atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal.
Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan
berbagai istilah, seperti swamp, marsh, bog dan fed, masing-masing mempunyai arti yang berbeda. LANJUTAN
Swamp adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut. LANJUTAN
Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. LANJUTAN
Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog, dan "raised bog. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal. LANJUTAN
Fed adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis, tetapi air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut laagveen atau lowmoor. JENIS LAHAN RAWA
Lahan rawa pasang surut, lokasinya berada di sepanjang pesisir dan sepanjang ruas sungai bagian hilir yang dipengaruhi oleh fluktuasi pasang surut harian Lahan rawa non pasang surut, letaknya berada di luar zone pasang surut, seringkali disebut lahan rawa lebak. Kawasan ini lebih banyak dipengaruhi oleh fluktuasi musiman muka air sungai Lahan rawa pedalaman, lahan rawa yang tidak termasuk dalam klasifikasi yang disebutkan di atas. FUNGSI LAHAN RAWA
Fungi hidrologis Fungsi pelindung lingkungan Fungsi kawasan lindung Fungsi kawasan budidaya Fungsi strategis rawa Fungsi lingkungan hidup Fungsi sosial Fungsi ekonomi FUNGSI HIDROLOGI
Menampung air dalam jumlah yang besar Meredam aliran air disaat hujan atau mengurangi fluktuasi aliran air Melepaskan sedikit demi sedikit cadangan air di saat kemarau menahan intrusi air asin FUNGSI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
Lingkungan darat dilindungi oleh rawa dari serangan gelombang Lingkungan perairan dilindungi oleh rawa melalui proses penyaringan air yang tercemar sebelum memasuki perairan FUNGSI KAWASAN LINDUNG
Melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan Kriteria pengembangan lahan rawa sebagai kawasan lindung :
Kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 m
atau lebih Kawasan pantai berhutan bakau LANJUTAN
Memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa yang perlu dilestarikan Kawasan yang mempunyai komunitas alam yang unik, langka dan indah FUNGSI KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kriterian pengembangan lahan rawa sebagai kawasan budidaya adalah :
Kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya LANJUTAN
Kawasan yang dapat meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor kegiatan ekonomi sekitarnya Kawasan yang apabila digunakan untuk budidaya akan meningkatkan pendapatan nasional dan daerah Kawasan apabila digunakan untuk budidaya, tidak mengganggu fungsi lindung dan pelestarian sumberdaya alam FUNGSI STRATEGIS RAWA
Kawasan yang mempunyai skala kegiatan produksi dan atau potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia yang besar dan berpengaruh terhadap pengembangan aspek ekonomi, demografi, politik, pertahanan dan keamanan serta pengembangan wilayah sekitarnya Kawasan yang mempunyai skala kegiatan produksi dan atau potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia yang besar serta usaha dan atau kegiatan berdampak besar dan penting terhadap kegiatan sejenis maupun kegiatan lain baik diwilayah bersangkutan, wilayah sekitarnya maupun wilayah negara LANJUTAN
Kawasan yang memiliki faktor pendorong besar bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat baik di wilayah yang bersangkutan maupun di wilayah sekitarnya Kawasan yang mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan baik dalam lingkup nasional maupun regional Kawasan yang mempunyai posisi strategis serta usaha dan atau kegiatan berdampak besar dan penting terhadap kondisi politis dan pertahanan keamanan nasional serta regional. FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP, SOSIAL DAN EKONOMI
Fungsi lingkungan hidup mengandung pengertian rawa sebagai bagian ekosistem, merupakan tempat kelangsungan hidup flora dan fauna Fungsi sosial mengandung pengertian kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan individu dan perlu mempertimbangkan faktor budaya masyarakat setempat Fungsi ekonomi mengandung pengertian rawa dapat didayagunakan melalui upaya reklamasi untuk menunjang kegiatan usaha melalui penyiapan prasarana dan sarana bagi keperluan lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, industri dan perhubungan serta pariwisata. POTENSI DAERAH RAWA
LANJUTAN
Luas rawa di Indonesia : 33,39 juta ha Potensi rawa : 10,87 juta ha LUAS POTENSI RAWA
LUAS LAHAN RAWA
LUAS LAHAN RAWA REKLAMASI
REKLAMASI LAHAN RAWA
LUAS LAHAN RAWA NON PASANG SURUT
RAWA DI JAWA
RAWA DI SUMATERA
RAWA DI KALIMANTAN
RAWA DI SULAWESI
RAWA DI PAPUA
PERMASALAHAN
Beberapa aspek yang menghambat pengembangan lahan rawa antara lain : Aspek air (tata air, banjir, kekeringan, pH, salinitas, dll) Aspek Tanah (pirit, gambut, mudah tumbuh gulma, miskin unsur hara, dll) Aspek sosial budaya ekonomi (pemukiman, pemasaran, penggarap, sarana transportasi, keterbatasan modal, keterisolasian, dll) Aspek lingkungan ASPEK AIR
Tata air, berbeda dengan pengaturan air di lahan dataran tinggi dimana sistem airnya mudah diatur dengan menggunakan gaya gravitasi, pada daerah rawa tata airnya sangat bergantung dengan tinggi muka air pasang surut. Banjir, permasalahan banjir ini terutama dijumpai di rawa lebak, di saat musim hujan kelebihan air tidak bisa di drainase karena topografi lahan rawa lebak umumnya cekung dan elevasi lahannya berada di bawah elevasi muka air sungai LANJUTAN
Kekeringan, kekeringan dijumpai di daerah rawa lebak dan sebagian rawa pasang surut. Semakin jauh dari sungai suatu unit rawa semakin besar kemungkinan untuk mengalami kekeringan PH, derajat keasaman PH air di lahan rawa umunya sangat tingggi < 4.5, dengan derajat keasaman yanggi tinggi sulit untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian terutama untuk budidaya pertanian terutama padi. LANJUTAN
Salinitas, lahan rawa yang berada di dekat laut, biasanya cocok dikembangkan lahan budidaya padi, akan tetapi pada saat musim kemarau tiba debit hulu sungai yang mendukung unit rawa ini menjadi kecil, terjadi intrusi air laut ASPEK TANAH
Pirit, adalah tanah lempung di daerah rawa yang mengandung FeS2 serta komponen besi dan belerang lainnya. Tanah ini berwarna keabu abuan, mempunyai daya dukung yang sangat rendah, kandungan bahan organic sangat sedikit Gambut, tanah gambut terbentuk akibat pelapukan bahan organic berkaitan dengan temperature tanah, kondisi air yang tergenang dan berbagai asam di dalam tanah. LANJUTAN
Gulma, adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Pada lahan rawa gulma tumbuh dengan cepat dan lebat ASPEK SOSIAL BUDAYA
Pemukiman, upaya pembukaan lahan rawa oleh masyarakat untuk pemukiman dengan cara reklamasi sering menimbulkan permasalahan baru yaitu mengganggu keseimbangan alam Pengetahuan dan permodalan, tingkat pendidikan dan permodalan petani yang terbatas menyebabkan alih teknologi pertanian rawa mengalami hambatan Hubungan petani lahan rawa, kurang harmonisnya hubungan antara pendatang dan penduduk lokal dalam unit rawa berdampat kurang baik dalam pengelolaan rawa LANJUTAN
Waktu pembangunan yang lama, pembangunan dan pengembangan lahan rawa memakan waktu yang lama akan menimbulkan masalah keberlanjutan pengelolaan rawa tersebut ASPEK LINGKUNGAN
Permasalahan air tawar : kurangnya air tawar di lokasi pemukiman, alam yang rusak menyebakan sumberdaya air semakin menurun dan berujung intrusi air air pada musim kemarau, pertanian system tradisional mengakibatkan pemborosan air Permasalahan O&P, kurangnya pemeliharaan jaringan mengakibatkan biaya rehabilitasi semakin mahal LANJUTAN
Permasalahan jaringan irigasi/drainase : jaringan yang kurang memadai, kurangya pemeliharaan, kurangnya biaya pembangunan (diusahakan per blok) Permasalahan dari sisi kebijakan : lokasi jauh dari pusat pertumbuhan, lahan marjinal (belum matang), jaringan reklamasi terbuka sehingga jaringan air belum bisa dilakukan, tanaman yang diijinkan terbatas, tenaga kerja terbatas, dukungan pengembangan terbatas LANJUTAN
Permasalahan koordinasi Permasalahan keseimbangan konservasi & pendayagunaan : upaya pendayagunaan meningkatkan daya rusak air, kurangya keterpaduan menyebabkan kepentingan lingkungan terabaikan