Anda di halaman 1dari 27

1. Ega Dwi Sintadani 7.

Ririn Safitri
2. Durrotul Ulya 8. Ria Oktavia
3. Syadza Rahma Dewi 9. Endah Tyas Kinasih
4. Nada salsabila Zahra 10. Putri Purnama Sari
5. Asfiya Mahanani 11. Putri Cahya Nirwana
6. Noviana Candra Dewi 12. Amalia Rizky Gusis

KOMPLEKSOMETRI 1
Metoda analisis titrasi berdasarkan Senyawa kompleks terdiri dari akseptor
reaksi pembentukan kompleks dari ion elektron (ion logam atau atom netral) dan
logam (Ca;Mg) dengan ligan multidentat donor elektron ( bagian dari molekul atau
(bergigi banyak) bukan ion logam )

Dasar reaksi titrasi kompleksometri


yaitu reaksi penggabungan atau assosiasi Prinsip dasar titrasi kompleksometri
antara ion logam dengan ligan yaitu reaksi pembentukan senyawa
membentuk kompleks yang larut air, kompleks yang digunakan untuk
namun tidak semua senyawa kompleks analisis logam
larut dalam air.

KOMPLEKSOMETRI 2
KOMPLEKSOMETRI 3
Kompleks logam-indikator harus cukup kuat agar perubahan warnanya tajam, namun
harus lebih lemah dari kompleks logam-EDTA, sehingga perubahan warna dari
kompleks logam-indikator ke kompleks logam -EDTA cepat & tajam
Reaksi perubahan warna sebelum titik akhir titrasi terjadi bila hampir semua ion logam
membentuk kompleks dengan EDTA
Reaksi warna spesifik
Beda warna indikator (bebas) & warna kompleksnya harus jelas
Sensitif terhadap ion lo gam (perubahan warna dekat dengan titik ekivalen titrasi
Berlaku pada pH batas titrasi

KOMPLEKSOMETRI 4
3- TITRASI SUBSTITUSI (pengusiras

Titrasi ion logam dengan EDTA dapat dilakukan sebagi berikut:


1- TITRASI LANGSUNG
Ion logam yang ditentukan diatur pHnya dengan bufer salmiak pH=10
Ditambah indikator EBT & masking agent
Dititrasi langsung dengan EDTA
Perubahan warna pada titik akhir titrasi disebabkan karena indikator terusir dari kompleks logam-
indikator
Titrasi dilakukan sampai perubahan warna sempurna
2. Titrasi Kembali (tidak Langsung)
Pada larutan ion logam ditambah EDTA berlebih
Diatur pH larutan dengan bufer
Kelebihan EDTA ditetrasi kembali dengan larutan baku ion logam
Cara ini digunakan bila :
Dalam larutan terdapat ion lain selain ion logam yang ditentukan, yang dapat mengendapkan ion logam yang
ditentukan misal: OH-, fosfat
Tidak ada indikator yang cocok untuk logam yang ditentukan
Reaksi ion logam- EDTA lambat

KOMPLEKSOMETRI 5 5
5
3- TITRASI SUBSTITUSI (pengusiran)

Larutan ion logam yang ditentukan ditambah Mg atau Zn-EDTA


Ion Mg2+ & Zn2+ yang dibebaskan dititrasi dengan EDTA pada dekat perubahan warna
indikatorUntuk logam yang membentuk kompleks Logam-EDTA lebih stabil daripada ion logam
lain
Mn+ + MgY2- MY(n-4)+ + Mg2+
Mg yang dibebaskan ekivalen dengan Mn+ , kemudian dititrasi dengan EDTA
4. TITRASI ASAM-BASA
Prinsip reaksi:
Mn+ + H2Y2- MY(n-4)+ + 2H+
H+ yang dihasilkan ditetrasi dengan larutan baku NaOH

