Anda di halaman 1dari 27

Transformator

Transformator (dalam bahasa harian disingkat : trafo) berguna


untuk mentransfer (memindahkan) daya arus bolak-balik dari
primer ke sekunder secara induksi
Daya arus searah tak akan dapat dipindahkan
Pada dasarnya transformator terdiri dari gulungan O C (lihat
gambar 1-a), yg dililitkan pada pelat inti besi
Di atas gulungan O C dililitkan lagi gulungan lain, A B
Inti besi bukanlah besi pejal, melainkan berlapis tipis-tipis,
tiap lapis diisolasi
Lapis ini disebut juga lamel, lihat gambar 1-b
Pada gambar 1-a digambarkan bahwa gulungan hanya terdiri
dari atas beberapa lilit saja, inti untuk memudahkan
gambaran, tetapi dalam kenyataannya lilitannya berlapis-lapis
Gambar 1-c adalah lambang transformator
Gambar 1
a. Transformator terdiri atas dua gulungan : OC dan AB
b. Inti terdiri atas lapisan tipis (lamel) besi transformator, tiap lapisan
diisolasi
c. Lambang transformator
Jikalau pada salah satu gul (misal O-C) dikenakan teg
bolak-balik, maka dari gul yg lain (A-B) keluarlah teg
bolak-balik
Gul yg dikenai (dimasuki) teg bolak-balik (dalam hal ini O
C) dinamai gul primer
Gul yg mengeluarkan teg (A-B) dinamai gul sekunder
Jika banyaknya lilitan sekunder sama dengan banyaknya
lilitan primer, maka teg yg dikeluarkan gul sekunder akan
sama tinggi dg teg yg dimasukkan ke gul primer
Jadi kalau misal kepada gul primer dimasukkan teg bolak-
balik 220 V, maka gul sekunder pun setinggi 220 V
Teg yg dikenakan pada gul primer dinamai teg masukan,
teg yg keluar dari gul sekuender dinamai teg keluaran
Jika banyaknya lilitan dalam gul sekunder lebih dari
banyaknya lilitan dalam gul primer, maka teg keluaran
akan lebih tinggi dari teg masukan
Misal banyaknya lilitan di gul sekunder ada 3-kali
banyaknya lilitan gul primer, maka teg keluaran akan
3-kali tinggi dari teg masukan
Hal ini karena teg primer dinaikkan (dikuatkan) di gul
sekunder, maka transformator semacam ini pun
dinamai transformator penaik teg (step up transformer)
Bila banyaknya lilitan di gul sekunder kurang dari
banyaknya lilitan dalam gul primer, maka teg keluaran
pun kurang tinggi dari teg masukan
Transformator ini dinamai transformator penurun teg
(step down transformer)
Contoh :
Pada gul sekunder banyaknya lilitan ada 0,5 dari banyaknya
lilitan primer, maka kalau teg masukan ada 220 V, teg keluaran
adalah :
0,5 x 220 V = 110 V
Perbandingan antara banyaknya lilitan sekunder (N2) dan
banyaknya lilitan primer (N1), jadi N2 : N1, disebut bandingan
transformator (bandingan transformasi)
Dari contoh di atas, perbandingan transformator adalah N2 : N1
=1 : 2 atau n =
Pada transformator tsb pertama, bandingan transformasi adalah
N2 : N1 = 1 : 1 atau n = 1
Transformator semacam ini dipakai sebagai transformator
isolasi, yaitu yg berguna untuk mengisolasi lilitan sekunder
dari lilitan primer
Bentuk transformator

Gambar 2 : Sebuah transformator daya untuk


peralatan elektronika bertransistor
Gul sekunder bercabang-cabang, agar dapat
diperoleh berbagai harga teg
Gambar di atas sebuah contoh transformator daya yg
mengeluarkan berbagai teg rendah
Transformator semacam ini dipakai dalam peralatan
elektronik
Keterangan penggunaannya sbb :
Kalau teg jaringan setempat ada (misal) 220 V, maka teg
ini dikenakan pada gul di terminal terminal 0 220 V
Mungkin di tempat lain teg jaringan adalah 110 V, maka
teg 110 V ini dikenakan pada terminal-terminal yg
bertanda 0 110 V
Dari gul sekunder diperoleh teg setinggi :
6 Volt dari antara titik A B
9 Volt AC
12 Volt AD
3 Volt BC
3 Volt CD
6 Volt BD
boleh dipilih pilih sesuai keperluan
Catatan :
1. Teg yg diperoleh dari gul sekunder akan tepat
menuruti tulisan yang tertera, hanya kalau teg masukan
di primer adalah tepat besarnya, menuruti tulisan yg
tertera
Teg primer yg kurang tinggi akan hasilkan teg sekunder
yg kurang pula
Demikian pula teg yg terlampau tinggi di primer akan
hasilkan teg sekunder yg terlampau tinggi
2. Jangan memberikan teg terlampau tinggi di primer !
Ini akan membuat transformator terlampau panas dan
merusakkannya
Pada transformator juga tertera, berapakah kuat arus
maksimum yg boleh dikeluarkannya (Ini terkait dg tebal
kawat yg dipakai)
Contoh :
Pada gul sekunder tertera : 6 V / 1 A, lihat gambar 3

