Anda di halaman 1dari 29

PNEUMONIA

dr Hj. Isnawati Nur, Sp,A


Pendahuluan

Infeksi saluran napas akut masih tetap merupakan masalah


utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju.

WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi


akibat penyakit infeksi didunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza.

Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus


pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6
juta jiwa
Definisi
Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang menyerang jaringan
parenkim paru.
Menurut PDPI (Perhimpunan Doker Paru Indonesia)
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk.
Pada kondisi pneumonia, alveoli akan terisi oleh pus dan cairan yang
menyebabkan terbatasnya pengambilan oksigen pada penderitanya
Faktor Risiko

Paparan Asap Rokok Imunisasi tidak lengkap Malnutrisi Kepadatan Hunian


Faktor Risiko

Aspirasi Benda Asing Gangguan Imun Campak Pertusis


Etiologi
0-20 hari 3 minggu 3bulan 4 bulan- 5 tahun 6-18 tahun

Bakteri Bakteri Bakteri Bakteri


Eschricia coli Chlamydia Chlamydia C. Pneumoniae
Group B trachomatis tracthomatis M.Pneuminiae
streptococci s. pneumonia Mycoplasma S.Pneumonia
Listeria pneumoniae
monocytigenes Virus S. penumoniaee
Adenovirus
Influenza virus Virus
Parainfluenzavirus Adenovirus
1,2,3 Influenza virus
Respiratory Parainfluenza virus
syncitial virus Rhinovirus
Respirator Syncytial
Virus
Klasifikasi

Berdasarkan Berdasarkan klinis Berdasarkan lokasi


Kuman penyebab dan epidemiologi infeksi
Pneumonia Pneumonia Pneumonia lobaris
bakterial / tipikal komuniti Bronko pneumonia
Pneumonia Penumonia Pneumonia
atipikal nosokomial interstisial
Pneumonia virus Pneumonia
Pneumonia jamur aspirasi
UPAYA PENEMUAN & TATALAKSANA
PNEUMONIA BALITA

Melakukan penilaian (memeriksa) semua Balita Batuk atau sukar bernapas


dengan melakukan hitung napas dan melihat Tarikan dinding dada bawah
kedalam (TDDK)
METODE SENSITIVITAS SPESIFISITAS
STETOSKOP 53% 59%

HITUNG NAPAS/ TDDK 77% 58%


keluhan utama:
Batuk (< 2 minggu) atau
sukar bernapas

LIHAT DAN DENGAR (anak harus kondisi tenang) :


Hitung napas dalam 1 menit.
Perhatikan, adakah Tarikan Dinding Dada bagian bawah Ke
dalam (TDDK)

Klasifikasikan BATUK atau SUKAR BERNAPAS spt Tabel 1.


TANYAKAN
LIHAT, DENGAR, RABA
Berapa umur anak (Anak harus tenang)

Apakah anak batuk?Berapa lama? Lihat :


Tanda Bahaya : Hitung napas dalam 1 menit
Apakah anak (usia 2bln-<5 tahun) Adakah TDDK/ TDDK kuat ?
tidak
Apakah kesadaran anak menurun?
bisa minum/menetek?
Apakah ada tanda-tanda gizi buruk?
Apakah bayi usia <2bln kurang
bisa minum? Dengar :

Apakah anak demam/panas? Adakah terdengar stridor?

Apakah anak kejang? Adakah terdengar wheezing?


Raba
Adakah terdengar stridor
UMUR < 2 BULAN

Kurang bisa minum

Kejang

Kesadaran menurun

Stridor

Wheezing

Demam/dingin

Anak yang mempunyai SALAH SATU TANDA BAHAYA harus


SEGERA DIRUJUK
Kriteria Takipneu menurut WHO

0-2 bulan 60 kali/menit

2-12 bulan 50 kali/menit

1-4 tahun 40 kali/menit

5 tahun 30 kali/menit
Indikasi Rawat Inap
Frekuensi napas 50x/menit

Distress pernapasan

Merintih

Terdapat tanda dehidrasi

Keluarga tidak bisa merawat di rumah


Indikasi Rawat Inap
Malnutrisi
Campak
Down syndrome
Tatalaksana
Pemberian oksigen terutama pada pasien dengan saturasi 92% dan pasien dengan
distress pernapasan, evaluasi setiap minimal 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan
saturasi oksigen
Hisap lendir

Terapi cairan

Berikan analgetik dan antipiretik

Nebulisasi dengan SABA dan/ atau NACL

Pemberian antibiotik
Tatalaksana standar mengajarkan agar tenaga kesehatan memfokuskan
perhatian pada pernapasan anak & bukan pada keparahan batuknya maupun
ada tidaknya demam.

BATAS NAPAS CEPAT MEMBUANG MENARIK


Dihitung dalam keadaan anak tenang- 1 menit penuh
> 60 x/menit : <2 bl NAPAS NAPAS
> 50 x/menit : 2 bl - <1 th
> 40 x/menit : <1 th - <5 th

Tarikan dinding dada ke dalam (kuat)


saat anak menarik napas

Pada bayi muda, jika tddk hanya sesekali &


ringan maka bukan tanda pneumonia berat
Pemberian Antibiotik
Golongan betalactam ( penisilin, sefalosporin, karbapenem dan monobaktam )

Antibiotik empiris, kotrimokzsazol (8 mg/kgBB/dosis dalam 2 dosis trimetroprim


PO ) atau amoksisilin 25 mg/kgBB/dosis diberikan tiap 12 PO

Pada kasus berat diberikan golongan sefalosporin

Penanganan pneumonia pada neonatus diberikan golongan penisilin ( cakupan


gram positif ) dan golongan aminoglikosida ( untuk cakupan gram negative ).
Pemberian antibiotic inisial pada pneumonia adalah ampisilin 50
mg/kgBB/dosis (IV/IM ) setiap 6 jam.
Jika klinis berat atau bayi <2 bulan, pengobatan inisial berupa
kombinasi ampisilin gentamisin ( 7,5 mg/kgBB (IV/IM) satu kali
sehari.
Pada keadaan meningitis ( malas menetek, letargis, kejang,
menangis lemah, fontanel menonjol ) dan septicemia, maka obat
pilihan pertama adalah sefotaksim atau seftriakson IV.
Komplikasi

Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus. Cairannya transudat dan steril.
Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.

Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis.
Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggIan ureum
dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian fostase alkali dan bilirubin akibat adanya
kolestasis intrahepatik.

Hipoksemia akibat gangguan difusi.


Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative.

Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-
6 minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa.

Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi


dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberkulosis, atau pneumonia nekrotikans. 10
Prognosis
Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus
adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60%
pada anak dengan kondisi yang buruk

Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih


lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda
prognosis yang buruk.

Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih


jelek.
Pencegahan

ASI eksklusif

Imunisasi : campak, HiB , PCV

Perbaikan gizi keluarga

Hindari faktor risiko


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai