Anda di halaman 1dari 8

Teori belajar behavioristik

Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada


perubahan tingkah laku (dengan kata lain, lebih menekankan
pada hasil daripada proses belajar)
3 ciri utama teori belajar behaviorisme:
a. Clasical conditioning dari Pavlov
b. Conectivism dari Thorndike dan
c. Behaviorisme dari Watson
Teori belajar Kognivistik

Menurut Teori belajar Kognivistik, Belajar pada hakekatnya


adalah proses berfikir.
Yang temasuk dalam teori belajar Kognivistik:
a. Discovery learning by Bruner
b. Meaningful learning by Ausebel (Teori belajar bermakna)
Teori belajar Konstruktivistik

Menurut Teori belajar Konstruktiivistik, Belajar pada


hakekatnya adalah menyusun sendiri pengetahuan berdasarkan
apa yang ia dapat ketahui atau suatu proses pembentukan
pengetahuan yang harus dilakukan oleh peserta didik sendiri.
Yang temasuk dalam teori belajar Konstruktivistik:
a. Teori belajar Jean Piaget
b. Teori belajar Vygotsky
c. Teori belajar Ki Hajar Dewantara
teori belajar Vygotsky

Menurut teori belajar konstruktivistik, belajar pada


hakekatnya adalah menyusun sendiri pengetahuan
berdasarkan apa yang ia ketahui. Teori ini mendasarkan
prinsip belajarnya kepada asumsi bahwa kita semua
memiliki prespsektif dalam memandang realita atau
memandang dunia dan berdasarkan prespektif itulah kita
menyusun pengetahuan sendiri sesuai dengan
pengalaman individual.
Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan dibangun
secara sosial, dalam pengertian bahwa peserta didik yang
terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan
kontribusi dan membangun bersama makna suatu
pengetahuan. Dengan demikian, proses yang terjadi akan
beragam sesuai dengan konteks kulturalnya
Teori belajar Van Hiele
Penelitian yang dilakukan van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap
pemahaman geometri yaitu: pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan
akurasi.
a) Tahap Visualisasi (Pengenalan)
Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu
keseluruhan (holistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan
komponen- komponen dari masing-masing bangun
b) Tahap Analisis (Deskriptif)
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri
berdasarkan ciri- ciri dari masing-masing bangun
c) Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional)
Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu
dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini
siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi
yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang.
Teori belajar Van Hiele
d) Tahap Deduksi
Pada tingkat ini (1) siswa sudah dapat mengambil kesimpulan secara deduktif,
yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus, (2) siswa mampu
memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma,
dan terorema-teorema dalam geometri, dan (3) siswa sudah mulai mampu
menyusun bukti-bukti secara formal..
e) Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan)
Pada tingkat ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip- prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Sudah memahami
mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil
teori belajar Ausubel
Teori belajar Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan
pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Menurut Ausubel belajar dapat dikalifikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau
penemuan.
Dimensi kedua menyangkut cara bagimana siswa dapat mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yang meliputi fakta,
konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa
Ausubel membedakan:
a. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal
menghapalkannya,
b. belajar menemukan, konsep ditemukan oleh siswa, jadi siswa tidak
menerima pelajaran begitu saja. Materi yang telah diperoleh itu
dikembangkannya dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih
dimengerti.
Teori belajar Bruner

Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model


pembelajaran kognitif yang dikembangkan oleh Bruner.
Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur
informasi yang kuat, maka peserta didik harus aktif mengidentifikasi
prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekedar
menerima penjelasan dari guru saja.
Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar dimana guru
harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus peserta
didik dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong peserta didik mencari
jawaban sendiri dan melakukan eksperimen

Anda mungkin juga menyukai