Gambar 3 : Dalam lilitan sekunder hanya boleh mengalir


arus 1 A; berarti bahwa transformator hanya boleh
menangani daya sampai 6 V x 1 A = 6 Watt
Bila pada transformator itu dibebankan beberapa lampu
berjajar, sementara tiap lampu memakai arus 0,3 A,
berapa lamakah boleh dijajarkan ?
Jawab :
Satu lampu perlu arus 0,3 A. Jadi 1 A akan terbatas pada
paling banyak 3 lampu, yaitu 3 x 0,3 A = 0,9 A, lihat
gambar 3
Bila batas maksimum yg 1 A tsb dilampaui (dg memasang
lampu terlampau banyak), maka transformator akan
terbeban lebih dan menjadi terlampau panas
Catatan :
Ada kalanya yg tertera bukan Ampere, melainkan besar
daya (dalam Watt) yg akan dapat ditangani
transformator
Transformator dg berbagai bentuk dan ukuran
digunakan dalam peralatan elektronik, terutama
sbg piranti penggandeng (kopling), misal guna
menggandeng (mengopelkan) penguat
bertransistor dg pengeras suara,
menggandengkan mikrofon dg penguat atau
menggandengkan penguat dg penguat lain
Tiap keperluan memerlukan konstruksi khusus
dalam hal bentuk inti, jenis inti dan ukuran
kawat, dlsb
Kerugian pada transformator
Pada trafo perlu diusahakan agar seluruh medan
magnet yg dibangkitkan arus primer memotong
seluruh gul sekunder
Kalau hal ini terjadi, maka dikatakan bahwa kopling
(gandengan) antara gul sekunder dan gul primer
adalah 100 % (faktor kopel =1 )
Namun dalam praktek hal ini tak dapat diperoleh,
meskipun sudah diusahakan dg berbagai rekaan
konstruksi inti dan gul
Ada saja medan bocoran, yaitu medan magnet yg
terhambur di luar inti besi
Kalau sekiranya seluruh medan magnet dari gul primer
memotong seluruh gul sekunder, maka pada satu lilit
primer ada teg sama tinggi dg teg yg ada pada satu lilit
sekunder
Dalam hal ini perbandingan teg adalah = perbandingan
transformasi
Dalam praktek tidaklah demikian, melainkan pada satu
lilit sekunder terdapat teg yg kecil dari yg ada pada satu
lilit primer
Jadi perbandingan teg adalah kecil dari perbandingan
transformasi, berarti rugi
Selain rugi yg ditimbulkan oleh medan bocoran, ada lagi
rugi yg ditimbulkan oleh histerisis, berwujud bahang
Bahang timbul oleh sebab pekerjaan pemagnetan dan
pendemagnetan membuat molekul-molekul di dalam
inti saling bergesekan
Untuk mengecilkan rugi ini, dipakai jenis alat ukur besi
tertentu yg memiliki histerisis sekecil mungkin
Kerugian lain yg juga berupa bahang adalah yg
ditimbulkan oleh arus di dalam kawat penghantar
Rugi yg berupa daya bahang ini adalah sama dengan :
daya = I. R, karena itu disebut pula rugi2 I. R
Juga disebut rugi tembaga (karena kawat
penghantarnya dibuat dari tembaga)
Rugi ini dapat dikecilkan dg memakai tebal kawat yg
memadai untuk besar arus yg bersangkutan
Kalau arus terlampau besar (melebihi yg dibolehkan /
dianjurkan), maka terjadilah bahang yg berlebihan dan
trafo pun dapat rusak karenanya
Kejadian terlampau besar arus ini disebut pembeban
kelebihan
Gem-induksi tak saja terjangkit di dalam gul sekunder,
melainkan juga dalam inti, sebab inti trafo yg dari alat
ukur besi itu merupakan penghantar listrik juga
Arus yg ada di dalam inti itu disebut arus eddy atau arus
foucault
Karena arah arus tak menentu dan seakan-akan
berpusar, maka arus itu pun dinamai arus pusar
Oleh karena ada perlawanan di dalam besi, arus
eddy membangkitkan bahang
Karena itu perlu diusahakan agar arus eddy
dibikin sekecil mungkin
Untuk memperoleh hal ini, maka inti trafo tak
berbentuk besi pejal, melainkan dibuat berlapis-
lapis tipis dan setiap lapisan terisolasi
Lapisan yg secara listrik terisolasi itu bagi medan
magnet tetap merupakan penghantar pejal juga
Daya guna trafo
Trafo tak membangkitkan daya, ia hanya dapat
memindahkannya dari lilitan primer ke lilitan
sekunder, sambil mengubah (menaikkan atau
menurunkan) arus atau tegangan
Karena itu daya yg diperoleh dari sekunder tak
akan melebihi daya yg dimasukkan di primer
Dalam praktek selalu ada kerugian dalam inti
besi dan penghantarnya, karena itu daya yg
diproleh dari sekunder selalu lebih kecil dari
daya di primer
Faktor daya guna (disingkat : daya guna : )
adalah perbandingan antara daya yg
dikeluarkan sekunder (Ps) terhadap daya yg
dimasukkan di primer (Pp) atau
X 100 % . (1)
Contoh :
Trafo daya punya daya guna 85 %, kalau ia
diberi beban penuh di sekundernya, 150 Watt,
maka daya guna masukan di primer adalah :
Lazimnya trafo dirancang untuk daya guna sebesar
mungkin, yg memenuhi idaman adalah tentu saja daya
guna 100 %, di mana berlaku (dg beban penuh) :
Daya sekunder = Daya primer (2)
Dg daya makin besar, kerugian di dalam trafo kian
besar; dg demikian daya gunanya kian turun
Daya yg dapat ditangani trafo ditentukan oleh kerugian-
kerugian yg ada padanya, sebab kerugian itu
memanaskan kawat dan inti
Kalau trafo terlampau panas, kawatnya akan dapat
meleleh atau rusak isolasinya
Jadi suhu pada trafo ada batasnya (Daya maksimum yg
boleh dikenakan pada trafo dinyatakan oleh pabrik /
pembuat)
Trafo akan dapat diberi beban yg kecil bila dirancang
untuk seperti itu
Dalam keadaan semacam ini, kerugian yg ada padanya
menjadi berkurang, namun daya gunanya juga
berkurang
Trafo daya kecil-kecil yg dipakai dalam pemancar dan
penerima radio, punya daya guna antara 60 --- 90 %,
kalau diberi beban penuh di sekundernya
Catatan : Untuk memudahkan hitungan, dapat
menganggap bahwa trafo sempurna, di mana daya guna
: 100 % dan berlaku persamaan (2)
Perbandingan arus
Pada gambar berikut, trafo sempurna dengan bandingan
n2 : n1 = 1 : 9
Primernya dikenai tegangan setinggi Vp, maka di sekunder
terbitlah tegangan setinggi Vs = 1/9 x Vp
Gulungan sekunder dibebani R Ohm, mengalirlah arus
dalam lilitan sekunder

