Anda di halaman 1dari 14

JENIS KELAMIN DAN GENDER

Oleh
MUH. Zainul Arifin
JENIS KELAMIN DAN GENDER
PENGERTIAN

1. Sex (Jenis Kelamin Biologis)


Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki, pada perbedaan tubuh antara laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Moore dan Sinclair (1995:117) Sex reffers to biological
deferencer between man and woman, the result of differences in the chromosomes of
the embryo. Definisi konsep seks tersebut menekankan pada perbedaan yang
disebabkan perbedaan kromosom pada janin.

2. Gender (Jenis Kelamin Sosial)


Menurut Giddens (1989:158) konsep gender menyangkut tentang
Psycological, social and cultural differences between males and females , yaitu
perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan.

3. Teori-teori Gender
Secara khusus tidak ditemukan suatu teori yang membicarakan masalah
gender. Teori-teori yang digunakan untuk melihat permasalahan gender ini diadopsi dari
teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli dalam bidang-bidang yang terkait dengan
permasalahan gender, terutama bidang sosial kemasyarakatan dan kejiwaan.
Teori Struktural-Fungsional

Teori atau pendekatan struktural-


fungsional merupakan teori sosiologi yang Teori Sosial-Konflik
diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Menurut Lockwood,
Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu suasana konflik akan selalu
masyarakat terdiri atas beberapa bagian mewarnai masyarakat, terutama
yang saling memengaruhi. Teori ini mencari dalam hal distribusi sumber daya
unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di yang terbatas. Sifat pementingan
dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi diri, menurutnya, akan
fungsi setiap unsur, dan menerangkan menyebabkan diferensiasi
bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut kekuasaan yang ada menimbulkan
dalam masyarakat. Banyak sosiolog yang sekelompok orang menindas
mengembangkan teori ini dalam kehidupan kelompok lainnya. Perbedaan
keluarga pada abad ke-20, di antaranya kepentingan dan pertentangan antar
adalah William F. Ogburn dan Talcott individu pada akhirnya dapat
Parsons (Ratna Megawangi, 1999: 56). menimbulkan konflik dalam suatu
organisasi atau masyarakat (Ratna
Megawangi, 1999: 76). Dalam
masalah gender, teori sosial-konflik
terkadang diidentikkan dengan teori
Marx, karena begitu kuatnya
pengaruh Marx di dalamnya.
Teori Feminisme Marxis-Sosialis
Feminisme ini bertujuan mengadakan
restrukturisasi masyarakat agar tercapai kesetaraan
gender. Ketimpangan gender disebabkan oleh sistem
kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas dan division of
labour, termasuk di dalam keluarga. Gerakan kelompok
ini mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu teori
penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum
perempuan sadar bahwa mereka merupakan kelas yang
tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha
untuk membangkitkan rasa emosi para perempuan agar
bangkit untuk merubah keadaan (Ratna Megawangi,
1999: 225).
Teori Feminisme Radikal

Teori ini berkembang pesat di Amerika


Serikat pada kurun waktu 1960-an dan
1970-an. Meskipun teori ini hampir sama
dengan teori feminisme Marxis-sosialis,
teori ini lebih memfokuskan serangannya
pada keberadaan institusi keluarga dan
sistem patriarki. Keluarga dianggapnya
sebagai institusi yang melegitimasi
dominasi laki-laki (patriarki), sehingga
perempuan tertindas.
Teori Ekofeminisme

Teori ekofeminisme muncul


karena ketidakpuasan akan arah
perkembangan ekologi dunia yang semakin
bobrok. Teori ini mempunyai konsep yang
bertolak belakang dengan tiga teori
feminisme modern seperti di atas. Teori-
teori feminisme modern berasumsi bahwa Teori Psikoanalisa
individu adalah makhluk otonom yang lepas
dari pengaruh lingkungannya dan berhak Teori ini pertama kali
menentukan jalan hidupnya sendiri. Sedang diperkenalkan oleh Sigmund Freud
teori ekofeminisme melihat individu secara (1856-1939). Teori ini
lebih komprehensif, yaitu sebagai makhluk mengungkapkan bahwa perilaku dan
yang terikat dan berinteraksi dengan kepribadian laki-laki dan perempuan
lingkungannya (Ratna Megawangi, 1999: sejak awal ditentukan oleh
189). perkembangan seksualitas. Freud
menjelaskan kepribadian seseorang
tersusun di atas tiga struktur, yaitu id,
ego, dan superego. Tingkah laku
seseorang menurut Freud ditentukan
oleh interaksi ketiga struktur itu.
GENDER DAN SOSIALISASI

Pengertian Sosialisasi
Kuatnya citra gender sebagai kodrat, yang melekat pada benak masyarakat,
bukanlah merupakan akibat dari suatu proses sesaat melainkan telah melalui suatu
proses dialektika, konstruksi sosial, yang dibentuk, diperkuat, disosialisasikan secara
evolusional dalam jangka waktu yang lama, baik melalui ajaran-ajaran agama, negara,
keluarga maupun budaya masyarakat, sehingga perlahan-lahan citra tersebut
mempengaruhi masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan secara biologis
dan psikologis.

Sosialisasi Peran Gender

Sosialisasi yang jika kita cermati pengertiannya, yaitu merupakan sebuah


proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana
bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. (Noor, 1997:102) telah juga dilakukan tidak hanya
melalui lembaga keluarga dan lembaga adat, melainkan juga oleh lembaga negara dan
lembaga pendidikan.
Agen Sosialisasi Gender
Keluarga
Sebagai Agen
Sosialisasi
Gender

Media masa Kelompok Bermain


sebagai agen Sebagai Agen
sosialisasi gender Sosialisasi Gender

Sekolah Sebagai
Agen Sosialisasi
Gender
GENDER DAN STRATIFIKASI

Pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan


gender mungkin tidak akan mendatangkan
masalah jika pembedaan itu tidak melahirkan
ketidakadilan gender (gender inequalities) baik
bagi kaum laki-laki maupun bagi kaum
perempuan. Meski ketidakadilan itu lebih banyak
dirasakan oleh kaum perempuan, sehingga
bermunculanlah gerakan-gerakan perjuangan
gender.
Pengertian Stratifikasi

Bila ditinjau dari asal katanya, istilah


stratifikasi berasal dari kata stratus yang artinya
lapisan (berlapis-lapis). Sehingga dengan istilah
stratifikasi diperoleh gambaran bahwa dalam
tiap kelompok masyarakat selalu terdapat
perbedaan kedudukan seseorang dari yang
berkedudukan tinggi sampai yang
berkedudukan rendah, berlapis-lapis dari atas
ke bawah.
Stratifikasi Perempuan Berlandaskan Perbedaan Gender
Jika kita mengaitkan masalah gender dengan stratifikasi maka mau tidak mau kita
harus melihat kembali pada proses sosialisasi yang telah mengawali pemapanan
pembedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender. Kondisi yang telah
menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak menguntungkan di atas telah juga
melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities) yang termanifestasi
antara lain dalam bentuk:

Marginalisasi Subordinasi
Proses marginalisasi, yang
merupakan proses pemiskinan terhadap Pandangan berlandaskan gender
perempuan, terjadi sejak di dalam rumah juga ternyata bisa mengakibatkan
tangga dalam bentuk diskriminasi atas subordinasi terhadap perempuan.
anggota keluarga laki-laki dengan anggota Anggapan bahwa perempuan itu
keluarga perempuan. Marginalisasi juga irrasional atau emosional berakibat
diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir munculnya sikap menempatkan
keagamaan. perempuan pada posisi yang tidak
penting.
GENDER DAN PENDIDIKAN
Dalam berbagai masyarakat maupun dalam kalangan tertentu dalam
masyarakat dapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaan yang
tidak mendukung bahkan melarang keikutsertaan wanita dalam pendidikan formal.
Ada nilai yang mengemukakan bahwa wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena
pada akhirnya akan ke dapur juga. Ada yang mengatakan bahwa wanita harus
menempuh pendidikan yang dianggap oleh orang tuanya sesuai dengan kodrat wanita
dan ada yang berpandangan bahwa seorang gadis sebaiknya menikah pada usia
muda agar tidak menjadi perawan tua.

GENDER DAN PEKERJAAN


Apabila orang membahas pekerjaan yang dilakukan wanita maka yang
dibayangkan mungkin hanyalah pekerjaan yang dijumpai di ranah publik: pekerjaan di
tempat kerja formal seperti pabrik dan kantor, pekerjaan dalam perekonomian formal.
Pada umumnya orang melupakan bahwa di rumahpun wanita sering melakukan
berbagai kegiatan yang menghasilkan dana.
GENDER DALAM KESEHATAN

Kesehatan reproduksi mencakup proses reproduksi, fungsi-fungsi dan sistem


reproduksi dan semua tahap kahidupan. Kesehatan reproduksi berimplikasi bahwa orang
akan mendapat kehidupan seksual yang bertanggung jawab, memuaskan, serta aman: dan
mereka mendapat kemampuan untuk reproduksi dan kebebasan untuk menentukan kapan
dan bagaimana bereproduksi. Secara implisit berarti laki-laki dan perempuan mempunyai
hak untuk diberitahu dan mendapatkan akses untuk metode fertilitas yang aman, efektif,
dapat dijangkau dan dapat diterima sesuai dengan pilihan mereka.

Tiga generasi kependudukan dan KB:

Program pengendalian penduduk ke negara-negara berkembang karena


ketidakcukupan pangan
Akar permasalahan adalah faktor kemiskinan yang memicu pertambahan penduduk,
selanjutnya perlu pengembangan alat kontrasepsi yang ampuh untuk menghambat laju
pertambahan penduduk.
Ketidak berdayaan wanita dalam proses pertambahan penduduk, hal ini terbukti
dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di negara-negara berkembang
Perspektif Gender
Di indonesia terlihat dari masih tingginya angka kematian ibu
(AKI) karena lemahnya posisi tawar wanita dalam kesehatan
reproduksi, mencakup: hak untuk mendapatkan berbagai informasi
tentang kesehatan reproduksi, termasuk hak dalam menentukan
kapan ingin memiliki anak dan jarak antar kehamilan/ kelahiran yang
aman, hak menentukan jumlah anak yang diinginkan, hak pelayanan
keluraga berencana, dst.

Ketimpangan Gender
Pada awal munculnya HIV/AIDS di indonesia di anggap sebagai
penyakit impor. Media masa serta pejabat pemerintahah terkesan
menutupi dan tidak mengakui hal tersebut. Padahal penyebabny
adalah masalah seksual (adanya homoseksual dan perilaku seks
bebas), namun stigma terhadap pegawai seks komersial tetap tidak
melihat pada seringnya berganti pasangan, poligami dan kawin cerai.

Anda mungkin juga menyukai