Anda di halaman 1dari 32

Pencegahan Pasien Jatuh

Rita Rahmawati,
S.Kep.,Ns.,M.Kep
Prodi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Patient Safety Universitas Gresik
Pokok Bahasan
Pengertian
Tujuan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
jatuh
Pengkajian pada pasien yang berisiko
terjadi jatuh
Prosedur pencegahan jatuh pada pasien
Pendahuluan
Pengertian
Jatuh merupakan suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk
dilantai/tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Darmojo, 2004)
Tujuan
Sebagian suatu proses untuk mencegah kejadian
jatuh pasien dengan cara:
1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko jatuh tinggi
dengan menggunakan Asessment Risiko Jatuh
2. Melakukan asessmen ulang pada semua pasien (setiap
hari)
3. Melakukan asessment yang berkesinambungan
terhadap pasien berisiko jatuh dengan menggunakan
Asessment Risiko Jatuh Harian
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan
risiko jatuh secara komprehensif
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya jatuh
gangguan muskuloskeletal
sinkope(Lumbantobing, 2004).
Faktor
Intrinsik
cahaya ruangan yang kurang terang,
lantai yang licin,
Faktor tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah,
tempat tidur atau WC
ekstrinsik yang rendah atau jongkok,
obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu
berjalan (Darmojo, 2004).
Prosedur pencegahan jatuh
pada pasien
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari
Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok
untuk pencegahan jatuh yaitu
Identifikasi faktor risiko
Penilaian keseimbangan dan gaya
berjalan
Mengatur/ mengatasi faktor situasional
Identifikasi faktor risiko
perlu dilakukan assessment keadaan
sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering
menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah

Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan.

Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat,

peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri)
sebaiknya diganti, diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
jalan/tempat aktivitas lanjut usia.

Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu
yang mudah dibuka.

WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.


Penilaian keseimbangan dan
gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan
badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.

Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh,


maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis.

Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,


apakah kakinya menapak dengan baik,
tidak mudah goyah,
apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan,
apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa
bantuan.
Mengatur/ mengatasi faktor
situasional
Faktor situasional yang
bersifat serangan akut
yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin
kesehatan lanjut usia
secara periodik.

faktor situasional
yang berupa aktifitas
fisik dapat dibatasi Faktor situasional
sesuai dengan kondisi bahaya lingkungan
kesehatan lanjut usia. dapat dicegah
Maka dianjurkan lanjut
usia tidak melakukan dengan
aktifitas fisik yang mengusahakan
sangat melelahkan perbaikan
atau berisiko tinggi lingkungan,
untuk terjadinya
jatuh
RUANG LINGKUP
Risiko pasien jatuh terutama dapat terjadi
pada pasien yang sedang di rawatjalan
seperti di Puskesmas pada umumnya
yakni biasanya terjadi di poli umum.
Maka dari itu semua petugas yang bekerja
di Puskesmas harus memahami bahwa
semua pasien yang dirawat jalan juga
memiliki risiko untuk jatuh dan semua
petugas tersebut memiliki peran untuk
mencegah pasien jatuh.
TATA LAKSANA
Tatalaksana
1. Petugas Penanggung jawab
a. Petugas penanggung jawab pelayanan
(PPP)
2. Perangkat Kerja
a. Status Rekam Medis Pasien
b. Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning)
c. Formulir pengkajian risiko pasien jatuh
d. Formulir dokumentasi informasi perawat
tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh
3. Tata Laksana
3. Tatalaksana
a. Asessmen awal/skrining
b. Asessmen ulang
c. Petugas penanggung jawab pelayanan yang
bertugas akan mengidentifikasi Prosedur
Pencegahan Jatuh
d. Prosedur Pencegahan Jatuh pada pasien yang
berisiko rendah, sedang atau tinggi harus
diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang
sesuai harus optimal
e. Intervensi pencegahan jatuh
f. Strategi Rencana Keperawatan pada Petugas di
Puskesmas
a. Asessment awal/skrining
1) Petugas akan melakukan penilaian
dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall
Scale dalam waktu 4 jam dari pasien
masuk ke Puskesmas dan mencatat hasil
assesment kedalam komputer
2) Rencana intervensi akan segera disusun,
diimplementasikan dan dicatat dalam
Rencana Keperawatan Interdisiplin dalam
waktu 2 jam setelah skrining
b. Asessmen Ulang
1) Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang
risiko jatuh setiap dua kali sesaat transfer ke
unit lain, adanya perubahan kondisi pasien,
adanya kejadian jatuh pada pasien
2) Penilaian menggunakan asessment Risiko
Jatuh Morse Fall Scale dan Rencana
Kepetugasan Interdisiplin akan
diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil
asessment
3) Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke
risiko rendah diperlukan skor<25 dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut
c. Penerapan Prosedur
Pencegahan Jatuh berdasarkan
pada:
1) Kategori risiko jatuh (rendah, sedang,
tinggi)
2) Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
3) Riwayat jatuh sebelumnya dan
penggunaan alat pengaman (safety
devices)
4) Asesmen klinis harian
e. Intervensi pencegahan
jatuh (untuk semua kategori)
a) Lakukan orientasi rawat jalan kepada pasien
b) Ruangan rapi
c) Pencegahan yang adekuat (disesuaikan dengan
kebutuhan pasien)
d) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat
penopang)
e) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu
dengar (pastikan bersih dan berfungsi)
f) Sediakan dukungan emosional dan psikologis jika
dibutuhkan
g) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien
dan keluarga
f. Strategi Rencana Keperawatan
pada petugas di Puskesmas

1. Strategi umum untuk risiko jatuh yaitu:

Tawarkan bantuan kepada pasien bila pasien butuh pertolongan demi menghindari kejadian
yang tidak diinginkan

Jangan ragu untuk meminta bantuan pada sekitarnya atau ke petugas yang ada

Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan

Adakan konferensi atau penyuluhan multidisiplin mingguan dengan partisipasi tim keperawatan
yang bertugas di Puskesmas

Rujuk ke departemen yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik bila keadaan cedera tidak
dapat ditangani di faskes I, misalnya ke dept fisioterapi di rumah sakit tertentu.
f. Strategi Rencana Keperawatan
pada petugas di Puskesmas
2) Strategi untuk mengurangi/mengantisipasi
kejadian jatuh fisiologis, yaitu :

Berikan orientasi/penyuluhan singkat kepada


pasien tentang resiko jatuh saat berobat

Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-


harinya

Sediakan dukungan emosional dan psikologis


f. Strategi Rencana Keperawatan pada
petugas di Puskesmas
3) Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh
yaitu :

Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin

Pencahayaan yang adekuat

Ruangan rapi

Sarana toilet dekat dengan pasien


f. Strategi Rencana Keperawatan
pada petugas di Puskesmas
4) Manajemen setelah kejadian jatuh

Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera
kepala)

Nilai tanda vital

Nilai adanya keterbatasan gerak

Catat dalam status pasien (rekam medis)

e) Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi lampiran
insiden

Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien


f. Strategi Rencana Keperawatan
pada petugas di Puskesmas

5) Edukasi pasien/keluarga
Pasien dan keluarga harus
diinformasikan mengenai faktor
resiko jatuh dan setuju untuk
mengikuti strategi pencegahan jatuh
yang telah ditetapkan. Pasien harus
diberikan edukasi mengenai faktor
risiko jatuh di lingkungan puskesmas
TATALAKSANA DI RUMAH
SAKIT
upaya untuk mengurangi terjadinya
kejadian pasien terjatuh di rumah
sakit, yaitu:
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A
Toolkit for Improving Quality of Care"
disebutkan:
1. Membiasakan pasien dengan lingkungan
sekitarnya.
2. Menunjukkan pada pasien alat bantu
panggilan darurat.
3. Posisikan alat bantu panggil darurat
dalam jangkauan.
4. Posisikan barang-barang pribadi dalam
jangkauan pasien.
5. Menyediakan pegangan tangan yang
kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
6. Posisikan sandaran tempat tidur rumah
sakit di posisi rendah ketika pasien
sedang beristirahat, dan posisikan
sandaran tempat tidur yang nyaman
ketika pasien tidak tidur.
7. Posisikan rem tempat tidur terkunci pada
saat berada di bangsal rumah sakit.
8. Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci
ketika stasioner.
9. Gunakan alas kaki yang nyaman, baik,
dan tepat pada pasien.
10.Gunakan lampu malam hari atau
pencahayaan tambahan.
11.Kondisikan permukaan lantai bersih dan
kering. Bersihkan semua tumpahan.
12.Kondisikan daerah perawatan pasien
rapi.
13.Ikuti praktek yang aman ketika
membantu pasien pada saat akan ke
tempat tidur dan meninggalkan tempat
tidur.
Pernyataan yang paling ringkas,
akan tetapi memiliki makna yang dalam
seperti yang disarankan oleh
Standart Akreditasi JCI adalah
"The program is implemented".
Dengan implementasi beberapa saran
dalam tulisan ini
diharapkan dapat meminimalkan
kejadian pasien terjatuh di rumah sakit.
Sehingga salah satu
indikator patient safety dapat dilakukan.
Referensi :
Isomi M. Miake-Lye et al. (2013). Inpatient Fall Prevention Programs
as a Patient Safety Strategy. A Systematic Review. Annals of
Interbal Medicine. Vol 158. No 5
Isomi M. Miake-Lye, BA; Susanne Hempel, PhD; David A. Ganz,
MD, PhD; and Paul G. Shekelle, MD, PhD, Annals of Internal
Medicine Volume 158 Number 5 (Part 2), 2013
Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of
Care, Agency for Healthcare Research and Quality, January
http://www.ahrq.gov/professionals/systems/long-term-
care/resources/injuries/fallpxtoolkit/index.html , download dari
http://www.centerforpatientsafety.org/2013/03/08/thirteen-ways-to-
prevent-falls/
Joint Commission International Acreditation Standards for Hospitals.
4th Edition. 2011

Anda mungkin juga menyukai