Anda di halaman 1dari 35

TUGAS

SISTEM KOLOID
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. EDISON PANDUWAL
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. PENGERTIAN SISTEM KOLOID

Pengertian koloid menurut para ahli:

Thomas Grahan (1861)

Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi


sedangkan pati, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau
tidak samasekali menyebar. Zat yang sulit untuk berdifusi
disebut koloid.
Ostwald (1907)

Menyatakan bahwa system koloid merupakan


campuran heterogen antara dua atau lebih zat partikel
berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata
dalam zat lain (penyebar media).

Jadi koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki


ukuran diantara ukuran partikel dan suspensi.
Dalam larutan, suatu zat disebarkan atau dilarutkan
kedalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana
partikel-partikel zat terlarut bercampur sempurna dengan
pelarut sehingga tidak terlihat adanya perbedaan. Dengan
cara yang mirip, partikel koloid disebarkan kedalam suatu
medium, dan menghasilkan system koloid. Partikel koloid
yang didispersikan disebut dengan zat terdispersi, dan
medium tempat partikel didispersikan disebut medium
pendispersi.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat
homogeny, dan unsur-unsur pembentuk
campuran itu sudah menyatu dan sulit di
bedahkan. Hanya saja campuran itu tidak
dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler,
melainkan berupa gabungan dari beberapa
molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil,
gabungan-gabungan molekul itu sulit di kenali
lagi.
Untuk membedahkan system koloid dengan system
pencampuran lainnya, maka perhatikan tabel berikut:
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Terdiri atas satu fase Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase
Homogen Homogeny Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat di amati dengan
Tidak dapat di amati
microskop ultra microskop biasa
Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7-10-5 Diameter partikel > 10-5
cm cm cm
Penulisan A(aq) Penulisan A(s) Penulisan A(s)
Larutan merupakan campuran yang bersifat
homogen. Ukuran partikel zat terlarut di
dalam suatu larutan lebih kecil dari 10-7 cm
sehingga sangat sulit untuk diamati, walaupun
dengan menggunakan mikroskop. Jadi,
campuran antara air dan gula termasuk
larutan karena pencampuran kedua zat
tersebut menghasilkan dua fase yang
homogen. Beberapa contoh larutan lainnya,
adalah larutan garam dapur, larutan urea, dan
larutan cuka. Jika larutan ini disaring
menggunakan kertas saring, tidak ada zat yang
tersaring.
Suspensi adalah dispersi zat padat dalam air.
Zat terdispersi pada suspensi merupakan zat
padat berukuran cukup besar. Padatan ini
merupakan gabungan dari molekul-molekul
zat terdispersi. Oleh karena zat terdispersi
memiliki ukuran yang cukup besar, medium
pendispersi (air) tidak mampu menahannya
sehingga padatan tersebut dapat mengendap.
Untuk memudahkan pembahasan sistem dispersi
koloid, digunakan fase terdispersi berupa padatan
dan fase pendispersi yang umum, berupa air.
Ukuran partikel zat terdispersi di dalam koloid
lebih besar daripada ukuran partikel di dalam
larutan, tetapi lebih kecil daripada ukuran partikel
di dalam suspensi. Partikel zat terdispersi
berukuran antara 10-7 cm sampai dengan 10-5 cm
(1 nm 100 nm). Sistem koloid tampak homogen
jika dilihat tanpa mikroskop, tetapi dengan
menggunakan mikroskop tampak adanya partikel-
partikel fase terdispersi.
Partikel koloid dapat disaring dengan
menggunakan suatu kertas saring yang
berpori-pori sangat halus (penyaring ultra).
Berdasarkan sistem dispersinya, suatu koloid
tampak seperti suspensi. Akan tetapi, secara
fisik tampak seperti larutan sehingga sering
juga disebut dengan istilah suspensi homogen.
Campuran susu bubuk dan air dinamakan
koloid.
Secara garis besar, perbandingan antara
larutan, koloid, dan suspensi dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel Perbandingan antara Larutan, Koloid,
dan Suspensi
Aspek Larutan Koloid Suspensi

Bentuk Campuran Homogen Tampak homogeny Heterogen

Kestabilan Stabil Stabil Tidak stabil


Pengamatan
Homogen Heterogen Heterogen
Mikroskop
Jumlah Fase Satu Dua Dua
Sistem Dispersi Molekuler Padatan halus Padatan kasar
Tidak dapat disaring
dengan kertas
Pemisahan dengan
Tidak dapat disaring saring biasa, kecuali Dapat disaring
Cara Penyaringan
dengan kertas
saring ultra.
< 10-7 cm, atau < 1 10-7 cm - 10-5 cm, > 10-5 cm, atau
Ukuran Partikel
nm atau 1 nm - 100 nm > 100 nm
1.2. JENIS-JENIS KOLOID
Sitem koloid tersusun atas fase terdispersi
yang tersebar merata pada medium
pendispersi. Fase pendispersi maupun
medium pendispersi dapat berupa gas, cair,
atau padat. Tetapi campuran gas dengan gas
tidak membentuk system koloid, sebab semua
gas akan bercampur homogeny dalam segalah
perbandingan.
System koloid dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu:
1.2.1. SOL
Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri
atas beberapa jenis:
Sol padat, dengan medium pendispersi padat
Contoh: Paduan logam, Gelas berwarna dan
Jintan
Sol cair, atau sol dengan medium pendispersi
cair
Contoh: Cat, Tinta, Tepung dalam air, Tanah
liat
Sol gas atau aerosol padat, dengan medium
pendispersi gas
Contoh: Asap, Debuh di udara

1.2.2. EMULSI
Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi
terdiri atas beberapa jenis:
Emulsi padat atau gel dengan medium
pendispersi padat
Contoh: Keju, Mentega, Agar-agar
Emulsi cair atau emulsi dengan medium
pendispersi cair
Contoh: Susu, Mayones, Krim tangan
Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium
pendispersi gas
Contoh: Kabut, Awan, Hair spray
1.2.3. BUIH
Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih dibagi
atas beberapa jenis:
Buih padat, dengan medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, Karet busa, Styrofoam
Buih cair, atau buih dengan medium
pendispersi cair
Contoh: buih sabun, Putih telur

Klasifikasi diatas dapat pula disusun dalam


delapan pola penggolongan, yakni seperti
dalam table berikut:
Fase Fase
No Terdispersi Pendispersi Nama Koloid Contoh

1 Gas Cair Buih, Deterjen Buih sabun, shampo

2 Gas Padat Busa Padat Batu apung, karet busa

3 Cair Gas Aerosol Cair Kabut

4 Cair Cair Emulsi Susu, santan, es krim

5 Cair Padat Emulsi Padat Mutiara, jeli, keju

6 Padat Gas Aerosol Padat Asap

7 Padat Cair Sol Cat, tinta, cairan agar-agar

8 Padat Padat Sol Padat, Logam Kaca berwarna


Jika ditinjau dari table diatas tersebut maka, system
koloid mencakup hampir semua materi, baik yang
dihasilkan dari hasil proses alam maupun yang
dikembangkan oleh manusia.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu: koloid liofob
dan koloid liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan
rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan
tinggi. Liofob berasal dari bahasa latin yang artinya
menolak pelarut, sadangkan liofil berarti menyukai
pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah
air maka digunakan istilah hidrofob dan hidrofil sebagai
pengganti liofob dan liofil.
Koloid Hidrofil relative stabil dan mudah dibuat,
misalnya dengan cara pelarutan. Gelatin, Albumin
telur, dan Gom Arab terbentuk dari dehidrasi
(penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan
menambahkan medium pendispersi, gelatin dapat
terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya
dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya
kurang stabil dan cenderung mudah mengendap.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengendap sangat
beragam, bergantung pada kemampuan agregat
(mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah
koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap
dalam waktu yang relative singkat. Namun, ada juga
koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol
emas. Sol emas dalam medium air dapat bertahan
sangat lama.
Koloid Hidrofob bersifat tidak dapat balik (irrerersible).
Jika koloid hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan
air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan
semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil
gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan
kedalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi
atau mengstabilkan koloid logam tersebut. Colloid
hidrofil yang dapat mengstabilkan koloid hidrofob
disebut koloid protektif atau koloid pelindung. Koloid
protektif bertindak melindungi muatan partikel
koloid dengan cara melapisnya agar terhindar dari
koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid
protektif dalam air susu. Gelatin diguunakan sebagai
koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga agar
tidak membentuk es batu.
Jelifikasi (Gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat
mengalami pemekatan dan berubah menjadi
material dengan massa lebih rapat, disebut
jeli. Proses pembuatan jeli disebut jelifikasi
atau gelatinasi. Contoh dari proses ini yaitu
pada pembuatan kue dari bahan agar-agar,
kanji atau silikagel.
Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul
bergabung mebentuk rantai panjang. Rantai ini
menyebabkan terjadinya ruang-ruang kosong
yang dapat di isi oleh cairan atau medium
pendispersi sehingga cairan terjebak dalam
jaringan rantai. Peristiwa medium pendispersi
terjebak diantara jaringan rantai pada jeli ini
dinamakan swelling. Pembentukan jeli
bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada
suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras, sedangkan
pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan
jeli juga menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh
pelarut dapat terjebak dalam jaringan.
Kepadatan jeli bergantung pada zat yang di
dispersikan. Silikagel yang mengandung
medium air sekitar 95% membentuk cairan
kental seperti lndir. Jika kandungan airnya
lebih rendah sekitar 90% maka akan lebih
padat dan dapat dipotong dengan
menggunakan pisau.
Jika jeli dibiarkan, maka volumenya akan berkurang
akibat cairannya keluar. Gejalah ini dinamakn
sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada
agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli dapat
dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat
membentuk Kristal padat atau serbuk. Jeli seperti
ini mengandung banyak pori dan memiliki
kemampuan mengabsorpsi zat lain. Silikagel
dibuat dengan cara dikeringkan sampai
mengeristal. Silikagel digunakan sebagai
pengering udara, seperti pada makanan kaleng,
alat-alat elektronik, dan yang lainnya.
1.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1.3.1. Efek Tindal
Efek tindal adalah kemampuan koloid untuk
menghamburkan cahaya ke segala arah.
Fenomena ini dapat juga digunakan untuk
membedakan larutan dengan koloid, sebab
larutan tidak memiliki sifat menghamburkan
cahaya dan dapat menjelaskan buramnya
disperse koloid (minyak zaitun dan air dapat
tembus cahaya, namun keduanya dicampur
akan membentuk koloid yang nampak seperti
susu).
1.3.2. Gerak Brown
Jika suatu system koloid diamati menggunakan
microskop optic, dengan arah tegak lurus
terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang
gelap, maka akan nampak partikel-partikel yang
berbentuk seperti bintik-bintik berkilauan. Jika
gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka akan
terlihat bahwa bintik-bintik tersebut bergerak
secara acak ke segala arah. Gerakan acak ini
disebut gerakan brown. Hal ini terjadi karena
banyaknya tabrakan molekul pada satu sisi,
molekul tidak sama pada sisi yang lain.
1.3.3. Adsobsi
Adsobsi disebabkan oleh adanya gaya Van Der Waals di
permukaan partikel yang dapat menarik atom-atom
(molekul/ion) dari zat lain. Padatan dapat bersifat
sebagai adsorben (penyerap), namun kemampuan
koloid dalam mengadsopsi lebih tinggi dari pada
padatan, karena koloid memiliki luas permukaan lebih
besar.
Contoh:
Koloid Fe (OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+.
Koloid As2S3 bermuatan negative karena
permukaannya menyerap ion S2.
1.3.4. Muatan Koloid
Muatan koloid dapat dikenal dengan dua macam
koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negative.
1.3.5. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah pengumpulan partikel
koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak
lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi
secara fisik, seperti: Pemanasan, pendinginan,
dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan.
1.3.6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai
sifatdapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.
1.3.7. Dialysis
Dialysis ialah pemisahan koloid dari ion-ion
pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang
tercampur dengan koloid melalui membrane
semipermeabel yang berfungsi sebagai
penyaring. Membrane semipermeabel ini dapat
dilewati cairan terapi, tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
1.3.8. Elektro Foresis
Elektro foresis ialah peristiwa pemisahan
partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
BAB II
PENUTUP
2.1. KESIMPULAN
System koloid adalah suatu keadaan materi yang
memiliki ukuran diantara ukuran partikel dan
suspense
Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu: Sol, Emulsi, dan Buih
Sifat-sifat koloid yaitu: Efek Tyndal, Gerak Brown,
Adsorpsi, Muatan Koloid, Koagulasi Koloid, Koloid
Pelindung, Dialisis, dan Elektro Foresis.
2.2. SARAN
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan
system koloid ini, kita harus tetap berpegang
teguh pada prinsip, agar apapun yang
nantinya akan kita lakukan tidak melanggar
norma-norma yang berlaku di masyarakat,
serta tidak merugikan pihak lain. Dengan
begitu semua pihak akan merasa di untungkan
oleh apa yang kita lakukan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai