MARIA K.JUNERSI 1409010021 NOVITA P. WAI 1409010030 DESI MARIA A. BIRU 1409010050 MAGDALENA O. DA SANTO 1409010052 GODLIEF ARY BOLANG 1409010053 ALFONTHODUS I. PIAN 1209017042 POKOK BAHASAN Etiologi Patogenesis Gejala klinis Teknik diagnostik laboratorik ETIOLOGI
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif,
berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob dan berukuran 0,3-22x1,27-7 m. Sebagian bersifat motil (mampu bergerak) mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel Jika dipanaskan akan membentuk endospora Endospora memiliki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora dalam sel ukuran selama pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya. Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat berbentuk oval, silindris, bulat, atau lainnya. Untuk memastikan bahwa koloni-koloni adalah Bacillus, maka dilakukan serangkaian pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram, pengecetan negatif dan motilitasnya. Terdapat tiga jenis basilus : Monobasilus (bakteri berbentuk batang tunggal), Diplobasilus (bakteri berbentuk batang yang tersusun berpasangan Streptobasilus (bakteri berbentuk batang yang tersusun seperti rantai). Contoh monobasilus adalah Escherichia coli (E Coli) dan Propionibacterium acnes (bakteri penyebab jerawat pada wajah dan kulit) Contoh diplobasilus adalah Klebsiella pneumoniae (penyebab radang paru-paru) Contoh streptobasilus adalah Bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks) SPESIES BACILLUS Antraks Patogenesis Terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan hewan lainnya; manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan masuknya spora melalui luka pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi spora ke dalam paru-paru. Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan polipeptida pada simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti reaksi akibat infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang kekebalan yang kuat terhadap antraks bila disuntikkan pada hewan. Gejala Klinis Menyebabkan kematian mendadak karena sifat penyakit yang akut atau perakut:
A. Pada sapi, kerbau, kambing dan domba:
1) Umumnya terjadi secara perakut dan akut menimbulkan kematian
yang mendadak. 2) Gejala dapat dilihat seperti demam, gelisah, berputar-putar, pernafasan berat dan cepat. 3) Gejala dapat berlanjut menjadi tremor, tinja dan urin bercampur darah, konvulsi dan mati. 4) Keluar darah dari lubang-lubang kumlah (mulut, anus, lubang hidung dan vulva). B. Pada Hewan kuda: Biasanya ditemukan dalam bentuk akut dan sub akut dengan gejala: 1) Demam tinggi 2) Pembengkakan di daerah leher, pundak, perut dan skrotum. 3) Pernafasan berat 4) Hewan biasanya mati dalam 2 3 hari. C. Pada hewan babi:
Babi relatif lebih tahan dibandingkan dengan sapi,
kerbau, kambing, domba dan kuda. Anthrax pada babi bersifat sub akut dan kronis , dengan gejala: 1) Pembengkakan pada daerah kerongkongan, kepala, muka dan dada sehingga kesulitan makan dan bernafas. 2) Anoreksia, muntah, diare yang kadang-kadang berdarah dan konstipasi. D. Pada Hewan Anjing dan carnivore lain
Anthrax dapat terjadi pada anjing liar yang
makan bangkai hewan yang mati karena anthrax. Penyakit umumnya bersifat kronis, dengan gejala: pembengkakan pada tenggorokan, dan perut. Pada lidah dan gusi dapat terlihat lesi karbunkel. Tes Diagnostik Laboratorium a) Bahan : Cairan atau nanah dari lesi lokal, darah, dahak. b) Pewarnaan Sediaan : Dari lesi lokal atau darah hewan yang mati; rantai bakteri terbentuk batang besar Gram-positif sering terlihat. Antraks dapat diidentifikasi pada sediaan kering dengan teknik pewarnaan imunofluoresensi. c) Biakan : Bila dibiakkan pada lempeng agar darah, organisme ini membentuk koloni kelabu non hemolitik dengan morfologi mikroskopis yang khas. Peragian karbohidrat tidak bermanfaat. Pada perbenihan setengah padat, basil antraks selalu tidak bergerak, sedangkan organisme tidak patogen yang sejenis (misalnya : Basillus cereus) menunjukkan pergerakkan dengan menyebar. Biakan antraks virulen mematikan mencit atau marmot bila disutikkan secara intra peritoneal. d) Tes serologi : Antibodi penyebab presipitasi atau hemaglutinasi dapat diperlihatkan dalam serum orang atau hewan yang telah divaksinasi atau terinfeksi. v Patogenesis Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan makanan(2-5%), menyebabkan mual, muntah parah dan diare. v Gejala Penyakit Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena Basillus cereus mirip dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens. Diare berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Rasa mual mungkin disertai diare, tetapi jarang terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala- gejala ini tetap berlangsung selama 24 jam.
v Tes Diagnostik Laboratorium
Bacillus cereus non pathogen menunjukkan pergerakan dengan penyebaran(swarming) pada media kultur setengah padat. Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat tumbuh pada rentang temperatur 5 50 C dengan temperatur optimal antara 35 - 40 C, resisten terhadap pH 4,5 9,3. Dapat tumbuh pada aerobic agar dan nutrien broth dan penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 10 % darah domba. Waktu generasi relatif singkat, antara 20 30 menit. TEKNIK DIAGNOSTIK LABORATORIK a. Pengambilan Sampel Pengambilan dilakukan secara aseptis Alumunium foil yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam alumunium foil steril kemudian ditutup rapat b. Tahapan Isolasi Bacillus Preparasi suspense dilakukan, sebelumnya sampel tanah dimasukkan kedalam tabung pengenceran pertama kemudian direbus 10 menit dengan suhu 80oC diatas dandang. Diinokulasikan sebanyak 1 ose pada medium NA, selanjutnya diinkubasi pada suhu 30oC selama 2x24 jam. Tahap Pemurnian Dengan Metode Streak Kuadran Dipilih satu koloni yang Nampak terdiri dari satu tipe sel Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke permukaan koloni bakteri yang akan distreak pada plating NA Streak ini dianggap sebagai streak primer pada permukaan NA Jarum ose dibakar, angkat lalu didinginkan dan distreakan melewati streak primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan kestreak sekunder tanpa kembali streak primer Jarum ose dibakar, angkat lalu dinginkan dan disteakan melewati streak sekunder dan kemudian dilanjutkan kestreak tersier tanpa kembali kestreak primer dan sekunder Diinkubasi pada suhu 30OC selama 2x24 jam . Pengamatan Morfologi Koloni Dibuat biakan pada media Nutrient Agar (NA) cawan Inkubasi 2x24 jam pada suhu 30oC Perbedaan bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi dan lainnya diamati e. Pengukuran Panjang dan Lebar Sel Disiapkan mikroskop yang telah dipasang micrometer okuler yang terkalibrasi Dibuat preparasi ulas bakteri uji dengan metode pewarnaan sederhana dengan menggunakan pewarnaan metilen blue Diukur panjang dan lebar sel kemudian dihitung panjang dan lebar sel sebenarnya (m). . Uji Pewarnaan Gram Dibuat ulasan bakteri pada object glass, difiksasi Ditetesi dengan gram A (kristal violet), dibiarkan selama 60 detik Dicuci dengan air mengalir, keringanginkan Ditetesi dengan gram B (lugols iodin), dibiarkan selama 60 detik Dicuci dengan gram C (ethanol 96%) setetes demi setetes sampai etanol yang jauh berwarna bening dan jangan sampai terlalu banyak. Ditetesi dengan D (safranin), dibiarkan selama 45 detik, dicuci dan dikeringanginkan Diamati dibawah mikroskop g. Uji Pewarnaan Endospora Dibuat ulasan bakteri pada object glass lalu ditutupi dengan kertas merang Ditetesi dengan Malachite Green diatas kertas merang dan diletakkan di atas air mendidih. Dibiarkan selama 5 menit, jika pinggir mulai mengering tambahkan lagi Malachite Green Setelah dingin , object glass dibilas dengan aquades mengalir Ditetesi dengan safranin sebagai counter stain Didiamkan selama 45 detik Dicuci dan dikeringanginkan Diamati di bawah mikroskop h. Uji Motilitas Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1 ose Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap menandakan hasil uji negatif. Uji Hidrolisis Starch Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Starch Agar sebanyak 1 ose Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC Kemudian permukaan media digenangi dengan larutan Lugols iodine Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona jernih (warna biru reagen) menandakan hasil uji negatif. k. Uji Hidrolisis Kasein Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Skim Milk Agar (SMA) sebanyak 1 ose. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap menandakan hasil uji negatif. l. Uji VP (Voges Proskaner) Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak satu ose Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan KOH 40 % 2 tetes Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap menandakan hasil uji negatif. m. Uji Katalase Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass Ditetesi dengan larutan H2O2 Diamati perubahan yang terjadi Jika terbentuk gelembung gas menunjukan bahwa hasil uji positif dan sebaliknya n. Uji Oksidase Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass, tutup dengan potongan tissue Ditetesi dengan reagen oksidase Diamati perubahan yang terjadi Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil negatif tidak terbentuk warna biru marun. o. Uji Penggunaan Sitrat Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon Citrate sebanyak 1 ose Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC Diamati perubahan yang terjadi, jika hasil positif media berwarna biru sedangkan hasil negatif tetap berwarna hujau. p. Uji Lactosa dan Raffinosa Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Lactosa dan Raffinosa Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC Diamati perubahannya, hasil positif jika media berubah warna dari ungu menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna ungu. q. Uji Toleransi NaCl Dibuat tiga buah tabung Nutrient broth yang mengandung NaCl 0%, 6,5%, dan 10% Isolat diinokulasikan dengan streak kontinyu Diinokulasikan selama 2x24 jam pada temperature 30oC Diamati hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan dengan media