TEKNIK ANESTESI
Pembimbing: Djoni Kusumah Pohan dr., Sp.An., M.Kes
Oleh:
Rachmia Utari 4151131523
Dini Anggraeni 4151131516
Rifqy Wahyu 4151131518
Silvia Andina Yelsi 4151131519
Galuh Ajeng Savira 4151131520
Hardiansah Saefuddin 4151131532
Putrie Nurdianti 4151131529
BAB I. PENDAHULUAN
O Anestesi berasal dari bahasa Yunani. An tidak,
tanpa dan aesthesos, persepsi, kemampuan
untuk merasa. Secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh
1. Hipnotik
2. Analgetik
3. Relaksasi Otot
1. Hipnosis
Identitas pasien
Riwayat penyakit sistemik (DM, hipertensi,
kardiovaskular, TB, asma)
Riwayat pbat-obatan yang sedang atau telah
digunakan dan mungkin menimbulkan reaksi
interaksi dengan obat-obat anestetik
Riwayat operasi dan anestesi sebelumnya, berapa
kali, dan selang waktunya. Apakah pasien mengalami
komplikasi saat itu seperti kesulitan pulih sadar dan
perawatan intensif pasca bedah
Kebiasaan sehari-hari pasien, seperti merokok dan
minum alkohol, atau obat-obatan
Riwayat alergi
Riwayat penyakit keluarga
O Pemeriksaan fisik
Selama induksi
O Kesalahan teknik dalam punksi vena
O Kesalahan teknik intubasi
O Batuk dan spasme laring
O Muntah
Selama narkose dan operasi
a.Gangguan airway
obstruksi saluran napas akut lain selama atau segera
setelah induksi anestesi.
b.Komplikasi sistem kardiovaskular
Hipotensi, hipertensi, aritmia
c.Komplikasi saluran pencernaan
Muntah, regurgitasi, distensi.
d.Komplikasi lain
Kornea mata luka karena masker/kap/duk operasi,
retensi urin, hipotermi, menggigil (peningkatan suhu
tubuh), gelisah setelah anestesi dan sadar selama
operasi.
2.3.1.8 Pemulihan pasca anestesi
Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan,
setelah dilakukan operasi terutama yang
menggunakan anestesi umum, maka perlu
melakukan penilaian terlebih dahulu untuk
menentukan apakah pasien sudah dapat
dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di
observasi di Recovery Room (RR).
1. Aldrete Score
2. Steward Score (anak-anak)
1. Aldrete Score
Jika jumlahnya >8, maka penderita dapat dipindahkan
ke ruangan.
O Nilai warna: merah muda (2), pucat (1), sianosis (0)
O Pernapasan: dapat bernapas dalam dan batuk (2), dangkal
namun pertukaran udara adekuat (1), apnea atau
obstruksi (0)
O Sirkulasi: tekanan darah menyimpang <20% dari normal
(2), tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal (1),
tekanan darah menyimpang >50% dari normal (0)
O Kesadaran: sadar, siaga dan orientasi (2), bangun namun
cepat kembali tertidur (1), tidak berespons (0)
O Aktivitas: Seluruh ekstremitas dapat digerakkan (2), dua
ekstremitas dapat digerakkan (1), tidak bergerak (0)
2. Steward Score (anak-anak)
Jika jumlahnya> 5, penderita dapat
dipindahkan ke ruangan.
O Pergerakan: gerak bertujuan (2), gerak tak bertujuan
(1), tidak bergerak (0)
O Pernafasan: batuk, menangis (2), pertahankan jalan
nafas (1), perlu bantuan (0)
O Kesadaran: menangis (2), bereaksi terhadap
rangsangan (1), tidak bereaksi (0)
2.3.2 Anestesi Lokal
Menghasilkan blokade konduksi atau blokade
kanal Na pada dinding saraf secara sementara
terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf
Anestesi lokal yang ideal:
poten
bersifat sementara
tidak menimbulkan reaksi lokal, sistemik atau
alergi
short acting
ekonomis.
2.3.2.1 Mekanisme kerja anestesi lokal
Golongan
Metabolisme
ester oleh enzim
kolinesterase
(co: di plasma
Golongan prokain)
anestesi
lokal Golongan
amide Metabolisme
oleh enzimatis
(co: lidokain, di hepar
bupivakain)
2.3.2.2 Komplikasi anestesi lokal
Komplikasi lokal
Hematom, edema, abses, gangrene pada lokasi
penyuntikan
Infeksi
Iskemia jaringan dan nekrosis
Komplikasi sistemik
Reaksi neurologis dan kardiovaskuler
Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi
adalah berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada
pons dan batang otak berupa depresi
Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan
tekanan darah dan depresi miokardium serta gangguan
hantaran listrik jantung.
2.3.3 Anestesi Regional
Indikasi kontra
O Seperti anesthesia spinal dan anesthesia
epidural.
Teknik Anestesia Kaudal
1. Posisi pasien telungkup dengan simfisis diganjal
(tungkai dan kepala lebih rendah dari bokong)
atau dekubitus lateral, terutama pada wanita
hamil
2. Dapat digunakan jarum suntik biasa atau jarum
dengan kateter vena (venocath, abbocath)
ukuran 20-22 pada pasien dewasa
3. Pada dewasa biasanya digunakan volum 12-15
ml (1-2 ml/segmen)
4. Pada anak prosedur lebih mudah
5. Identifikasi hiatus sakralis diperoleh dengan
menemukan kornu sakralis kanan dan kiri
yang sangat mudah teraba pada penderita
kurus dan spina iliaka superior posterior.
Dengan menghubungkan ketiga tonjolan
tersebut diperoleh hiatus sakralis.
6. Setelah tindakan a dan antiseptik pada
daerah hiatus sakralis, ditusukkan jarum
yang mula-mula 900 terhadap kulit. Setelah
diyakini masuk kanalis sakralis arah jarum
diubah 450-600 dan jarum didorong
sedalam 1-2 cm. kemudian disuntikkan
NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat
sambil meraba apakah ada pembengkakan
di kulit untuk menguji apakah cairan masuk
dengan benar di kanalis kaudalis.
Anestesi spinal total