Arus sekunder sebesar :


Contoh :

Tegangan primer Vp = 220 V, Tegangan


sekunder Vs = 1/9 x 220 V = 24,4 V
Kalau besar beban ada R = 50 , maka di
sekunder ada arus sekuat :

Karena ada arus di sekunder, maka dalam


lilitan sekunder ada daya. Daya ini adalah
sebesar :
Daya V x I = 24, 4 x 0,49 = 11,956 Watt
Daya yang ada di dalam lilitan sekunder adalah
limpahan (transformasi) dari lilitan primer.
Karena berlaku Daya primer = Daya sekunder,
berarti :
Vp x Ip = Vs x Is

atau .(3)

atau
(4)
Arus sekunder dan arus primer berbanding
berbalikan dengan bandingan transformasi
Tap Changer (Perubah Tap) Pada Transformator
Tap changer adalah alat perubah perbandingan
transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi
sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan / primer yang berubah-ubah.
Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai
kebutuhan konsumen (PLN Distribusi), tegangan
keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah
sesuai keinginan.
Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau
pada kedua sisi belitan transformator dibuat tap
(penyadap) untuk merubah perbandingan transformasi
(rasio) trafo.
Ada dua cara kerja tap changer:
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer
yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan tap
transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban,
disebut Off Load Tap Changer dan hanya dapat dioperasikan
manual,sepertigambar di bawah
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban.
Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap
transformator, dalam keadaan transformator berbeban, disebut
On Load Tap Changer (OLTC) dan dapat dioperasikan secara
manual atau otomatis (Gambar 2).

Anda mungkin juga menyukai