A. Pengertian Politik Dalam Islam Umat Islam berbeda pendapat tentang pengertian politik dalam syariat Islam. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Didalamnya terdapat antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam bahasa lain, sistem politik atau fikih Siyasah merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa sistem keteladanan yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan para Khulafaur Rasyidin yaitu sistem khalifah. Pendapat kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain. Pendapat ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana pendapat barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara. Namun perlu diingat, sejarah membuktikan bahwa Nabi selain sebagai Rasul atau kepala agama beliau juga sebagai kepala negara. Nabi menguasai wilayah Yastrib atau Madinah Al Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan Nabi sekaligus menjadi pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar negaranya. B. Prinsip Dasar Politik Islah (Siyasah) Pada garis besarnya, obyek pembahasan sistem politik Islam meliputi : 1. Siyasah dusturiyah atau fikih modern disebut hukum tata negara. 2. Siyasah dauliyah atau disebut hukum internasional dalam Islam. 3. Siyasah maliyah yaitu hukum yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan dan pengeluaran uang milik negara. Siyasah dusturiyah secara global membahas hubungan pemimpin dengan rakyatnya serta institusi yang ada di negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri. Siyasah Dauliyah meliputi : Kesatuan umat Islam Keadilan (Al adalah) Persamaan (Al musawah) Kehormatan manusia (Karomah Insaniyah) Toleransi (Al tasamuh) Kerjasama kemanusiaan Kebebasan, kemerdekaan (Al Akhlak Al karomah) Siyasah Maliyah meliputi : 1. Prinsip-prinsip kepemilikan harta. 2. Tanggung jawab sosial yang kokoh, tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan sebaliknya. 3. Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah. 4. Khoroj (pajak) 5. Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris. 6. Jizyah (harta temuan) 7. Ghonimah (harta rampasan perang) 8. Bea cukai barang import 9. Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. C. Nasionalisme Dalam Islam Menurut Ali Abd Al Raziq dalam bukunya Al Ahkam Al Sulthoniyah berpendapat bahwa sistem khilafah timbul sebagai perkembangan yang seharusnya dari sejarah Islam. Setelah Nabi wafat, maka Nabi digantikan oleh Abu Bakar. Abu Bakar sebenarnya tidak mempunyai tugas keagamaan beliau hanya kepala negara bukan kepala agama, begitu juga Umar, Ustman dan Ali. Soal corak dan bentuk negara bukan soal agama tetapi soal duniawi dan terserah kepada akal manusia untuk menentukannya. Oleh karena itu tindakan Mustafa Kamal pada tahun 1924 M, dapat menghapus khilafah dari sistem kerajaan Usmani bukanlah suatu tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Selanjutnya Abdul Roziq mengatakan bahwa As Sunnah dan Al Quran tidak menyinggung tentang sistem pemerintahan. Oleh karena itu ajaran Islam tidak terdapat ketentuan yang jelas tentang corak negara. Nabi Muhammad hanya mengemban tugas kerasulan dan dalam misi beliau tidak termasuk pembentukan negara. D. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional Islam sebagai agama yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia. Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai yang berazaskan Islam serta partai Nasionalis yang berbasis umat Islam. Kedua ditandai dengan sikap proaktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia sejak proses kemerdekaan, masa-masa mempertahankan kemerdekaan. Masa pembangunan hingga sekarang masa reformasi. Islam telah menyumbang banyak pada Indonesia, demikian kata Kuntowijoyo, Islam membentuk Civic Culture (budaya bernegara), nasional solidarity, ideologi jihad dan kontrol sosial. Sumbangan besar Islam berujung pada keutuhan negara dan terwujudnya persatuan kesatuan.