Anda di halaman 1dari 24

Referat

Fraktur Orbita

Oleh :
Nama: Ade Pratiwi, S. Ked
NIM : 71 2016 043

Pembimbing:
dr. Septiani Nandra Indawati, Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
di dunia angka 1,6 juta
orang buta karena
trauma mata 2,3 juta mengalami
penurunan tajam
penglihatan karena trauma

19 juta mengalami
kehilangan penglihatan
satu mata karena
trauma

Penting untuk mengetahui diagnosis


agar dapat ditatalaksana segera
dengan maksimal
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Mata
Fraktur Blow out

fraktur yang terjadi hanya pada dinding orbita yang


Definisi terjadi apabila tekanan pada daerah orbita cukup kuat
mengakibatkan penurunan isi orbita ketempat
terjadinya fraktur.
Patofisiologi
Teori Hydraulic
Trauma pada daerah orbita peningkatan tekanan
hidraulik dalam bola mata fraktur pada dinding
orbita yang paling lemah (daerah inferior).
Manifestasi Klinis
trias gejala fraktur blow-out
1. enophtalmos
2. restrictive strabismus
3. rasa baal di infraorbital yaitu di daerah kelopak mata
bawah dan pipi, sampai ke gusi atas.

Dapat terjadi penurunan visus. ekimosis, ptosis dan


pembengkakan pada daerah periorbital, gerakan bola mata
terbatas, disertai rasa nyeri bila bola mata digerakkan,
dapat juga ditemukan pendarahan subconjunctiva pada
bola mata.
Gambaran Klinis Pasien dengan Fraktur Blow-out
Fraktur blow in

Definisi:

Fraktur pada dinding orbita sehingga orbita terdorong


masuk kedalam orbital space atau cavum orbitalis.
Klasifikasi
Berdasarkan kondisi orbital rim:
1. Pure (fraktur)
2. impure (tidak fraktur)

Berdasarkan dinding orbita:


1. superior
2. Inferior
3. Medial
4. lateral
Patofisiologi
Terjadi karena fragmen fraktur yang masuk ke dalam
orbital space tidak dapat ter reduksi secara spontan oleh
gaya gravitasi ke tempat semula karena tertahan oleh
mukosa sinus maxillaris. Akibatnya fragmen fraktur
tertahan di dalam orbital space.
Gejala klinis
1. gangguan pergerakan bola mata hipestesia di daerah
periorbital maupun pada pipi

2. dapat pula ditemukan ekimosis dan pembengkakan


pada daerah periorbital.

3. proptosis dari bola mata (karena fragmen fraktur


menyebabkan volume orbital space berkurang, sehingga
tekanan nya meningkat, dan bola mata terdorong ke luar)
Diagnosis
1. pasien dengan kecurigaan fraktur blow-out atau blow in
harus diperiksa visus, dan refleks pupil untuk memastikan
ada atau tidaknya kerusakan pada nervus opticus.
2. dilakukan pemeriksaan pergerakan bola mata, untuk
menilai apakah ada kerusakan pada saraf saraf
penggerak bola mata.

Pemeriksaan tambahan:
1. slit lamp
2. TIO (perforasi bola mata)
Pemeriksaan radiologis
1. Foto Polos : Caldwell, dan Waters

2. CT Scan dengan potongan coronal dan axial, pada


melakukan CT Scan harus diprioritaskan untuk
mendapatkan gambaran lantai dasar orbita dan canalis
nervus opticus.
Penatalaksanaan
1. dengan antibiotik apabila fraktur mengenai sinus maxilaris.
2. edukasi pasien agar tidak meniup hidungnya.
3. Penatalaksanaan berikutnya bertujuan untuk pencegahan
diplopia vertikal menjadi permanen dan atau untuk tujuan
kosmetik pada enophthamus yang mengganggu penampilan.
Indikasi pembedahan
1. diplopia persisten dalam 30 derajat dari posisi primer
pandangan apabila terjadi penjepitan
2. enoftalmus 2 mm atau lebih
3. fraktur besar (separuh dari dasar orbita), yang
kemungkinan besar menyebabkan enoftalmus yang
timbul belakangan.

(dilakukan melalui rute infrasiliaris atau transkonjungtiva)


Komplikasi
Ada 3 faktor yang menentukan resiko terjadinya
komplikasi yaitu:
1) ukuran fraktur,
2) herniasi isi orbita ke sinus maxilaris,
3) terjepitnya otot. Selain itu Blow out fraktur dapat
menyebabkan antara lain:
Kebutaan
Diplopia
Perdarahan
Infeksi
Retraksi kelopak bawah
Anestesi infraorbita
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur orbita merupakan fraktur yang paling sering
terjadi pada trauma di daerah wajah. Dibutuhkan
penangan yang tepat dan sesegera mungkin untuk
mencegah timbulnya berbagai komplikasi yang diakibatkan
karena fraktur tersebut. Identifikasi yang cepat dan tepat
pada jenis fraktur sangat diperlukan, dan salah satu alat
bantu utama untuk menegakkan diagnosis pada fraktur
orbita adalah pemeriksaan radiologis.

Kemampuan untuk mengidentifikasi dengan segera


baik dengan anamnesis, serta pemeriksaan tambahan
seperti pemeriksaan radiologis yang paling ideal, dan
interpretasi yang akurat sangat berperan dalam
menegakkan diagnosis fraktur orbita.
DAFTAR PUSTAKA
Warden, S. and Lieberman, G. (2002) Orbital Fractures A
Radiological Perspective, September, [Online], Available:
http://eradiology.bidmc.harvard.edu/LearningLab/central/Warden. pdf
Elston, J.B., Ching, J.A., Hiro, E. and Payne, W.G. (2013) Pure
Orbital Floor Blow-in Fracture, 20 March, [Online], Available:
http://www.eplasty.com/index.php?option=com_content&view=article&
id=932:pure-orbital-floor- blow-in-fracture&catid=183:x-craniofaciall-
microsurgery&Itemid=122
Mathur, N.N., Taylor, S.F. and Patel, B. (2014) Orbital Fractures , 14
July, [Online], Available:
http://emedicine.medscape.com/article/867985-overview
Weerakkody, Y. and Gaillard, F. (2015) Orbital blow-out fracture, 14
February, [Online], Available: http://radiopaedia.org/articles/orbital-
blow-out-fracture
Andersson, L., Kahnberg, K.-E. and Pogrel, M.A. (2010) Oral and
Maxillofacial Surgery, 1st edition, Chichester: Wiley-Blackwell.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai