Anda di halaman 1dari 30

GRAND STRATEGY IMPLEMENTASI OTONOMI

DAERAH
(Dalam Koridor UU 32/2004)

Oleh :
DR.MADE SUWANDI Msoc.sc
DIRJEN PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
HP 0816914482
EMAIL:made_suwandi@yahoo.co.id
TUJUAN PENYUSUNAN GRAND STRATEGY
IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH

1. UNTUK MENJADI PEDOMAN BAGI PEMERINTAHAN DAERAH DALAM


MELAKSANAKAN OTONOMI DAERAH SECARA EFEKTIP, EFISIEN,
EKONOMIS DAN AKUNTABEL
2. GRAND STRATEGY IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH INI DIKEMAS
DALAM SUATU BUKU SAKU YANG PRAKTIS, MUDAH DIMENGERTI
OLEH SIAPAPUN, WALAUPUN DENGAN PEMAHAMAN ATAU
PENGETAHUAN ILMU PEMERINTAHAN YANG MINIMAL
3. GRAND STRATEGY IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DIPAYUNGI
DALAM BENTUK SURAT EDARAN DARI MENTERI DALAM NEGERI
I. TUJUAN OTONOMI DAERAH

menciptakan kesejahteraan.
bagaimana menjadikan Pemda sebagai instrumen
untuk menciptakan kesejahteraan

mendukung proses demokrasi di tingkat lokal


bagaimana menjadikan Pemda sebagai instrumen
pendidikan politik di tingkat lokal untuk mendukung
proses demokratisasi menuju civil society
II. ELEMEN DASAR PEMERINTAHAN DAERAH

1.Urusan Pemerintahan (Function)


2.Kelembagaan (Institution)
3.Personil (Personnel)
4.Keuangan Daerah (Local Finance)
5.Perwakilan (Representation): - pilkada; - dprd
6.Pelayanan Publik (Public Service)
7.Pengawasan (Control/Supervision)
Catatan:
Penataan harus bersifat sistemik dan bukan parsial
III. LANGKAH-LANGKAH MENATA
OTONOMI DAERAH
bagaimana menata elemen dasar Pemda tersebut agar kondusif
untuk meningkatkan kapasitas Pemda untuk mampu mencapai
kedua tujuan otonomi daerah yaitu kesejahteraan dan
demokrasi.
bagaimana menata elemen dasar tersebut dan
mengoperasionalkannya dalam koridor UU 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Menata setiap elemen dasar berarti memahami secara filosofis :
1. Mau kemana kita (Target)
2. Dimana kita sekarang (Existing Condition)
3. Bagaimana strategi mencapai target (Action Plans)
1. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN

TARGET YANG INGIN DICAPAI:


1. Adanya kejelasan urusan pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Pemda
2. Urusan pemerintahan yang dilaksanakan adalah urusan
pemerintahan yang bersifat wajib dan pilihan sebagaimana
diatur dalam PP 38/2007
3. Urusan pemerintahan wajib terkait dengan pelayanan dasar
4. Urusan pilihan terkait dengan pengembangan potensi
unggulan yang ada di daerah ybs
5. Untuk efisiensi dan efektifitas maka urusan wajib dan pilihan
yang dilaksanakan adalah yang benar-benar menjadi prioritas
daerah.
6. Urusan yg bukan prioritas fungsinya dilekatkan pada urusan yg
serumpun
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):


1. Ada kecenderungan daerah melakukan urusan yang kurang
mencerminkan kebutuhan masyarakat
2. Urusan yang kurang relevan melahirkan kelembagaan yang
kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat
3. Belum nampak prioritas pelayanan dasar dan sektor unggulan
yang dilaksanakan daerah
4. Urusan yang kurang relevan akan menghasilkan kelembagaan
yang kurang relevan dan kebutuhan personil yang kurang
relevan dan pembiayaan yang kurang relevan juga
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN

RENCANA TINDAKAN (ACTION PLANS):


1. Inventarisir urusan pemerintahan yang dilaksanakan
saat ini
2. Dikelompokkan kedalam urusan wajib dan pilihan
3. Lakukan analisis, apakah urusan tersebut relevan
dengan upaya mensejahterakan masyarakat
4. Acuannya adalah adanya keterkaitan yg erat dengan
pelayanan dasar dan potensi unggulan yg prioritas
di daerah ybs
5. Potensi unggulan dapat dilakukan dengan analisis
terhadap sinthesis antara PDRB, mata pencaharian
penduduk dan pemanfaatan lahan di daerah
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN

RENCANA TINDAKAN LANJUTAN.


6. Lakukan penyesuaian urusan pemerintahan yang akan
dilaksanakan sesuai pelayanan dasar dan sektor unggulan
yang menjadi prioritas daerah dan dituangkan dalam
urusan wajib dan urusan pilihan
7. Lekatkan fungsi2 dari urusan pemerintahan yg bukan
prioritas kedalam rumpun urusan yang sejenis
8. Perdakan untuk menciptakan kepastian hukum dan dasar
untuk prioritas dalam penyusunan SOTK dan
penganggarannya
2. PENATAAN KELEMBAGAAN DAERAH

TARGET YANG INGIN DICAPAI:

1. Tersusunnya Kelembagaan Daerah yang tepat (right sizing)


sesuai dengan urusan wajib dan pilihan yang diprioritaskan
sebagaimana diatur dalam PP 41/2007
2. Fungsi dari urusan yg bukan prioritas dilekatkan pada lembaga
(Dinas, Badan atau kantor) yang serumpun
3. Kelembagaan tersebut bersifat dinamis; mampu
mengakomodasikan perubahan strategis yg terjadi
4. Kelembagaan yang lebih berorientasi pada pelayanan publik
(operating core)
5. Kurangi se maksimal mungkin lembaga yang bersifat
administratif (support staff)
PENATAAN KELEMBAGAAN DAERAH

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):

1. Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur


gemuk akibat tekanan birokrasi
2. Struktur yang bersifat dukungan administratif (sekretariat atau
support staff) sering lebih banyak dibandingkan struktur yg
memberikan pelayanan publik.
3. Adanya perumpunan yang kurang tepat sehingga menyulitkan
kordinasi baik horizontal maupun vertikal
4. Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga
untuk gaji PNS menelan 50,3% dari APBD. Kalau ditambah
biaya rutin lainnya akan membebani sekitar 70% APBD.
Akibatnya pelayanan publik hanya kebagian 30%
5. Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya
mengakomodasikan fungsi pelayanan publik yaitu penyediaan
pelayanan dasar dan pengembangan potensi unggulan daerah
yg prioritas
PENATAAN KELEMBAGAAN DAERAH

RENCANA TINDAKAN (ACTION PLANS):

1. Susun SOTK yang optimal (right sizing) sesuai dengan


pelayanan dasar dan potensi unggulan yg prioritas
2. Apabila PNS terlalu banyak sehingga menciptakan tekanan
pada SOTK, maka jangan mengangkat PNS baru dan usahakan
jangan memperpanjang usia pensiun
3. Urusan pemerintahan yg bukan prioritas, fungsinya dilekatkan
pada struktur yg menangani urusan pemerintahan yg
serumpun
4. Struktur yg memberikan pelayanan publik lebih banyak
dibandingkan struktur pendukung (support staff)
3. PENATAAN PERSONIL

TARGET YANG INGIN DICAPAI:

1. Pemda mempunyai personil dalam jumlah dan kualifikasi yang


sesuai dengan urusan pemerintahan yang dilaksanakan
2. Tersusunnya standar kompetensi yang jelas untuk menduduki
suatu jabatan disamping pemenuhan persyaratan administratif
3. Tersusunnya manpower planning, career planning dan career
development yang jelas dikaitkan dengan visi dan misi yang
ingin dicapai Pemda dimasa depan
4. Adanya pejabat karir yang netral dan profesional.
5. Optimalisasi peran Sekda sebagai pembina kepegawaian
daerah
6. Adanya penilaian kinerja (Personnel Appraisal) yang efektip
PENATAAN PERSONIL

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):

1. Banyak Pemda mengalami kelebihan dan kekurangan PNS


dalam waktu bersamaan; kurang PNS dengan kompetensi yg
memadai dan kelebihan PNS dengan kompetensi yg rendah
2. Adanya gejala pengedepanan Tim Sukses dan Putera Asli
Daerah untuk menduduki jabatan-jabatan sdtrategis dengan
mengabaikan kompetensi
3. Adanya gejala politisasi PNS terutama dalam event Pilkada.
Hal ini terkait dengan penempatan dalam jabatan
4. Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career
development akibat tidak adanya manpower planning di daerah
5. Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada
reward atau penalty terkait dengan kinerja
6. Kesejahteraan yg rendah sehingga PNS cenderung mencari
penghasilan tambahan dan tidak fokus pada tugas pokok
PENATAAN PERSONIL

RENCANA TINDAKAN (ACTION PLANS):

1. Susun Manpower Planning terkait dengan visi dan misi daerah


2. Penempatan dalam jabatan berbasis Standard Kompetensi
setelah pemenuhan persyaratan administratif
3. Untuk mengurangi tekanan kelebihan PNS, terapkan kebijakan
minus growth. Artinya PNS pensiun jangan diganti
4. Susun Career Planning dan Career Development yg sistematik
dan kembangkan sistem penilaian yg obyektif dan terkait
dengan reward dan penalty
5. Susun strategi penyaluran PNS ke jabatan-jabatan fungsional
untuk mengurangi tekanan pada jabatan struktural
6. Optimalkan peran Sekda sebagai pembina PNS daerah
4. PENATAAN KEUANGAN DAERAH

TARGET YANG INGIN DICAPAI :


1. Pemda mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai
untuk membiayai urusan pemerintahan yg dilaksanakan
2. Pemda mampu mengelola keuangan daerah; penerimaan,
pengeluaran dan pembiayaan secara efektip, efisien, dan
akuntabel dengan berbasis kinerja
3. Pemda dapat mengurangi overhead cost (biaya rutin) dan
meng-alokasikan lebih banyak untuk pelayanan publik
4. Pemda mampu meningkatkan PAD tanpa mengakibatkan
ekonomi baya tinggi
5. Pemda mampu mengelola BUMD secara optimal
6. Sinerji dana dari Pusat dengan dana APBD untuk mendukung
pemberdayaan daerah
PENATAAN KEUANGAN DAERAH

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):


1. Adanya kecenderungan mis-alokasi anggaran tidak sesuai
dengan prioritas daerah
2. Adanya inkonsistensi antara RPJMD dengan APBD dan antara
APBD dengan realisasi APBD sehingga menimbulkan friksi
Eksekutif dengan Legislatif daerah
3. Adanya kecenderungan daerah melakukan extensifikasi pajak
dan retribusi yang distortif terhadap perekonomian daerah
4. Adanya ketidak mampuan aturan hukum yg ada untuk
memayungi kegiatan-kegiatan inovasi daerah
5. Masalah pemanfaatan dana dekonsentrasi yg bukan untuk
membiayai urusan berbasis dekonsentrasi (urusan Pusat) yang
ada di daerah, tapi lebih untuk membiayai urusan
desentralisasi
6. Daerah sering ragu dalam aspek pengeluaran karena takut
melanggar sehingga membengkakan SILPA, disimpan dalam
BLBI sedangkan pelayanan publik terlantar
PENATAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLANS):

1. Susun RPJM sesuai dengan prioritas urusan wajib dan pilihan


yang dilaksanakan daerah dan perdakan untuk menciptakan
kesepakatan antara eksekutif dan legislatif daerah
2. Susun RAPBD sebagai penjabaran dari RPJM dengan prioritas
pada pelaksanaan urusan wajib dan pilihan yang diprioritaskan
3. Susun laporan keuangan daerah sesuai dasar2 akuntansi
nasional
4. Lakukan evaluasi kinerja untuk mengukur tingkat pencapaian
kinerja
5. Susun perhitungan anggaran setelah diperiksa oleh BPK
6. Tingkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan daerah
yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan BUMD
tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi
5. PENATAAN PERWAKILAN

TARGET YANG INGIN DICAPAI :


1. Adanya kemitraan antara KDH dan DPRD yang sehat dan
dinamis
2. Adanya akuntabilitas KDH dan DPRD kepada masyarakat
daerah
3. Adanya akses masyarakat kepada Pemda dalam proses
penyusunan kebijakan, pembangunan yang berdampak
terhadap masyarakat daerah
4. Adanya kebijakan daerah yang menghargai pluralisme dalam
masyarakat
5. Adanya informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yg
disampaikan ke masyarakat
6. Adanya proses Pilkada yang luber dan jurdil
7. Terciptanya civil society melalui penguatan asosiasi,
organisasi profesi, LSM agar mampu menciptakan demands
and supports kepada Pemda.
PENATAAN PERWAKILAN

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):

1. Adanya gejala kolaborasi dan bukannya checks and balances


antara DPRD dengan KDH
2. DPRD cenderung kurang bisa mengimbangi eksekutif dalam
penyusunan kebijakan Pemda karena kurangnya dukungan
tenaga akhli yg membantu DPRD
3. Lemahnya agregasi dan artikulasi kepentingan publik untuk
menjadi masukan dalam kebijakan publik
4. Adanya gejala DPRD lebih mengedepankan isu mengenai hak-
hak mereka dibandingkan memperjuangkan kepentingan
masyarakat
5. Kurang dipahaminya peraturan per-uu-an yg terkait dengan
otda oleh sebagian anggota DPRD
6. Pilkada banyak diwarnai oleh gugatan karena belum
terbentuknya mentalitas siap kalah dari calon KDH
7. Biaya pilkada yang tinggi berpotensi calon pemenang
berusaha menutup biaya yang potensial merugikan Pemda
PENATAAN PERWAKILAN

RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLANS):

1. Adanya kesamaan persepsi antara legislatif dan eksekutif


daerah dalam penyusunan RPJM, RAPBD dan kebijakan2
Pemda lainnya
2. Peningkatan kemampuan Legislatif dan Eksekutif daerah
dalam memahami peraturan perundangan terkait Otda
3. Peningkatan kapasitas dan peran DPRD dalam melaksanakan
fungsi legislasi, kontrol dan anggaran
4. Peningkatan hubungan DPRD dengan konstituen
5. DPRD didukung oleh tenaga akhli sesuai prioritas yang
dikembangkan Pemda
6. PENATAAN PELAYANAN PUBLIK

TARGET YANG INGIN DICAPAI :

1. Pemda mampu menyediakan pelayanan publik; pelayanan


dasar dan pengembangan sektor unggulan secara efektip,
efisien, ekonomis dan akuntabel
2. Pemda mampu merangsang masuknya investasi ke daerah
3. Pemda mampu menggalakkan kemitraan antar Pemda dan
antara Pemda dan swasta dalam penyediaan pelayanan publik
dan pengembangan ekonomi daerah
4. Pemda mampu menciptakan pelayanan satu atap (one stop
service) untuk pelayanan yg better, faster, cheaper and simpler
5. Pemda mampu mencapai SPM sesuai dengan standard yang
ditetapkan
PENATAAN PELAYANAN PUBLIK

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):

1. Tumpang tindih pelayanan publik karena belum jelasnya batas-batas


kewenangan antar tingkat pemerintahan
2. Terjadinya gejala alokasi APBD lebih untuk biaya aparatur (overhead
cost) dibandingkan biaya untuk pelayanan publik
3. Belum adanya transparansi mengenai standar pelayanan publik;
biaya, prosedur dan waktu penyelesaian
4. Pemda cenderung belum responsif untuk menanggapi keluhan
masyarakat tentang kualitas pelayanan publik
5. Masih sulit mendorong sikap enterpreneurship, inovatif dan kreatif di
kalangan birokrasi Pemda
6. Pemda masih sulit untuk membuat kebijakan daerah yang kondusif
untuk investasi
7. Masih sulit mengubah budaya dari dilayani menjadi melayani
PENATAAN PELAYANAN PUBLIK

RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLANS):

1. Tersusunnya RPJM dan prioritas dalam APBD mengenai


pelayanan dasar dan pengembangan sektor unggulan
2. Membentuk Pelayanan Terpadu Satu Atap (One Stop Service)
3. Mengembangkan sistem evaluasi untuk mengukur kinerja
Pemda dalam pelayanan publik
4. Menyusun strategi Pemda untuk membangun kemitraan antar
daerah, maupun antara daerah dengan pihak swasta dalam
penyediaan pelayanan publik
5. Menyusun strategi Pemda agar mampu menghasilkan
kebijakan daerah yang kondusif untuk investasi; seperti
pelayanan satu atap, kemudahan perijinan, insentif fiskal
daerah atau non fiskal untuk investasi .
6. Menyusun sustem informasi potensi unggulan daerah
7. Menyusun strategi road shows untuk pemasaran potensi
unggulan yg terintegrasi dengan Pusat
7. PENATAAN PENGAWASAN

TARGET YANG INGIN DICAPAI :


1. Terciptanya pengawasan oleh Pemda yg efektip, efisien dan
akuntabel
2. Terciptanya pengawasan legislatif yg efektip dan efisien
3. Terciptanya pengawasan sosial yang efektip dan efisien dari
masyarakat
4. Peningkatan peran supervisi dari Gubernur kepada
Kabupaten/Kota
5. Peningkatan peran Camat dalam pembinaan dan pengawasan
terhadap Desa dan Kelurahan
PENATAAN PENGAWASAN

KONDISI SAAT INI (EXISTING CONDITIONS):


1. Tidak jelasnya akses dan mekanisme pengawasan sosial oleh
masyarakat
2. Tidak jelasnya mekanisme pengawasan dari Gubernur kepada
Kabupaten/Kota
3. Pengawasan legislatif oleh DPRD cenderung masuk ke ranah
politik dan kurang kepada perbaikan kebijakan
4. Pelaporan daerah kepada Pemerintah (LPPD)belum jalan dan
menyulitkan pengawasan dan pembinaan
5. Camat sulit melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
Desa
PENATAAN PENGAWASAN

RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLANS):

1. Menyusun strategi meningkatkan supervisi Gubernur terhadap


Kab/Kota
2. Menyusun strategi meningkatkan supervisi dari Camat kepada
Desa dan Kelurahan
3. Menyusun strategi peningkatan social control
4. Menyusun strategi meningkatkan peran kontrol dari DPRD
IV. TINDAK LANJUT

1. Pokok-pokok pikiran dari grand strategy


implementasi Otda ini dikemas dalam buku pedoman
yang dijadikan acuan bagi daerah dalam
penyelenggaraan Pemda
2. Grand strategy dibahas secara mendalam dengan
melibatkan seluruh stakeholders terkait dan
dituangkan dalam dokumen yang mengikat dan
dikampanyekan kepada stakeholders; Pemerintah
Pusat, DPR, DPD, Pemda, masyarakat dan
stakeholders terkait lainnya.
4. Grand strategy yang telah disepakati menjadi acuan
bagi penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan
serta pengganggarannya oleh Pemda
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH

THANK YOU VERY MUCH

Anda mungkin juga menyukai