaknya tindak
kejahatan
2. Mengarahkan penyidikan
3. Menentukan penahanan
4. Menentukan penuntutan
Tata Cara Permohonan
Visum et Repertum
Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat
Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat
dengan menggunakan format sesuai dengan jenis kasus yang
sedang ditangani.
SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat
kepangkatan dan pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 1983.
VeR JENAZAH
Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau
mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian,
dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik
dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang
khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara
pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan
diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi
pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4 dapat
dijatuhkan.
SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK
PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal 216 KUHP :
1. Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau
permintaan keras, yang dilakukan menurut peraturan Undang-
undang oleh Pegawai Negeri yang diwajibkan mengawasi atau
oleh pegawai negeri yang diwajibkan atau yang dikuasakan
mengusut atau memeriksa tindak pidana. Demikian juga
barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan oleh salah
seorang pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu peraturan
undang-undang, dipidana dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan
ribu rupiah
SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK
PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal 216 KUHP :
1. Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau
permintaan keras, yang dilakukan menurut peraturan
Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang diwajibkan
mengawasi atau oleh pegawai negeri yang diwajibkan
atau yang dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak
pidana.
Demikian juga barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan suatu pekerjaan
yang diusahakan oleh salah seorang pegawai negeri itu
untuk menjalankan suatu peraturan undang-undang,
dipidana dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu
rupiah
2. Yang disamakan dengan pegawai negeri yang
tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini
ialah semua orang yang menurut peraturan
undang-undang selalu atau sementara
diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum
apapun juga.
3. Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan yang
dahulu menjadi tetap karena kejahatan yang
sama itu juga, maka pidana itu dapat ditambah
sepertiganya.
Pasal 65 KUHAP:
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan
mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian
khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan
bagi dirinya.
Pasal 222 KUHAP:
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik diancam
dengan pidana penjara paling lama 9 bulan ataud enda paling
banyak 4500 rupiah.
Pasal 224 KUHAP:
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa
menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya diancam :
1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama 9
bulan.
2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama 6 bulan.
Asfiksia
Definisi :
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang
Penyebab :
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar.
1. Penyebab asfiksia wajar karena penyakit seperti difteri, tumor laring, asma
bronkiale, pneumotoraks, pneumonia, COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain.
2.Penyebab asfiksia tidak wajar karena emboli, listrik, racun (barbiturat), dan
adanya halangan udara masuk ke saluran pernapasan secara paksa.
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Gambaran Postmortem pada Asfiksia
Gambaran Postmortem pada Asfiksia
Tenggelam
Tenggelam
Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat
masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk
ke dalam air.
Ada 2 jenis mati tenggelam berdasarkan penyebabnya,
yaitu :
1.Dry drowning
2.Wet drowning
1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelam di air dingin
berwarna merah muda.
3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput
(washer woman's hands/feet).
4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha
dan bahu mayat.
5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz
froth) yang bersifat melekat.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung.
7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat
berada dalam genggaman tangan mayat.
Di daerah tropis, tubuh mayat pada kasus
mati tenggelam (drowning) mulai membusuk
pada hari ke-2 sedangkan di daerah dingin,
membusuk setelah 1 minggu.
Pembusukan tersebut ditandai oleh
terkelupasnya kulit ari.
Jika pembusukannya merata, tubuh mayat
akan mengapung di permukaan air. Keadaan
ini disebut floaten.
Floaten biasanya terjadi pada hari ke-3
sampai hari ke-6.
Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelam :
1.Cadaveric spasme.
2.Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.
3.Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam
saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat.
4.Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.
5.Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
6.Ada diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat.
7.Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
Pada kasus mati tenggelam (drowning), dapat kita temukan tanda-tanda
adanya kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala, siku, lutut,
jari-jari tangan, atau ujung kaki mayat.
Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati
tenggelam:
1.Percobaan getah paru (lonset proef).
2.Pemeriksaan diatome (destruction test).
3.Penentuan berat jenis (BD) plasma.
4.Pemeriksaan kimia darah (gettler test).
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif
menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air.
Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)
Berlumuran darah
Verniks kaseosa
Tali pusat belum diikat merupakan petunjuk
terpenting dalam keadaan belum dirawat
MAMPU HIDUP DILUAR KANDUNGAN
SKIN OPACITY
Bayi matur : Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal
sehingga pembuluh darah perut tidak tampak atau
tampak samar samar.
PROCESSUS XYPHOIDEUS
Bayi matur : membengkok ke dorsal
ALIS MATA
Sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada
CIRI BAYI SUDAH PERNAH BERNAFAS
1. Dada telah mengembang
2. Diafragma telah turun ke sela iga 4 5 atau 5 6
3. Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat
padatnya vaskularisasi paru (paru lahir mati 1/70
berat badan )
4. Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak
homogen pada dasar merah tua)
5. Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
6. Uji apung paru positif
7. Uji apung usus (Berslaus second life test) positif
UJI APUNG PARU
Arif Budijanto dkk, Pembunuhan Anak Sendiri, 1988
CARA MELAKUKAN :
Digunting dengan kuat atau pahat kecil tegmen timpani
dibuka di bawah permukaan air dan diperhatikan apakah
keluar gelembung gelembung dari telinga tengah atau
tidak
Gelembung keluar POSITIF
Gelembung tidak keluar NEGATIF
KUBOID
terdapat pada akhir masa kehamilan 40 minggu
PUSAT PENULANGAN
TALUS
terdapat pada akhir masa kehamilan 7 bulan
( 28 minggu )
KALKANEUS
terdapat pada akhir masa kehamilan 6 bulan
( 24 minggu)
PUSAT PENULANGAN
CARA PEMERIKSAAN
Tidak langsung foto radiologi
Langsung menggunakan pisau
Memeriksa distal femur dan proksimal tibia
tungkai bawah di fleksikan maksimal, disayat
kulit dan jaringan bawah kulit dilepaskan dari dasar tulang
tempurung disingkirkan
dibuat irisan-irisan tipis ( 2 mm ) pada epifise femur
mulai dari distal ke proksimal, dilanjutkan terus sampai
ditemukan pusat penulangan diafisal
psat penulangan daerah berwarana merah di tengah epifise
yang berwarna putih keruh.
PUSAT PENULANGAN
PEMERIKSAAN KALKANEUS, TALUS DAN KUBOID
kaki dipegang dengan tangan kiri, tumit pada telapak
tangan jari jari kaki mengarah ke pelaku otopsi
buat irisan yang dalam pada telapak kaki
di celah jari ke 3 & jari ke 4
irisan ini biasanya mengenai pusat penulangan kalkaneus
dengan memperdalam irisan pertama akan teriris talus
untuk kuboid dibuat di sebelah lateral dan sejajar dengan
irisan pertama.
Cara mengerjakan :
1 tetes larutan narkotika reagensia dan kemudian kristal yg terbentuk dilihat
dibawah mikroskop
Undang-Undang Pembunuhan Anak Sendiri
Undang-Undang Aborsi
299
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN