Anda di halaman 1dari 9

BAB X

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM


A. Pengertian Politik Dalam Islam
Umat Islam berbeda pendapat tentang pengertian politik
dalam syariat Islam. Pendapat pertama menyatakan
bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap.
Didalamnya terdapat antara lain sistem ketatanegaraan
atau politik. Dalam bahasa lain, sistem politik atau fikih
Siyasah merupakan bagian integral dari ajaran Islam.
Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa sistem
keteladanan yang harus diteladani adalah sistem yang
telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan
para Khulafaur Rasyidin yaitu sistem khalifah.
Pendapat kedua, kelompok yang berpendirian bahwa
Islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agama tidak ada hubungannya dengan urusan
kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad
hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain.
Pendapat ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama
yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala
sistem kehidupan termasuk sistem ketatanegaraan,
tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana
pendapat barat yang hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa
dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan
bernegara.
Namun perlu diingat, sejarah membuktikan bahwa Nabi
selain sebagai Rasul atau kepala agama beliau juga
sebagai kepala negara. Nabi menguasai wilayah Yastrib
atau Madinah Al Munawwarah sebagai wilayah
kekuasaan Nabi sekaligus menjadi pusat
pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai
aturan dasar negaranya.
B. Prinsip Dasar Politik Islah (Siyasah)
Pada garis besarnya, obyek pembahasan sistem politik
Islam meliputi :
1. Siyasah dusturiyah atau fikih modern disebut hukum tata
negara.
2. Siyasah dauliyah atau disebut hukum internasional dalam
Islam.
3. Siyasah maliyah yaitu hukum yang mengatur tentang
pemasukan, pengelolaan dan pengeluaran uang milik
negara.
Siyasah dusturiyah secara global membahas hubungan
pemimpin dengan rakyatnya serta institusi yang ada di
negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk
kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu
sendiri.
Siyasah Dauliyah meliputi :
Kesatuan umat Islam
Keadilan (Al adalah)
Persamaan (Al musawah)
Kehormatan manusia (Karomah Insaniyah)
Toleransi (Al tasamuh)
Kerjasama kemanusiaan
Kebebasan, kemerdekaan (Al Akhlak Al
karomah)
Siyasah Maliyah meliputi :
1. Prinsip-prinsip kepemilikan harta.
2. Tanggung jawab sosial yang kokoh, tanggung jawab
terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
sebaliknya.
3. Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah.
4. Khoroj (pajak)
5. Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan
ahli waris.
6. Jizyah (harta temuan)
7. Ghonimah (harta rampasan perang)
8. Bea cukai barang import
9. Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan.
C. Nasionalisme Dalam Islam
Menurut Ali Abd Al Raziq dalam bukunya Al Ahkam
Al Sulthoniyah berpendapat bahwa sistem khilafah
timbul sebagai perkembangan yang seharusnya dari
sejarah Islam. Setelah Nabi wafat, maka Nabi digantikan
oleh Abu Bakar. Abu Bakar sebenarnya tidak mempunyai
tugas keagamaan beliau hanya kepala negara bukan
kepala agama, begitu juga Umar, Ustman dan Ali. Soal
corak dan bentuk negara bukan soal agama tetapi soal
duniawi dan terserah kepada akal manusia untuk
menentukannya. Oleh karena itu tindakan Mustafa
Kamal pada tahun 1924 M, dapat menghapus khilafah
dari sistem kerajaan Usmani bukanlah suatu tindakan
yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Selanjutnya Abdul Roziq mengatakan bahwa As Sunnah
dan Al Quran tidak menyinggung tentang sistem
pemerintahan. Oleh karena itu ajaran Islam tidak
terdapat ketentuan yang jelas tentang corak negara.
Nabi Muhammad hanya mengemban tugas kerasulan
dan dalam misi beliau tidak termasuk pembentukan
negara.
D. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional
Islam sebagai agama yang mencakup persoalan
spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang
cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia.
Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai yang
berazaskan Islam serta partai Nasionalis yang berbasis
umat Islam.
Kedua ditandai dengan sikap proaktifnya tokoh-tokoh
politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan negara
Kesatuan Republik Indonesia sejak proses
kemerdekaan, masa-masa mempertahankan
kemerdekaan. Masa pembangunan hingga sekarang
masa reformasi.
Islam telah menyumbang banyak pada Indonesia,
demikian kata Kuntowijoyo, Islam membentuk Civic
Culture (budaya bernegara), nasional solidarity, ideologi
jihad dan kontrol sosial. Sumbangan besar Islam
berujung pada keutuhan negara dan terwujudnya
persatuan kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai