Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujung Pandang. Bahasa yang sering digunakan sehari-hari yaitu Bahasa Makassar, Bahasa Bugis, Bahasa Messenrempulu, da Bahasa Selayar. Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian wilayah lainnya beragama Kristen. Suku Bugis merupakan suku yang terdapat di Sulawesi Selatan Konsep ade (adat istiadat) Ade maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau para pemimpin. Ade puraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama di masyarakat secara turun temurun, Ade assamaturukeng, peraturan yang ditentukan melalui kesepakatan. Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang dan sudah diterapkan dalam masyarakat. Makna siri dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti sehingga ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan SIRI PARANRENG, NYAWA PA LAO, yang artinya : Apabila harga diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga dalam masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan bayaran nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun Siri Ripakasiri Siri yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa. Siri Mappakasirisiri Siri jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah Bugis disebutkan, Narekko degaga sirimu, inrengko siri. Artinya, kalau Anda tidak punya malu maka pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu (Siri). Begitu pula sebaliknya, Narekko engka sirimu, aja mumapakasiri-siri. Artinya, kalau Anda punya malu maka jangan membuat malu (malu-maluin). Siri Tappela Siri (Bugis: Teddeng Siri) Artinya rasa malu seseorang itu hilang terusik karena sesuatu hal. Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan (disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri. Siri Mate Siri Siri yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang Bugis/Makassar, orang yangmate siri-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu (iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai hidup yang hidup. Sulawesi Selatan dengan beberapa suku aslinya memiliki kesenian yang telah mendarah daging sehingga provinsi ini kaya akan segala bentuk kesenian. Kesenian yang paling utama adalah dalam seni tari. Seni tari di Sulawesi Selatan biasanya dibawakan oleh penari-penari cantik dengan pakaian adat berupa baju bodo serta memakai sarung sutra dan membawa warna-warni ceria. Kesenian Dan Khas Budaya Sulawesi Selatan meliputi : 1). Tari Padupa Bosara 2). Tari Pakarena 3). Tari Mabadong 4). Tari Pagellu 5). Tari Mabissu 6). Tari kipas 7). Gandrang Bulo 8). Kecapi 9). Gendang 10). Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu: Suling Panjang (Suling Lampe) yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah punah. Suling calabai (siling ponco) suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama penyanyi. Suling dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau acara penjemputan tamu. Sistem kekerabatan masyarakat Bugis disebut dengan assiajingeng yang tergolong bilateral atau lebih tepat parental, yaitu sistem kekerabatan yang mengikuti lingkungan pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak ibu atau garis keturunan berdasarkan kedua orang tua. Hubungan kekerabatan ini menjadi sangat luas disebabkan karena, selain ia menjadi anggota keluarga ibu, ia juga menjadi anggota keluarga dari pihak ayah. Hubungan kekerabatan dihitung melalui dua jalur, yaitu hubungan kerabat sedarah (consanguinity) yang disebut seajing (rpp marpp) atau sampunglolo, dan hubungan kerabat karena perkawinan (affinal) yang disebut siteppa-teppa (siteppang marpp ).Kerabat seajing amat besar peranannya dalam kehidupan sehari-hari, selain berkewajiban mengurus masalah perkawinan dan kekerabatan. Anggota keluarga dekat inilah yang menjadi to masiri (orang yang malu) bila anggota keluarga perempuan nilariang (dibawa lari oleh orang lain) dan mereka berkewajiban membela dan mempertahankan sirik atau siri, yaitu martabat atau harga diri keluarga luas tersebut. Sementara keluarga siteppa-teppa baru berperan banyak apabila keluarga luas tersebut mengadakan upacara- upacara seputar lingkaran hidup, seperti upacara perkawinan, kelahiran, kematian, mendirikan rumah baru, dan sebagainya. 1). Senjata Tradisional Badik Raja Badik raja 2). Senjata Tradisional Badik Lagecong 3). Senjata Tradisional Badik Luwu 4). Senjata Tradisional Badik Lompo Battang Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku Bugis, Karena letaknya yang berada di daerah dataran yang subur kebanyakan masyarakat bugis bermata pencaharian sebagai petani. Faktor ini sangat di dukung oleh kesuburan tanah yang sangat sehingga menjadikan wilayah suku bugis menjadi wilayah pertanian.mata pencaharian lainnya di suku bugis adalah nelayan, selain terletak di dataran yang subur suku bugis juga mempunyai wilayah di pesisir yang di anugrahi banyak sumber daya yang melimpah di lautan. Hal ini di manfaatkan masyarakat untuk mencari penghasilan di lautan. Mata pencaharian terakhir yang banyak di geluti oleh masyarakat bugis adalah pedagang karena hasil dari para petani dan nelayan akan di distribusikan ke pedagang pedagang, lalu pedagang mengumpulkan jumlah yang lebih besar dan di distribusikan kembali ke masyarakat umum suku bugis. Dari semua mata pencaharian semua inilah masyarakat suku bugis mendapatkan perekonomian untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya. Tapi mata pencaharian yang sangat umum adalah petani, hal ini dikarenakan banyak kebutuhan kebutuhan masyarakat suku bugis sehari harinya dihasilkan oleh lading pertanian misalnya seperti beras, jagung, tembakau, Budaya kerja masyarakat tani suku Bugis begitu melekat pada diri pribadi mereka, sehingga kemanapun merantau (sompe), prinsip kerja keras menjadi bagian hidup mereka, dan ikut mewarnai hidupnya. Fakta menunjukkan, suku Bugis terkenal sebagai pelaut ulung dalam mengarungi lautan, pekerja ulet dalam bidang usahatani, dan pengusaha yang sabar dalam menjalankan usahanya