SPN

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

PPh

atas
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara
Ketentuan yang mengatur :

> Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008


> Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.03/2008
> Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-18/PJ/2008
Surat Perbendaharaan Negara :

merupakan surat berharga


berupa surat pengakuan hutang
(baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing),

dijamin pembayaran bunga dan pokoknya yang terdiri atas


Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara

Surat Perbendaharaan Negara


berjangka waktu paling lama 12 bulan
dengan pembayaran bunga secara diskonto
diskonto SPN

adalah selisih lebih antara :

nilai nominal dengan harga perolehan


di pasar perdana atau pasar sekunder

harga jual di pasar sekunder


- dengan harga perolehan
- di pasar perdana atau pasar sekunder
(tidak termasuk PPh yang dipotong)
Pasar Perdana,
tempat penawaran dan penjualan Surat Utang
Negara untuk pertama kali

Pasar Sekunder
tempat kegiatan perdagangan Surat Utang Negara
yang telah dijual di Pasar Perdana

-
-
Besarnya PPh Ps.4 ayat (2)

20 % dari diskonto SPN


bagi WP dalam negeri dan BUT

20 % dari diskonto SPN


atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ( P3B )
bagi WP penduduk / berkedudukan di luar negeri

Pemotongan PPh Ps.4 ayat (2)


dilakukan
pada tanggal transaksi saat penjualan di pasar sekunder
atau pada tanggal saat jatuh tempo SPN
Penjual SPN berkewajiban memberitahukan kepada pemotong pajak
mengenai harga perolehan SPN yang sebenarnya.
Apabila penjual SPN tidak memberitahukan data/informasi tersebut,
maka atas penghasilan diskonto SPN dikenakan PPh
sebagaimana mestinya
(dalam tahun diketahuinya ketidak-benaran dimaksud
ditambah sanksi administrasi berupa bunga)
Pihak yang ditunjuk sebagai pemotong :

- Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran,
atas diskonto yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo

- Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer),


atas diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN
pada saat transaksi di pasar sekunder

- Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana


selaku pembeli SPN tanpa melalui pedagang perantara,
atas diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN
pada saat transaksi di pasar sekunder
Kewajiban pemotong :

> Memberikan bukti pemotongan PPh Ps.4 ayat (2)


kepada WP yang menerima atau memperoleh diskonto SPN

> Menyetor PPh Ps.4 ayat (2) tanggal 10 bulan berikutnya

> Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh Ps.4 ayat (2) atas diskonto SPN
tanggal 20 bulan berikutnya
dengan menggunakan SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2)
Pemotongan PPh Ps.4 ayat (2) tidak dilakukan terhadap
diskonto yang diterima atau diperoleh :

> Bank yang didirikan di Indonesia,


atau cabang bank luar negeri di Indonesia

> Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya


telah disahkan Menteri Keuangan

> Reksadana
yang terdaftar pada Badan Pengawasa Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin
Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah (emiten)
menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara :
Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).

1. PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN


dengan harga Rp 94.000.000,00
PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D


pada saat jatuh tempo SPN :
Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00
= Rp 6.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00
= Rp 1.200.000,00
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
2. jika PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo
melainkan menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M
pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder)
melalui perusahaan efek PT X Sekuritas
dengan harga jual Rp 95.000.000,00
Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00

= Rp 1.000.000,00

PPh Final = PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00

= Rp 200.000,00

dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang


perantara
3. Pada tanggal 1 Agustus 2008,
PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang dimilikinya
kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan)
langsung tanpa melalui pedagang perantara
dengan harga jual Rp 97.000.000,00

Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00


= Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00
= Rp 400.000,00
dipotong oleh Dana Pensiun selaku pembeli SPN
4. Pada tanggal 1 Desember 2008,
Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara
yang dimilikinya
kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00

Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC


pada saat penjualan SPN
tanggal 1 Desember 2008 :

Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00


= Rp 1.000.000,00
PPh Final
tidak ada Dalam hal ini,
tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang
atas Diskonto SPN yang diterima
karena Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak
yang dikecualikan dari pemotongan
PPh Final atas Diskonto SPN
4. Pada tanggal 1 Mei 2009,
PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya
dari Pemerintah (emiten)
dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00

Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y


pada saat jatuh tempo SPN tanggal 1 Mei 2009 :

Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00


= Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00
= Rp 400.000
dipotong oleh kustodian
yang ditunjuk selaku agen pembayaran

Anda mungkin juga menyukai