Anda di halaman 1dari 45

KUSTA/MORBUS

HANSEN
Pembimbing :
Dr.Nurhasanah, Sp.KK
Oleh:
Ira rahmawati
03012118

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD KARAWANG
20 NOVEMBER 2017
Definisi

Penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat
Kusta adalah penyakit kronik granulomatosa yang terutama mengenai kulit, saluran pernapasan
atas dan sistem saraf perifer.
EPIDEMIOLOGI
WHO : Jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar 219.075.
Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (160.132)
geografi

2011:17 negara yang melaporkan 1000 atau lebih kasus baru


beberapa negara seperti India, Indonesia, Myanmar, Srilanka
waktu menunjukkan peningkatan deteksi kasus baru

Etnik atau suku:Malaysia ;kusta lepromatosa >>etnik China dibandingkan etnik


Melayu atau India.
sosial ekonomi:
Umur Lbayi sampai usia lanjut (3 minggu sarnpai lebih dari 70 tahun). terbanyak
factor usia muda dan produktif.
manusia jenis kelamin: Rendahnya kejadian kusta pada perempuan kemungkinan karena
faktor lingkungan dan sosial budaya
Etiologi

Mycobacterium leprae pewarnaan Ziehl-Neelsen

Basil tahan asam, Gram Positif


Ukuran 3 8 Um x 0,5 Um
Biakan medium artifisial BELUM ADA
HOST RESPOND
-major genetic risk factor:
Single-nucleotide
polymorphism (SNP)
association studies showed
a low lymphotoxin- (LTA)-
TRANSMISSION producing allele
-large numbers of M. -imunity AGENT
Lepra in the superficial
keratin layer Mycobacterium
-nasal mucosal lesions in
lepromatous leprosy leprae
ranges from 10,000 to
10,000,000

Kusta
Reaksi kusta
Penderita Kusta tuberkuloid biasanya memiliki reaksi
Mitsuda yang sangat positif, mengukur adanya imunitas
yang dimediasi sel fungsional; Sebaliknya, pasien LL
Reaksi reversal (RRs), juga dikenal sebagai reaksi tipe
1 menunjukkan aktivasi tiba-tiba inflamasi Th1, pada
BL, BT, atau Kategori BB) sering setelah dimulainya
pengobatan
Eritema nodosum leprosum (ENL), juga dikenal sebagai
reaksi tipe 2. terjadi pada LL atau BL dan lebih sering
terlihat pada pasien dengan indeks bakteri tinggi
Klasifikasi

PB MB

1. Lesi kulit (makula yang 1-5 lesi > 5 lesi


datar, papul yang Hipopigmentasi/eritema Distribusi lebih simetris
meninggi,infiltrat, plak
Distribusi tidak simetris Hilangnya sensasi kurang jelas
eritem, nodus)
2. Kerusakan saraf Hilangnya sensasi yang Banyak cabang saraf
(menyebabkan hilangnya jelas
sensasi/ kelemahan otot Hanya satu cabang saraf
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena)
Positif (+) Negatif (-)
3. BTA
Gambaran Klinis
Kelainan Kulit
Bentuk : makula, infiltrat, papul, nodus
Jumlah : satu, beberapa, banyak
Distribusi : simetris, asimetris
Permukaan : halus, berkilat, kering bersisik
Batas : jelas, tidak jelas
Anastesia : jelas, tidak jelas, tidak ada
Gambaran Klinis
Saraf Perifer
N. fasialis
N. aurikularius magnus Perlu dinilai
N. ulnaris

N. medianus
N. radialis - Pembesaran
N. poplitea lateralis - Konsistensi
N. tibialis posterior -Nyeri +/-
Manifestasi saraf

Penebalan saraf greater auricula dan area penebalan saraf yang berpotensi
dipalpasi pada kusta
Tampak makula hipopigmentasi pada regio manus
sinistra dengan atrofi otot thenar dextra.
Morbus Hansen

KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


Kerusakan mata pada kusta

Primer :alopesia pada alis mata dan bulu


mata, juga dapat mendesak jaringan mata
lainnya
Sekunder :rusaknya nervus fasialis yang
dapat membuat paralisis N. Orbikularis
palpebrarum sebagian atau seluruhnya,
mengakibatkan lagoftalmus
Keterlibatan jaringan lain

keterlibatan mukosa laring yang menjadi menebal,


nodus dan ulserasi yang akhirnya berkembang >fibrosis
pita suara
Atrofi pada tulang anterior nasal biasanya terjadi
karena end arteritis kusta dan osteomielitis
piogenic>saddle nose.
Di abdomen, lien dan hepar dapat diinfilrasi oleh
makrofag M. leprae dan dapat membesar
ginjal dapat berupa glomerulonefritis, nefritis interstisial
dan pielonefritis
Gambaran Klinis

Serologis DIAGNOSIS Bakterioskopis

Histopatologis
CARDINAL SIGN
Hipopigmentasi atau bercak eritema, plak infiltrat atau
penebalan kulit atau nodul. Mati rasa pada bercak bisa
total atau hanya sebagian.
Penebalan saraf tepi
Dijumpai BTA pada hapusan jaringan kulit
Pemeriksaan Fisik

Menentukan tipe lesi kulit yang didapat


Tes sensitivitas dilakukan menggunakan kapas (untuk rangsang
raba), jarum (untuk rangsang nyeri), dan tabung reaksi berisi air
panas dan hinggin (untuk rangsang suhu).
Tes komponen motorik dan otonom
pembesaran saraf perifer :n. fasialis, n. aurikularis magnus, n.
radialis, n. ulnaris, n. medianus, n. poplitea lateralis, dan n. tibialis
posterior.
SIFAT LL BL BB

Lesi
Bentuk Makula, Infiltrat Difus, Makula, Plakat, Papul Plakat, Dome Shaped (Kubah),
Jumlah Papul, Nodul Sukar dihitung, masih Punched Out
Distribusi Tidak terhitung, praktis ada kulit sehat Dapat dihitung, kulit sehat jelas
Permukaan tidak ada kulit sehat Hampir simetris ada
Batas Simetris Halus Berkilat Asimetris
Anestesia Halus Berkilat Agak Jelas Agak Kasar/berkilat
Tidak Jelas Tak Jelas Agak Jelas
Biasanya Tak Jelas Lebih Jelas

BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak Banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya Negatif Negatif
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
SIFAT TT BT I

Lesi
Bentuk Makula saja, makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat Hanya makula
Jumlah infiltrat Beberapa, atau satu dengan Satu atau beberapa
Distribusi Satu, dapat beberapa satelit variasi
Permukaan asimetris Masih asimetris halus agak berkilat
Batas kering bersisik Kering bersisik jelas/tidak
Anestesia Jelas Jelas tidak ada sampai tidak jelas
Biasanya Tak Jelas Tak Jelas

BTA
Lesi kulit Negatif Negatif/positif 1 Biasanya negatif
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya Negatif Negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Positi lemah sampai negatif
Lesi Tuberculoid Borderline Punch out Kulit multiple
leprosy, soliter, Tuberculoid
anesthetic, annular Leprosy, gambaran Borderline nodular pada
anular inkomplit BB Leprosy Lepromatous
dengan papul Leprosy
satelit
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
M. leprae terlihat merah
solid : batang utuh hidup
fragmented : batang terputus mati
granular : butiran mati
Pemeriksaan Penunjang
Indeks Bakteri:
Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu sediaan
Nilai 0 6+

Indeks Morfologi:
Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra
tapi tidak untuk diagnosis. Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem imun
penderita
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit pada kusta tanpa komplikasi dapat hanya berbentuk, makula saja, infiltrat sata, atau
keduanya.
Disebut The greatest imitator

Diagnosis banding :
o ptyriasi versicolor
o Pitiriasis rosea
o Pitiriasis alba
o Dermatofitosis
o Erythema annulare centrifugum
Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT):
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin

Pemberian MDT:
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
Obat Alternatif:
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
Obat penunjang (vitamin/ roburansia)
Obat neurotropik seperti vitamin B1, B6, dan B12 dapat diberikan. 2
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
BB,BLdan LL
atau semua tipe BTA (+)

Rifampisin 600 mg/bulan


DDS 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
Diberikan 2 3 tahun bakterioskopik (-)
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB)
I, TT, dan BT

Rifampisin 600 mg/bulan


DDS 100 mg/hari
Diberikan 6 9 bulan
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

Rifampisin 600 mg
Ofloksasin 400 mg
Minosiklin 100 mg

ROM diberikan dosis tunggal


Pengobatan
Release From Treatment (RFT) :
Penghentian pemberian obat
Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


Bebas dari pengamatan
Lesi baru (-), BTA (-)
Pengobatan
WHO (1998)
RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
Pasien dinyatakan sembuh jika :
Kasus MB 12 dosis dalam 12 18 bulan
Kasus PB 6 dosis dalam 6 9 bulan
Reaksi Kusta
Suatu keadaan akut pada perjalanan peny kusta yang kronik
Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
KLINIS REVERSAL ENL

Kulit Lesi >> eritematosa Nodus eritem


Lesi baru Nyeri, ulserasi

Saraf Membesar Membesar


Nyeri +/- Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/- Gangguan fungsi +/-

Konstitusi Demam ringan Demam ringan berat


Malese Malese
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
Ringan rawat jalan, istirahat
Berat rawat inap
Obat :
Prednison 15 30 mg/hr berat/ringan reaksi
Klofazimin 200 300 mg/hr
Thalidomide teratogenik, di Indonesia (-)
Dosis prednisone harian menurut minggu pemberian
Minggu pemberian Dosis prednisone harian yang
dianjurkan
1-2 40 mg
3-4 30 mg
5-6 20 mg
7-8 15 mg
9-10 10 mg
11-12 5 mg
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 15 30 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan

Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Komplikasi

Ulserasi Sosial

berdampak
Mutilasi Psikologis

Deformitas
Ekonomis
Derajat kecacatan
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0 Tidak ada gangguan sensibilitas, kerusakan dan deformitas
Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas TANPA kerusakan atau deformitas
Tingkat 2 Terdapat kerusakan atau deformitas
Cacat pada mata
Tingkat 0 Tidak ada kelainan/kerusakan
Tingkat 1 Ada kelainan/kerusakan pada mata yang tidak terlihat, visus sedikit berkurang

Tingkat 2 Ada kelainan mata yang terlihat (lagotalmus, iritis, kornea keruh) dan/atau visus
sangat terganggu
Prognosis
Bergantung pada seberapa luas lesi dan
tingkat stadium penyakit.
Kesembuhan bergantung pula pada kepatuhan
pasien terhadap pengobatan.
Pasien dapat mengalami kelumpuhan bahkan
kematian, serta kualitas hidup pasien menurun

TERIMA KASIH
NOVEMBER 2017

Anda mungkin juga menyukai