KOMPLEKSOMETRI 6
PENETAPAN KADAR SENYAWA ABBRASIVE
(KALSIUM) PADA PASTA GIGI
e. Hasil Dan Pembahasan
PENGGUNAAN METODE KOMPLEKSOMETRI PADA
PENETAPAN
KADAR SENG SULFAT DALAM CAMPURAN SENG
SULFATDENGAN VITAMIN C
a. Latar Belakang :
Dalam analisis suatu zat kimia digunakan berbagai macam metode. Salah satu metode yang di
pakai untuk penetapan kadar logam adalah Kompleksometri. Metode ini didasarkan atas
pembentukan senyawa komplek antara logam dengan zat pembentuk komplek. Seng merupakan
salah satu logam yang membentuk senyawa komplek dimana penetapan kadar seng menurut
Farmakope Indonesia edisi III ditetapkan secara kompleksometri menggunakan dapar amonia
amonium klorida (pH dapar 9-10), ditambah indikator EBT dan di titrasi dengan Na2EDTA. Vitamin
C berupa serbuk atau hablur kekuningan, rasa asam yang tajam dan merupakan zat organis yang
relatif sederhana hampir mendekati bentuk gula atau monosakarida. Vitamin C sangat sensitif
terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan-kerusakan seperti : suhu,
konsentrasi gula dan garam, pH, oksigen, enzim, katalisator logam, konsentrasi awal baik dalam
larutan maupun sistem model. Vitamin C lebih stabil dalam bentuk kristal kering.
b. Masalah Penelitian :
Sering kali dalam sedian farmasi ditemukan adanya kombinasi seng dengan vitamin C. zat ini
merupakan vitamin dan mineral pelindung yang bersifat alamiah sebagai anti oksidan. Adanyaa
vitamin C diperkirakan akan menurunkan pH campuran (lebih asam dibanding pH seng sulfat yang
tanpa ditambah vitamin C. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap
ketelitian metode kompleksometri pada penetapan kadar seng sulfat.
1. Dimasukkan dalam erlenmeyer ditambah aquades 50 ml, digojok 3menit.
2. Ditambah 5 ml Buffer amonia pH 10.
3. Di cek pH larutan menggunakan alat pH meter
4. Ditambah indikator EBT secukupnya (merah anggur)
5. Di titrasi dengan Na2 EDTA 0,05 M sampai terbentuk warna biru jernih.
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Rekoveri seng sulfat dengan penambahan vitamin C: 0 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg,
250 mg,
300 mg, 350 mg, 400 mg, 450 mg, 500 mg, 550 mg berturut-turut adalah 100%,
98,67%,
98,28%, 98,24%, 97,78%, 97,57%,97,19%, 96,77%, 96,45%, 95,82%, 95,46%.
2. Vitamin C yang masih dapat ditambahkan ke dalam seng sulfat sebanyak 550 mg dan
kadar seng
sulfatnya masih memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia yaitu 95
100%.
3. Metode Kompleksometri masih cukup teliti untuk digunakan pada penetapan kadar seng
sulfat
yang bercampur dengan vitamin C.
Air adalah materi esensial, merupakan 1. Pengambilan sampel air
kebutuhan pokok bagi manusia,Di Indonesia
pelayanan air bersih untuk skala yang besar
sumur
masih terpusat di daerah perkotaan, dan 2. Standarisasi larutan Na2EDTA
dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM)
3. Penetapan kesadahan total
sedangkan pada daerah yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM
umumnya mereka menggunakan air tanah
(sumur), Permasalahan yang sering dijumpai
pada kualitas air , kualitas air tanah maupun
air sungai yang digunakan masyarakat
kurang memenuhi syarat sebagai air bersih
yang sehat Salah satu parameter kimia
dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah
kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+dalam air
yang keberadaannya biasa disebut
kesadahan air.
Penetapan kesadahan total yang dilakukan, terdapat 39 (88,64%) sampel air yang masih memenuhi
syarat dan 5 (11,36%) sampel air yang tidak memenuhi syarat ,Jadi jika dilihat dari tingkat kesadahannya
mayoritas sampel air di Dusun Cekelan Desa Kauman, Kemusu, Boyolali Jawa Tengah yang sadah
namun masih dalam batas maksimal menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan. Dan hanya lima sampel
yang berada di atas batas normal.

berdasarkan hasil penelitian tentang penetapan kesadahan total (caCO3) air sumur di dusun kauman
kemusu boyolali dengan metode kompelsometri dapat diambil kesimpulan yaitu dari 44 sample air
menunjukkan bahwa terdapat 11,36% sample tidak memenuhi syarat dan 88,64% sample memenuhi
syarat PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih, kadar
maksimal kesadahan yang diperbolehkan adalah 500mg/L
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu 1. Alat : Timbangan Analitik,pH meter, magnetic
metode pencitraan jaringan tubuh dalam bentuk stirer, buret mikro, labu ukur, dn
gambar berupa potongan-potongan bagian tubuh peralatan gelas
menggunakan medan magnet berkekuatan antara 2. BaHan : Gadolinium trichloride, dietilene triamine
0,064 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi pentaaceticacid, indikator xylenol orange,
getaran terhadap inti atom hidrogen .Keuntungan dan larutan dapar pH 5.,8.
utama MRI adalah tidak berbahaya bagi pasien karena 3. Cara kerja
tidak menggunakan radiasi pengion. Salah satu cara
untuk mendapatkan gambaran organ yang jelas adalah a) Penentuan ion Gd (III) bebas
dengan adanya suatu contrast agent. Gd-DTPA b) Penentuan ligan DTPA bebas
merupakan salah satu contrast agent yang penting
dalam MRI.
Metode penentuan kadar ion Gd (III) dan ligan DTPA
bebas telah dilaporkan dalam berbagai pustaka. Salah
satu metodenya adalah titrasi kompleksometri [3]
yang merupakan metode titrasi berdasarkan reaksi
kompleksasi antara ion logam dengan ligan. Pada
penelitian ini digunakan xylenol orange sebagai
indikator kompleksometri, yang akan menunjukkan
perubahan warna dengan adanya ion logam Gd bebas
Pada metode analisis kadar ion Gd (III) dan ligan DTPA bebas ternyata tidak memenuhi
persyaratan % recovery, akurasi dan presisi walaupun linearitas yang bagus dan dari uji t (t-test)
diperoleh nilai yang nyata dan tak nyata. Dengan demikian metode analisa pada penelitian ini tidak
dapat digunakan sebagai alternatif penentuan ion Gd (III) bebas dan ligan DTPA bebas dalam
contrast agent.
Latar Belakang
Minyak nilam (Patchouli oil) merupakan jenis minyak atsiri yang menempati posisi
penting dalam perdagangan Indonesia, karena minyak tersebut memiliki volume
yang cukup besar dan mempunyai nilai jual yang tinggi dalam ekspor minyak atsiri
Indonesia.
Minyak nilam dapat dimurnikan dengan metode kompleksometri dengan bahan
pengkelat Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), asam sitrat dan asam tartrat. EDTA
dapat memurnikan minyak nilam lebih baik daripada asam sitrat maupunasam
tartrat, sementara asam sitrat lebih baik dibanding asam tartrat. (Mamun, 2008)
Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu operasi, konsentrasi zat pengkelat dan waktu
pengadukan terhadap proses pengkelatan dan menyelidiki sejauh mana jus jeruk
nipis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengkelat.
Alat dan Bahan :
Bahan jeruk nipis dan minyak nilam curah yang diperoleh dari hasil penyulingan
diBogor, Jawa Barat.
Peralatan penyulingan yang digunakan terbuat dari logam besi.
Cara Kerja :
Metode pemurnian yang digunakan adalah metode kompleksometri. Perlakuan
yang dilakukan terdiri dari konsentrasi asam sitrat, suhu operasi, dan lama
pengadukan.

Analisa Minyak Nilam setelah Pemurnian


a. Pengukuran kejernihan (%T), dilakukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 510 nm.
b. Penentuan kadar besi (Fe), menggunakan alat spektrofotometer serapan atom
(AAS)
c. Pengukuran kadar patchouli alcohol degan menggunakan metode kromatografi
HASIL ANALISA MINYAK NILAM PENGARUH KONSENTRASI
SEBELUM PEMURNIAN DENGAN GAS ASAM SITRAT TERHADAP
CHROMATOGRAPHY MASS REAKSI PEMUCATAN MINYAK
SPECTROMETRI (GC-MS). NILAM
INTERAKSI VARIABEL SUHU OPERASI HASIL ANALISA KOMPOSISI MINYAK NILAM
DENGAN KEJERNIHAN MINYAK NILAM SETELAH REFINING DENGAN GAS
CHROMATOGRAPHY

HASIL ANALISA KANDUNGAN FE2+ DENGAN


ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETER
(AAS)
Kenaikan suhu menyebabkan proses pembentukan ion komplek lebih
cepat mencapai fase kesetimbangannya. Penggunaan suhu terbaik
adalah 75oC. Kenaikan konsentrasi asam sitrat menyebabkan proses
pembentukan ion kompleks lebih cepat mencapai fase
kesetimbangannya. Penggunaan konsentrasi terbaik adalah 1%
dikombinasikan dengan penggunaan suhu 75oC. Setelah Proses
pemurnian didapat hasil minyak nilam yang memenuh standart baku mutu
dari SNI yaitu dengan kadar Fe dibawah 25mg/kg.
KOMPLEKSOMETRI 27

Anda mungkin juga menyukai