Anda di halaman 1dari 16

Pemilihan umum merupakan salah satu instrumen kelembagaan

penting di dalam negara demokrasi.

Demokrasi itu di tandai dengan 3 (tiga) syarat yaitu:


- adanya kompetisi di dalam memperebutkan dan mempertahankan
kekuasaan,
- adanya partisipasi masyarakat,
- adanya jaminan hak-hak sipil dan politik.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut diadakanlah sistem pemilihan
umum, dimana dengan sistem ini kompetisi, partisipasi, dan jaminan
hak-hak politik bisa terpenuhi dan dapat dilihat. Secara sederhana
sistem politik berarti instrumen untuk menerjemahkan perolehan
suara di dalam pemilu ke dalam kursi-kursi yang di menangkan oleh
partai atau calon.
Menurut Robert Dahl, bahwa pemilihan umum
merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi
suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern.
Pemilihan umum dewasa ini menjadi suatu
parameter dalam mengukur demokratis tidaknya
suatu negara, bahkan pengertian demokrasi
sendiri secara sedehana tidak lain adalah suatu
sistem politik dimana para pembuat keputusan
kolektif tertinggi di dalam sistem itu dipilih
melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan
berkala
Secara sederhana tujuan dari pemilu adalah
penyaluran kedaulatan rakyat. Tujuan dari pada
penyelenggaraan pemilihan umum menurut
Jimmly Asshiddiqie dapat dirumuskan dalam
empat bagian yakni:

Untuk memungkinkan terjadinya pemilihan


kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan
damai.
Untuk memungkinkan terjadinya pergantian
pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di
lembaga perwakilan.
Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.
Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga
Negara.
Pemilu merupakan instrumen pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam negera demokrasi
Pemilu sebagai penyaluran atas Hak Asasi Manusia.
Pemilu merupakan legalitas dan legitimasi politik dalam
demokrasi modern.
Dalam negara yang punya penduduk besar, demokrasi
dilamukan melalui sistem perwakilan (Representative
Democracy atau Indirect Democracy) yang dipilih lewat
Pemilu.
Peserta Pemilu dapat secara kelembagaan (Parpol) atau
secara perorangan.
Dalam pernyataan umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 21 ayat (1)
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengambil bagian
dalam pemerintahan negerinya secara langsung atau melalui wakil-wakilnya
yang dipilih secara bebas.
Hak untuk berperan serta dalam pemerintahan ini berkaitan dengan tidak
dipisahkan dengan hak berikutnya dalam ayat (2) yaitu: bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk memperoleh akses yang sama pada pelayanan oleh
pemerintahan dalam negerinya.
Selanjutnya untuk mendukung ayat-ayat tersebut dalam ayat (3) ditegaskan
asas untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang melandasi kewenangan dan
tindakan pemerintah suatu Negara yaitu: kehendak rakyat hendaknya
menjadi dasar kewenangan pemerintah; kehendak ini hendaknya dinyatakan
di dalam pemilihan-pemilihan sejati dan periodik yang bersifat umum dengan
hak pilih yang sama dan hendaknya diadakan dengan pemungutan suara
rahasia atau melalui prosedur pemungutan suara bebas.
Pernyataan umum Hak Asasi Manusia PBB Pasal 21 tersebut di atas, terutama
Pasal 3 merupakan penegasan asas demokrasi yaitu bahwa kedaulatan rakyat
harus menjadi dasar bagi kewenangan pemerintahan dan kedaulatan rakyat
melalui suatu pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia.
Pasal1 ayat (2) UUD 1945: Kedaulatan rakyat
rakyat memiliki kekuasaan tertinggi.
Kedaulatan rakyat melalui perwakilan
demokrasi dengan perwakilan (representative
democracy)
Mekanisme penyerahan kedaulatan rakyat melalui
wakilnya adalah melalui mekanisme Pemilu
Pemilu adalah salah satu mekanisme demokrasi
Pasal27 ayat (1) jo. Pasal28D ayat(3) UUD 1945
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan p emerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.

Pasal28 UUD 1945


Kemerdekaan berserika tdan berkumpul, mengeluarkan pikirandenganlisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal28E ayat(3) UUD 1945


Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

HAK MEMILIH (Pasal19 UU No. 10 Tahun2008)


(1) Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap
berumur 17 (tujuhbelas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin
mempunyai hak memilih.
(2) Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat(1) didaftar oleh
penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih.
1. Pendapat dan aspirasi rakyat dinamis dan berubah dari
waktu ke waktu;
2. Kondisi kehidupan bersama dalam masyarakat berubah,
baik karena faktor internal maupun internasional.
3. Pertambahan jumlah penduduk yang berakibat adanya
new voter yang berbeda dengan orang tuanya.
4. Menjamin terjadinya pergantian kepemimpinan agat
tidak terjadi absolutisme.
1. Pemilihan Umum
2. Referendum
MPR pernah menetapkan Ketetapan MPR tentang
Referendum, yaitu TAP MPR Nomor IV/MPR/1983,
meskipun kemudian dicabut sebelum dipraktikkan
dengan TAP MPR Nomor VIII/MPR/1998
3. Plebisit
Pemungutan suara umum di suatu daerah untuk
menentukan status suatu daerah.
1. Sistem Pemilu Mekanis
Sistem Pemilu mekanis melihat rakyat sebagai massa
individu2 yang sama. Individu tetap dilihat sebagai
penyandang hak pilih yang bersifat aktif.
2. Sistem Pemilu Organis
Sistem Pemilu organis menempatkan rakyat sebagai
sejumlah individu-individu yang hidup bersama dalam
berbagai persekutuan hidup berdasarkan geneologis,
ekonomi, lapisan sosial, dan lembaga-lembaga sosial
lainnya. Sehingga persekutuan inilah yang dianggap
sebagai pengendali dan yang punya hak pilih.
1. Sistem Perwakilan Distrik/mayoritas (Single member
constituencies /winner takes all)
Wilayah negara dibagi atas distrik2 pemilihan atau Daerah
Pemilihan yang jumlahnya sama dengan anggora
parlemen yang akan dipilih.
2. Sistem Perwakilan Berimbang (Proportional
Representation)
Jumlah kursi di parlemen dibagikan kepada tiap-tiap
parpol sesuai dengan jumlah jumlah suara sah yang
diperoleh
1. Sejak pemilu 1955, 1971,1977,1982, 1987,1992,1997,1999
menggunakan sistem proporsional
2. Pemilu 2004 (menurut UU No. 12/2003 tentang Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD Pasal 6)
(a) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Propinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem
proporsional dengan daftar calon terbuka
(b) Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan
dengan sistem distrik berwakil banyak
Menurut UU No. 23 tentang Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden

Dilakukan secara langsung dengan memilih


kandidat-kandidat yang diusulkan oleh parpol
atau gabungan parpol

Jika pada putaran pertama tidak ada calon yang


memenuhi kuota sebanyak 50% suara sah+1 suara,
maka diadakan pemilu putaran kedua dengan
peserta yang memliki jumlah suara terbanyak
pertama dan kedua. Pemenang pemilu putaran
kedua adalah yang mendapatkan suara terbanyak
Sistem daftar perwakilan proporsional adalah sistem
yang mensyaratkan setiap partai untuk menunjukkan
daftar kandidatnya kepada para pemilih. Para pemilih
memilih partai, bukan kandidat, dan partai menerima
suara dalam proporsi andil keseluruhannya dan
jumlah perolehan suara nasional. Kandidat yang
menang diambil dari daftar secara berurutan

Sistem distrik berwakil banyak adalah sistem yang


memungkinkan para pemilih untuk menunjukkan
pilihan kandidat mereka, para pemilih memberikan
urutan pilihan terhadap kandidat mereka
1. UU No. 27 Tahun 1948 tentang Pemilu
2. UU No. 12 Tahun 1949 tentang Pemilu
3. UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilu
4. UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu
5. UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilu Anggota MPR/DPR sebagaimana
dirubah dengan dg UU No. 4 Tahun 1975 dan UU No. 2 Tahun 1980.
6. UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar
7. UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu sebagaimana diubah dg UU No. 4 Tahun
2000 tentang Perubahan atas UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu
8. UU No. 12 Tahun 2003 terntang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD.
9. UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pimilu Presiden dan Wapres
10. UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD.
11. UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
12. UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD

Anda mungkin juga menyukai